Those Who Are Playing With Fire (Part III)

467 44 0
                                    

Flashback
Setting of time:
around the year of 2015

Thi memijat dahi dengan pelan. Kepalanya terasa pening. Ia melirik setumpuk file yang berada di sisi kanan meja kemudian menghela nafas lelah. Pemuda itu memejamkan mata guna beristirahat sejenak dari pancaran sinar layar laptop di hadapan.

"Thitipoom."

Thi membuka kedua kelopak matanya dengan cepat. "Iya bu bella?" kepalanya menoleh kearah dimana sang atasan berada. "Sini deh sebentar." ujar wanita setengah baya itu. Thi kembali menghela nafas. Beranjak dari meja kemudian menghampiri bos-nya itu di ruangan pribadinya.

"Iya bu." ujarnya begitu sampai.

"Ini yang paragraf ini kurang jelas maksudnya apa. Coba kamu diskusiin lagi sama orang legal." jelas wanita itu sambil menyerahkan kontrak yang dimaksud kepada Thi.

"Baik bu." balas Thi singkat.

"Kalau bisa hari ini juga kelar ya."

Thi mengangguk mengerti. Ia berjalan keluar dari ruangan tersebut lalu melempar tubuh dengan kasar kembali di atas kursi kerja.

"Kenapa lagi thi?" tanya salah satu rekan-nya. "Gue dag dig dug tau gak sih setiap dia keluar dari ruangan."

"Yeu itu mah emang lo-nya aja yang parno." sahut rekannya yang lain.

"Beneran anjir... dia suka ngada-ngada orangnya."

"Ssst!"

"Aom, kesini sebentar."

White dan Aom langsung terdiam begitu suara atasan mereka itu terdengar. Wajah mereka pucat pasi. Aom menelan saliva-nya dengan susah payah lalu menengok dengan hati-hati. "Ya b-bu?" sahutnya. Wanita itu beranjak dari duduk lalu berjalan mengikuti.

"Buset dia kupingnya tajem banget dah, tau aja lagi diomongin." cicit White. Ia menghembuskan nafas lega. Bersyukur bukan dirinya yang menjadi sasaran.

Sedetik kemudian kedua matanya membola. Tersadar akan sesuatu. "Aduh kalo dia denger omongan gue barusan terus gue di pecat gimana?!" ujarnya sedikit panik.

Thi tertawa kecil melihat kelakuan rekannya itu. "Lebay banget dah lo."

"Tau anjir udah gak usah aneh-aneh." sahut rekannya yang lain.

"Ya tapi..."

drrt drrt

Thi mengalihkan perhatian dari perdebatan diantara kedua rekannya itu untuk mengecek pesan yang baru saja masuk ke ponsel. Senyum terukir indah di bibirnya ketika membaca isi pesan dari panel notifikasi.

From: Jumjum
Nanti aku jemput ya? kita makan ke resto yang kemarin kamu pengen.

Hatinya menghangat ketika mengetahui Jumpol masih ingat dengan permintaannya tempo hari lalu. Ada restoran Korea yang baru buka di Kemang. Thi sudah gatal sekali ingin mencoba makan di sana. Ia sudah mengajak Jumpol dari saat malam pembukaan namun pemuda itu tidak bisa. Banyaknya pekerjaan menjadi alasan. Thi cukup kesal akan hal itu. Tapi mau bagaimana lagi? mereka punya kesibukan masing-masing.

Ada saat dimana Thi memiliki waktu luang namun Jumpol yang sibuk dan juga sebaliknya. Begitu seterusnya hingga rasanya waktu bertemu mereka berkurang.

But Jumpol always manage to make it up to him every damn time.

And that's why he loves him.

Jemari Thi sudah terangkat untuk mengetikkan pesan balasan kepada lelakinya itu ketika ringtone notifikasi kembali berbunyi.

Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang