Epilogue: Sebuah Permulaan

891 47 4
                                    

Jakarta, 2031

"Papa, can we go to safari park while we are here?"

"Oh yeah, that's a good idea!"

Frank mengiyakan usulan abangnya itu dengan antusias. Keduanya menatap dengan pandangan memohon kepada si Papa yang duduk di kursi samping kemudi.

"Kita lihat nanti ya? coba bilang ke ayah, kalau waktunya cukup ya boleh-boleh aja." sahut Thitipoom tanpa menoleh kearah dua anak lelaki itu.

Buk!

Suara pintu mobil yang tertutup terdengar. Ada Tawan yang sudah siap di balik kemudi. Dia baru selesai memasukkan semua koper mereka ke bagasi belakang.

"Udah kan? gak ada yang ketinggalan?" dia bertanya untuk memastikan. Dijawab anggukan oleh Thi dan kedua putranya.

"Oke, let's go!"

Lelaki itu mulai menjalankan mobil dan keluar dari area bandara. "Ini kita langsung ke rumah mama papa kan?" dia bertanya pada sang suami.

"Iya. Eh btw, anak-anak minta jalan-jalan." adu Thi, dia menoleh kearah mereka. "Bilang tuh ke ayah."

"Ayah, can we go to safari park?" Andrew, sebagai yang paling tua bertanya. "I heard it's fun. We can see the animals up close from our car."

"Yeah, and they also have penguins! I want to see them!" sahut Frank dengan menggebu.

Tawan dan Thitipoom terkekeh pelan mendengar celotehan mereka. "Iya lihat nanti ya, kalau sempet kita kesana. Itu tempatnya di Bogor soalnya, bukan di Jakarta. Jadi bagi waktunya harus pas. Katanya kalian mau ke dufan juga kan?"

"Bogor itu dimana?" tanya Frank polos.

"Bogor itu daerah di Jawa Barat. Nah, kalo kita lagi ada di Jakarta. Waktu tempuhnya sekitar 2 jam lebih dari Jakarta ke Bogor." jelas Thi. "Oh iya kamu nyewa mobil ini berapa hari?" dia menoleh kepada suaminya yang sedang fokus menyetir.

"Aku dp ampe lima hari setelah tahun baruan sih. Tapi ya nanti bisalah extend beberapa hari kalo anak-anak masih mau liburan." jawab Tawan tanpa mengalihkan perhatian dari jalanan. "Thi aku laper, roti yang tadi masih ada gak?"

"Ada nih, mau?"

"Mau. Suapin dong..." pintanya dengan nada manja.

"Ewh, you guys are so cringe!" protes kedua anak mereka secara bersamaan.

"Hahahaha!"

--Piece of Heart--

"Kata mama mending kamu sogok pake mainan."

Kedua mata Thi langsung melotot tidak setuju kearah ibunya itu. "Gak ah, ma!" putusnya final.

Helaan nafas keluar dari bibir Mama. Sudah kehabisan ide. Semua usulannya ditolak. "Ya kalo gak gitu mereka mana mau kamu tinggal." ujar wanita setengah baya itu diikuti decakan. "Capek ah mama ngomong sama kamu!"

Beliau hendak beranjak dari sofa namun pergelangan tangannya segera ditarik oleh sang anak hingga kembali jatuh terduduk.

"Thi astaga mama udah ngantuk, mau tidur!"

"Ntar dulu ma, bantuin mikir! lusa aku sama Tawan udah mau berangkat ke Jogja soalnya!"

"Ya kamu... mama udah kasih saran abcd gak ada yang diterima abisnya!"

"Berantem mulu astaga anak sama ibu ini."

Suara Papa menginterupsi 'pertengkaran' mereka. Pria paruh baya itu berjalan menghampiri diikuti oleh sang menantu.

Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang