"Kalian balik aja duluan ke asrama, aku mau ke aula," ucap Apta seraya membereskan buku-bukunya dan memasukkan ke tas punggungnya.
Kahfi dan Barra saling berpandangan lalu mengangguk.
"Aku duluan, assalamu'alaikum," pamit Apta lalu melangkah menuju aula yang berada di lantai bawah.
"Wa'alaikumsalam," balas Kahfi dan Barra bebarengan. Setelah Apta keluar dari kelas, mereka berjalan beriringan menuju asrama.
Hari ini sangat melelahkan, banyak kegiatan yang menguras tenaga.
•••
Apta melangkah memasuki aula lalu mencari tempat duduk yang masih kosong. Ia mendapati sebuah kursi di pojok ruangan. Apta duduk di situ seraya menunggu kakak pembimbingnya datang.
"Mali kamu ikutan jurnalistik juga ternyata?" tanya Tari pada Malika.
Malika mengangguk.
Keduanya lantas masuk ke aula. Tanpa sengaja manik mata Tari bertubrukan dengan manik mata Apta. Seulas senyum terbit di bibir Tari. Ia menatap Apta cukup lama dan Apta juga balik menatapnya. Tari mengedipkan mata kirinya dan tersenyum pada Apta.
Apta langsung mengalihkan pandangannya menatap objek lain. Gadis itu berbahaya, sangat membahayakan.
Tak lama kemudian kakak-kakak pembimbing masuk. Mereka berjumlah sekitar sepuluh orang. Laki-laki enam dan perempuan empat.
Dari kelima laki-laki itu ada seorang kakak yang berwajah teduh. Ia tampak friendly. Disampingnya terdapat seorang kakak perempuan yang berwajah manis.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat siang adik-adik," sapa kakak lelaki berwajah teduh itu.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, siang juga kak," balas seluruh anggota ekstra jurnalistik.
"Sebelum musyawarahnya kita mulai, kami akan memperkenalkan diri terlebih dahulu," sambung kakak tadi.
Adik-adik anggota mengangguk paham. Mereka menatap kakak-kakak nya dan menanti apa yang akan mereka bicarakan.
"Saya mulai terlebih dahulu ya."
"Saya Imam Al-Ghazali, kalian bisa memanggil saya kak Al, saya menjabat sebagai ketua ekstrakurikuler jurnalistik," ucapnya memperkenalkan diri yang dibalas anggukan adik-adik anggota.
Kak Al memberi isyarat pada perempuan disisinya untuk memperkenalkan diri.
"Halo saya Laila Azhara, kalian bisa memanggil saya kak Laila, di ekstrakurikuler jurnalistik ini saya menjabat sebagai wakil ketua," ucap kak Laila diakhiri senyumannya.
Setelah kak Al dan kak Laila memperkenalkan diri diikuti kakak-kakak lainnya. Mereka itu kak Naila dan kembarannya kak Naili, mereka berdua sebagai sekretaris dan bendahara.
Lalu ada juga kak Salma, dia bertugas sebagai editor. Lalu kak Ismail atau biasa disapa kak Mail, dia juga sebagai editor ditemani oleh kak Salma dan kak Surya.
Lalu ada kak Ibrahim, yang biasa disapa kak Ib. Lalu ada juga kak Usman dan terakhir kak Lutfi, atau biasa dipanggil kak Upi, bukan upil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Zahra dan Ali [ 𝐄𝐍𝐃 ]
Ficção Adolescente•• 𝑪𝒂𝒏𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒘𝒂 𝒑𝒆𝒔𝒂𝒏𝒕𝒓𝒆𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂 •• 𝔟𝔶: 𝔉𝔞𝔫𝔦𝔩𝔞𝔟𝔩𝔲𝔢 _______ Batari Indira Adistia, gadis remaja yang merupakan penggila tortilla dan susu strawberry. Kisah hidupnya sangat dramatis dan pen...