Brooklyn, New York
United States
Fall, 2031TRIIING!!
"Hello, Vihokratana's household. This is Amanda speaking. Yes? oh, a moment please. I'll get him for you."
"Sir? there is a phone call for you."
"Who is it from?"
"He didn't give me his name but he said that he is an old friend of yours."
Gerakan tangannya di atas keyboard terhenti. Menoleh pada Amanda dengan kedua alisnya yang bertaut bingung. An old friend?
"Okay give it to me." akhirnya dia berujar. Menjulurkan tangan untuk meraih telepon dari genggaman Amanda.
"Here it is, Sir." ucap gadis berusia delapanbelas tahun itu. Kemudian membalikkan badan lalu hendak berjalan keluar dari ruang kerja.
"Oh, Mandy!"
"Yes, Sir?" dia menghentikan langkah.
"Can you take the kids to school? I have to meet with a client in 30 minutes. And how many times do I have to tell you not to call me 'Sir'?" si lelaki berujar dengan nada jengkel di akhir kalimat. Gadis itu terkekeh pelan lalu mengangguk menanggapi. "Okay, Mr. Thitipoom." ujarnya lalu berjalan menuju ruang makan.
"Hello there? my apologies, I wa-"
"Bener-bener ya lo thitipoom!"
Refleks, Thitipoom menjauhkan speaker telepon dari telinganya ketika mendengar seruan keras dari si penelpon.
"Kit?" tanyanya dengan ragu.
"Yaiyalah siapa lagi?!" sungut sang sahabat dari line sebrang. Tawa renyah keluar dari bibir Thitipoom. "Gue lagi di New York nih."
Kedua bola mata Thi membola. "Yang bener??"
"Iya beneran! gue nginep di hotel area SoHo. Ayok ketemuan ya! I'll email you the address. Jangan telat! gak nerima penolakan! Bye, see you!"
PIP
Panggilan terputus begitu saja. Thitipoom menatap telepon dalam genggamannya dengan sebelah alis terangkat bingung. Sedetik kemudian dia menyunggingkan senyum lebar. Hah... dasar Krist. Masih sama seperti Krist yang dia kenal dulu. Ah, Thi rindu sekali dengan sahabatnya itu.
BING!
Ia mengalihkan pandangan kembali ke layar laptop yang tengah menampilkan sebuah pesan email masuk. Seperti dugaannya, dari Krist. Berisi lokasi dimana mereka akan bertemu nanti dan nomor telepon lelaki itu.
"Babe!" dia menoleh mendengar panggilan tersebut. "Aku aja yang anter anak-anak. Kasian Mandy nanti telat masuk kelas kalau nganterin mereka dulu."
Itu suara Tawan, yang tengah berjalan menuju kearahnya sambil menenteng tas kerja dengan jas yang dia sampirkan di lengan.
"Yaudah kalau gitu. Kamu udah mau jalan?"
Thi bangun dari duduknya lalu memposisikan diri untuk sejajar dengan sang suami. Membenarkan kerah baju yang terlipat dan dasinya yang sedikit tidak rapih. "Kamu tuh bisa gak si kalo pake dasi yang rapih?" ujarnya kesal.
"Buru-buru tadi."
Ia berdecak pelan mendengar jawaban tersebut.
"Udah. Nah, kan kalo gini enak ngeliatnya. Gak berantakan." sambungnya lagi kemudian tersenyum puas. "Anak-anak mana?"
"Masih sarapan kayaknya. Boys come on! we are late!" seru Tawan agak keras.
"Wait a minute, dad!" terdengar suara dua orang anak laki-laki menyahut secara bersamaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Piece of Heart
Romancea Taynew FanFiction by Cielainsley Hanya sebuah kisah tentang Thitipoom dan Tawan. Dua insan manusia yang dengan sadar menitipkan separuh hatinya pada satu sama lain. Thi yang berjiwa bebas dan Tawan yang seorang pemikir ulung. Bagai dua kutub magne...