Epilogue: Make Me

609 35 2
                                    

Jakarta, 2022
months after Tawan and Thi's Wedding

Jumpol menatap pantulan dirinya di hadapan cermin dengan kedua alis bertaut. Merasa aneh melihat tampilannya yang kelewat rapih di malam Sabtu. Jemarinya terulur membenarkan kerah kemeja berwarna biru langit yang Ia kenakan. Lalu beralih menggulung kedua lengan bajunya sebatas siku. Pemuda itu kembali menelisik pantulan dirinya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Ia merasa pakaiannya ini terlalu formal untuk kencan buta yang direncakan oleh Arm malam ini.

drrt... drrt...

Jumpol melirik ponselnya yang bergetar di atas meja. Ada satu pesan masuk dari Arm.

'Udah jalan belom lo? jangan telat Jumpol! gue bilang sama orangnya jam 5 lo udah di sana!'

Helaan nafas berat keluar dari bibirnya setelah membaca pesan tersebut. Dalam hati merutuk Arm yang bisa-bisanya berhasil membujuknya untuk melakukan blind date dengan kenalan pemuda itu.

Kencan buta seperti ini bukanlah gaya Jumpol. Tidak tahu juga apa yang membuat dirinya mengiyakan usulan Arm.

Mungkin dia sudah lelah dengan kesendirian?

Setelah putus dari Thitipoom, dia belum pernah lagi menjalin hubungan yang benar-benar serius.

Ada setidaknya tiga orang lebih mantannya setelah Thi, namun semuanya tidak pernah bertahan. Paling lama hanya satu tahun lebih beberapa bulan. Sisanya hanya sebatas teman tidur semata. Sedikit banyak membantu usahanya dalam merilis stress.

Well, a man has his needs, you know?

Thitipoom itu benar-benar endgame-nya. Jumpol tidak tahu kenapa dia bisa sementok itu dengan dia.

Dia sudah merancang hidupnya bersama Thi di masa depan hingga akhirnya Tawan datang dan menamparnya dengan kenyataan. Seperti tadi pagi. Dia sedang iseng membuka feeds akun instagramnya lalu tanpa sengaja melihat story yang dibuat adik tingkatnya itu.

Berisi video sepanjang 30 detik yang meperlihatkan wajah merah Thitipoom akibat tengah digoda oleh sang suami.

Hah... iya... status itu jatuh kepada Tawan akhirnya.

Padahal dia duluan yang mendamba. Kabarnya mereka menikah di New York. Jumpol dengar dari Singto tentu saja. Hanya pernikahan kecil dan sederhana yang dihadiri oleh keluarga Thi dan teman-teman dekat mereka. Tidak ada perayaan besar-besaran mengingat keluarga Tawan yang tidak memberi restu.

Well... Jumpol tahu, pasti Bapak alasannya.

drrt... drrt...

Getaran dari ponselnya itu mengembalikan Jumpol dari lamunannya. Satu pesan lagi dari Arm yang menanyakan keberadaan dirinya. Jumpol berdecak pelan kemudian membalas pesan Arm dengan singkat.

Ia kembali melirik pantulan dirinya di cermin. Merapihkan bajunya untuk yang terakhir kali kemudian meraih kunci mobil dari meja nakas dan bergegas menuju keluar.

--Piece of Heart--

"Well, this is awkward..." bisik Gun pada dirinya sendiri. Kedua matanya menatap hati-hati pada sosok laki-laki yang duduk tepat di hadapan. Pemuda itu memainkan jemarinya di atas meja. Berulang kali merubah posisi duduknya karena tidak nyaman.

Kenapa juga sih dia harus setuju dengan ide Arm untuk kencan buta?

Astaga... dia kenal dengan lelaki di hadapannya ini.

Tidak kenal juga sih. Mereka belum pernah berkenalan secara langsung. Gun hanya pernah mendengar sekilas saja dari Thi.

Lalu sekarang... astaga... bagaimana bisa pasangan kencan butanya kali ini adalah mantan pacar dari temannya?

Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang