You Can Lie, I Would Believe You

521 42 4
                                    

Flashback
Setting of Time:
still in 2015

Jemarinya bergerak menyisir surai miliknya yang berwarna hitam sepanjang dada. Merapihkan anak rambut di dekat dahi yang sedikit berantakan. Apple tersenyum puas ketika menatap pantulan dirinya di cermin.

Ia harus terlihat seribu kali lipat lebih baik dari biasanya untuk malam ini.

"Udah siap?"

Tawan melongokkan kepala dari daun pintu. Apple menoleh kearahnya kemudian mengangguk. "Yuk." ajaknya lalu meraih tas dari atas meja rias. Ia berjalan mendekat. Kemudian tertawa kecil melihat Tawan yang menatapnya dengan kagum.

"Oh wow..." gumam pemuda itu tanpa sadar.

Satu kekehan lolos dari bibir Apple.

"So... how do I look?"

"Can't you guess just by looking at my face?"

Keduanya tertawa kemudian.

Gaun berwarna dusty pink dengan panjang selutut itu sangatlah pas membalut tubuh jenjangnya. Cocok sekali digunakan untuk acara mereka malam ini.

Pesta ulang tahun pernikahan Bapak dan Ibu yang ke 30 tahun. Lokasinya bertempat di salah satu hotel bintang lima di Jakarta. Dimana dia akan secara resmi berkenalan langsung dengan keluarga besar Vihokratana beserta kolega mereka.

Ada sedikit rasa bangga dalam dirinya.

Ia tidak bisa tampil sembarangan. Apalagi posisinya adalah sebagai pendamping pewaris utama.

She isn't a gold digger, but the fact that her boyfriend is so wealthy kinda astounded her.

Tawan berjalan mendekat. Menggenggam kedua tangan sang kekasih lalu mencium punggung tangannya.

"You are perfect." ujarnya lembut.

Senyum di bibir Apple semakin melebar.

--Piece of Heart--

"Aku pergi dinas keluar kota. Pulangnya gak tau kapan. Kasusnya lumayan berat. Maaf ngasih tau kamu mendadak. Talk to you later."

Thi membaca pesan dari Jumpol itu untuk kesekian kalinya. Hatinya tidak tenang.

Tidak biasanya Jumpol seperti ini.

Pemuda itu selalu menyempatkan waktu untuk mengabarinya. Ia tidak pernah pamit dengan pesan teks seperti ini.

Thi kembali men-dial nomor ponsel sang kekasih. Nada sambung terdengar.

TUT

Jelas sekali Jumpol mematikan panggilannya.

Lelakinya itu seolah-olah menghindarinya akhir-akhir ini.

Jantung Thi berdebar tidak karuan. Ia panik sekarang.

Sebenarnya Jumpol kenapa?

--Piece of Heart--

Ia menarik nafas lalu menghembuskannya dengan berat. Ragu-ragu untuk berjalan mendekat kearah sang kekasih yang kini tengah asik mengobrol dengan ketiga teman dekatnya. Sesekali tertawa entah karena apa. Kadang dia iri.

Selama ini rasanya seolah ada dinding penghalang yang terbangun diantara mereka. Jarak yang terlihat jelas dan tidak mungkin bisa Apple lewati.

Padahal dirinya dan Krist berteman. Mereka bertugas di Rumah Sakit yang sama. Cukup akrab juga saat bekerja.

Namun tetap saja...

Seolah Apple adalah orang luar yang tidak diizinkan masuk ke dalam sirkel kecil mereka.

Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang