Those Who Are Playing With Fire (Part II)

460 43 5
                                    

Flashback
Setting of Time:
around the year 2012

"Happy graduation love..." ucapannya diakhiri dengan kecupan di dahi. Thi menyunggingkan senyum lalu semakin mengeratkan pelukan pada tubuh sang kekasih.

"Thank you, babe." gumamnya. "Oh iya aku mau bilang sesuatu." ia melepaskan diri lalu menggenggam kedua tangan Jumpol. Ada sedikut keraguan yang terpancar dari kedua manik coklat tersebut.

"Ke labuan bajo-nya bisa di postpone gak?" ia bertanya dengan hati-hati.

Senyum yang terukir di wajah Jumpol seketika luntur. "Thi aku udah booked flight sama hotel buat minggu depan loh."

Thi meringis pelan. Tidak enak hati karena harus membatalkan liburan yang sudah mereka rencanakan dari jauh hari. Hadiah graduation dari Jumpol katanya. Sekaligus melepas penat juga. Akhir-akhir ini jarak di antara mereka terasa jauh akibat dari kesibukan masing-masing. Jumpol dengan pekerjaannya di firma hukum dan Thi yang baru saja di terima bekerja di salah satu kantor majalah terkenal di Indonesia sejak 6 bulan yang lalu.

Begitu tahu dia sudah bisa mengambil jatah cuti, Jumpol tidak banyak berpikir dan langsung mengajak Thi berlibur selama 10 hari ke labuan bajo. Dia ingat kekasihnya itu bilang ingin pergi kesana. Mereka sudah berencana untuk pergi setelah upacara wisuda Thi.

"Kemarin staff payroll tiba-tiba resign. Kerjaan numpuk banget terus aku di suruh take-over. Gak mungkin aku nolak, jum." jelas Thi dengan wajah bersalah. "I'll make it up to you, I promise, ya?" bujuknya.

"Babe..." ia menatap sang kekasih dengan memelas. "Jangan marah please..."

Jumpol meliriknya sekilas lalu menghela nafas dengan berat. Ia kesal tentu saja. Liburan romantis mereka harus batal di saat-saat terakhir. Padahal dia sudah merencakan kencan yang tak akan terlupakan. Menginap di resort tepi pantai lalu menghabiskan waktu sambil menjelajahi budaya setempat. Tentu saja wisata kuliner menjadi kegiatan wajib bagi mereka. Kemudian di tutup dengan makan malam romantis mungkin?

Ah... membayangkannya saja sudah membuat Jumpol bahagia. Namun itu semua tinggal wacana.

"Yaudahlah mau gimana lagi." akhirnya Ia berujar. Menyerah. Wajahnya menekuk tidak suka.

"I'm really sorry."

Jumpol mengangguk mengerti. "There is always next time. It's okay." sahutnya dengan berat hati lalu kembali memeluk sang kekasih.

"Thi kita belom foto berempat!"

Keduanya menoleh bersamaan kearah seruan bersemangat yang dilontarkan Krist. Pemuda itu tengah berjalan menuju mereka dengan diikuti Tawan dan Singto yang tengah memakai baju toga sama seperti Thi.

Jumpol tertawa kecil. "Sini gue fotoin lo ber-empat." ujarnya. "Aduh empat serangkai ini."

"Yes! makasih bang! nih kameranya." ia berujar sembari menyerahkan kamera pada Jumpol.

"Kamu sama Singto di tengah." ujarnya pada Thi. Pemuda itu menurut. Berdiri diantara Singo dan Tawan. Sementara Krist tentu saja di sebelah Singto.

Pandangannya sepersekian detik beradu dengan milik Tawan. Pemuda itu memberikannya senyum tipis. Merangkul tubuhnya agar sedikit mendekat.

"Yok udah siap belom? gue hitung ya satu, dua, ti..."

CLICK!

"...ga. Jago banget dah gue ngambil gambar." ujar Jumpol puas melihat hasil jepretannya. Krist berjalan mendekat untuk melihat foto tersebut.

"Aren't you full of yourself?" cibirnya meledek. Dibalas dengan toyoran pelan di kepala oleh Jumpol. Menghasilkan rengutan kesal dari Krist.

"Totoooo..." rengeknya. Singto terkekeh pelan lalu dengan sigap mengelus kepala sang kekasih dengan lembut.

Piece of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang