Apta, Kahfi, dan Barra kini berada di asrama. Setelah pulang sekolah mereka memilih langsung pulang ke asrama. Mereka ingin mengistirahatkan tubuh dan menyegarkan otak.
Mereka berbaring di kasur masing-masing. Tak ada satu pun dari mereka yang tidur. Hanya berbaring.
Suasana kamar mereka juga sangat sepi. Sebab mereka bertiga merupakan tipikal cowok yang males ngomong kalau nggak penting.
"Ta kamu kenal gadis tadi?" tanya Kahfi.
Di Ponpes Darul 'Ilmi memang dibiasakan untuk memanggil teman sebayanya dengan 'aku kamu' bukan 'gue elo'. Panggilan itu berlaku untuk lelaki maupun perempuan.
Kahfi cukup takjub dengan keberanian gadis tadi. Gadis itu cukup berani untuk menggoda si raja Antartika.
Apta menggeleng, ia juga heran dengan kelakuan gadis itu. Saat ia tak sengaja menatap wajahnya, Apta berspekulasi jika gadis itu gadis yang kalem. Namun nyatanya dia gadis yang memiliki tingkat kekaleman 0,1 % alias nggak ada kalem-kalemnya blas.
"Tapi gadis tadi cukup berani Ta, selama kita berteman nggak pernah tuh liat gadis yang berani nyapa," imbuh Barra.
Kenyataannya memang begitu. Selama ini tak ada satu pun gadis yang berani mendekati mereka bertiga. Meski hanya sekedar menyapa saja.
"Bener tuh Bar," sahut Kahfi.
Barra dan Kahfi kini sedang membicarakan gadis tadi. Tidak biasanya mereka ngegosip seperti ini. Barra dan Kahfi memang unik plus aneh. Jika diluar asrama mereka sangat dingin dan cuek pada siapa saja.
Tetapi jika hanya ada mereka bertiga, Barra dan Kahfi bisa cosplay dadakan menjadi emak-emak kang gosip. Tetapi versi mas-mas bersarung dan berpeci.
"Kalian bisa diam nggak!" seru Apta.
Ia paling tidak suka jika mendengar keributan. Untungnya ia memiliki teman yang cukup tau kondisi.
Mendengar seruan Apta membuat Barra dan Kahfi langsung diam. Mereka pernah merasakan amarah seorang Apta. Karena itu mereka tak mau lagi membangkitkan amarahnya.
Apta memang tipikal cowok dingin tapi jangan lupakan ketika singanya mulai bangun. Ia tak segan memarahi siapa pun. Dingin namun tegas, itulah Apta.
"Kalian cepet siap-siap, udah hampir asar," ucap Apta datar namun ucapannya seakan memerintah.
Barra dan Kahfi mengangguk, Apta memang sangat bisa dijadikan panutan bagi mereka. Apalagi sikap tegas dan berwibawa milik Apta. Sepertinya ia akan cocok dijadikan ketua OPDI ( Organisasi Pelajar Darul 'Ilmi ).
OPDI itu merupakan organisasi pelajar yang mirip OSIS hanya berganti nama menjadi OPDI.
••••
Tari menatap langit sore yang lumayan cerah lewat jendela kamarnya. Senyumnya mengembang kala mengingat wajah datar Apta.
Wajah itu sangat menarik baginya meskipun tanpa ekspresi sudah dapat menggambarkan bagaimana wibawa dan tampannya Apta.
Ia masih setia menatap cerahnya langit. Kadang kala ia menghitung jumlah burung yang lewat beterbangan.
Sungguh manusia tergabut di asrama pondok Darul 'Ilmi. Paling tidak jika gabut para santri akan saling berbincang atau hanya sekedar berjalan-jalan.
Berbeda jika Tari yang gabut. Ia akan menghitung jumlah burung yang beterbangan atau tidak mengabsen beberapa hewan yang lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Zahra dan Ali [ 𝐄𝐍𝐃 ]
Novela Juvenil•• 𝑪𝒂𝒏𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒘𝒂 𝒑𝒆𝒔𝒂𝒏𝒕𝒓𝒆𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂 •• 𝔟𝔶: 𝔉𝔞𝔫𝔦𝔩𝔞𝔟𝔩𝔲𝔢 _______ Batari Indira Adistia, gadis remaja yang merupakan penggila tortilla dan susu strawberry. Kisah hidupnya sangat dramatis dan pen...