23. Hari yang Ditunggu

142 17 0
                                    

Hati yang mendebarkan akhirnya tiba. Puncak dari perjuangan siswa kelas dua belas Darul 'Ilmi. Ingat ini hanya lah puncak bukan akhir dari perjuangan. Artinya setelah ini masih ada perjuangan lagi. Perjuangan baru dalam menyelami kehidupan yang sesungguhnya.

Banyak siswa yang terlihat gelisah dan khawatir. Ada pula yang berusaha mengalihkannya dengan saling berbagi cerita. Tari melirik kedua temannya yang tampak diam saja. Ia menyikut lengan mereka bersamaan, karena kebetulan ia duduk diantara Milla dan Diba.

"Kalian takut nggak lulus ya?" tanya Tari dengan nada mengejek disusul tawanya yang mengganggu pendengaran.

"Sorry ya Tar kita lagi malas baku hantam," sinis Milla yang malah ditertawai Tari.

"Selow Mil, pasti lulus kok. Percaya deh sama aku," ujar Tari seraya menepuk-nepuk pundak Milla. Bukannya merasa tenang karena ucapan Tari, Milla malah semakin resah.

"Anak-anak masuk ke kelas!" perintah bapak kepsek dengan membawa secarik kertas yang mungkin berisi daftar murid yang lulus.

Setelah semua siswa berkumpul, Pak Kepsek mulai mengawali pengumuman dengan salam. "Langsung saja, kalian sudah tau kan hari ini merupakan hari pengumuman kelulusan kalian. Apapun hasilnya Bapak harap kalian dapat menerimanya dengan lapang dada."

Kalimat terakhir pak Kepsek membuat suasana di kelas semakin tegang.

"Selamat semuanya dinyatakan lulus!" seru pak Kepsek yang disambut ucapan syukur dari semua siswa.

"Anak-anak lulus dari sini bukan berarti kegiatan belajar kalian berhenti," ucap pak Kepsek menasihati.

"Dimana pun kalian berada, kalian tetap bisa belajar. Dari siapa saja dan apa saja. Bapak mewakili semua dewan guru meminta maaf apabila memiliki banyak kesalahan selama mengajar kalian, dan In Syaa Allah kita semua juga sudah memaafkan apabila kalian mempunyai salah. Tetap semangat dan raih cita-cita kalian! Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ujar pak Kepsek.

Setelah beliau keluar kelas semua siswa saling berpelukan. Tak terkecuali Diba, Milla, dan Tari. Mereka berpelukan penuh haru. Pelukan yang erat dan hangat dari seorang sahabat. Di Darul 'Ilmi lah Tari menemukan sahabatnya dan itu adalah mereka berdua.

"Diba ... Milla ... maafin Tari kalau selama ini suka jail, suka bikin kalian marah, sejujurnya Tari sayang kalian. Tari ga bisa bayangin gimana kalau kita berpisah nanti," ujar Tari dengan air mata yang mulai turun membasahi pipinya juga hidungnya yang mendadak pilek.

"Milla udah maafin kamu kok, Milla juga minta maaf dan terima kasih untuk dua tahun terakhir ini. Milla beruntung punya sahabat kayak kalian," imbuh Milla diikuti matanya yang mulai berlinang air mata. Perpisahan adalah mimpi terburuk sepanjang hidupnya. Tak pernah terbayangkan akan berpisah dengan mereka yang selalu mendukung dan menyokong meski lebih sering mengejek. Bagaimanapun sahabatnya, seburuk apapun fisiknya, segila apapun dia, dia tetap sahabatnya.

"Aku sayang kalian," ucap Diba singkat seperti biasanya.

🕌




Bukan Zahra dan Ali [ 𝐄𝐍𝐃 ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang