Epilogue: Our (different) Path

448 34 4
                                    

Jakarta, 2021

Tatapan matanya terasa tajam dan tanpa ekspresi. Rahangnya mengeras dengan tangan yang mengepal kencang.

PLAK!

Telapak tangannya mendarat mulus di pipi kanan sang mantan kekasih. Tak peduli dengan beberapa pasang mata yang kini menatap ke arah meja mereka.

"Brengsek lo."

Intonasi suaranya tidak meninggi. Sebaliknya, begitu rendah dan sarat akan kebencian. Menggeram namun seperti menahan tangisan yang mati-matian Ia bendung.

"Gue gak pantes lo perlakukan kayak gini, Wan. I don't deserved this."

Tes.

Satu titik air mata pun jatuh. Apple buru-buru mengusap jejaknya dengan kasar. Tidak mengizinkan satu titik berikutnya untuk mengikuti.

Tidak. Cukup sudah. Air matanya sudah banyak terbuang untuk lelaki di hadapannya ini.

Apple menarik nafas berat lalu menghembuskannya dengan kasar. Berusaha menstabilkan kemarahan yang menggelora di dada.

"You know what? why don't you do me a favor for one last time, huh? the next time shit happen between you and Thi, don't fucking run away to some other girls or guys, man up and deal with your own shit! jangan sampe ada another 'Apple' yang lo jadiin pelampiasan." ujarnya. "You are such a coward, Tawan. A fucking coward."

Tawan hanya bisa terdiam. Menerima semua sumpah serapah yang wanita itu lontarkan. Dia sadar bahwa dirinya pantas mendapatkan itu semua.

If calling him names helps her to deal with the pain he caused then so be it.

"I'm sorry, Ple. I really am."

"Alah!" decak Apple sambil mengibaskan tangan dengan wajah malas. "Capek gue denger permintaan maaf lo." dia kembali menatap lurus ke arah Tawan.

"Lo tau yang seharusnya minta maaf tuh siapa? gue. Gue yang seharusnya minta maaf ke diri gue sendiri karena bisa-bisanya ngasihin hati gue ke lo. Because all this time, I've known in the back of my head that you will never be mine but I chose to denied it. I'm sorry for my self for trusting a piece of shit like you." geramnya.

Wanita itu bangun dari posisi duduknya. "Screw you, Tawan." ujarnya untuk terakhir kali sebelum berjalan pergi keluar. Kakinya melangkah tergesa menuju sebuah mobil sedan berwarna silver yang terparkir tepat di depan kafe.

Apple tahu betul siapa yang berada di balik kemudi. Dia membungkuk setengah badan agar posisinya sejajar dengan pintu mobil.

Duk Duk!

Kaca mobil pun terbuka. Persis seperti dugaannya. Benar orang itu ternyata.

"Gak bosen lo nungguin Tawan dari mobil? kenapa gak masuk aja sekalian?" ujarnya tanpa basa basi. Sebelah bibirnya terangkat naik kemudian mendengus pelan.

"I think it's time for you and me to have a little chat, Thitipoom."

--Piece of Heart--

"Iya, we are fine kok.... I'll call you when we are done.... Ya, okay..."

PIP

Thitipoom mematikan sambungan lalu menyimpan ponsel di kantung celana. Dia menoleh ke arah Apple yang duduk di kursi sebelah.

"Ple, gue minta ma-"

"No, stop. Kuping gue panas ngedenger kata maaf mulu dari Tawan. So you better not."

Thi kembali mengatupkan bibirnya patuh.

Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang