Seperti angan yang menjadi kenyataan. Semua doa-doanya dijawab Allah pada hari ini. Apta masih tidak menyangka, gadis dengan banyak tingkah yang pernah menggodanya kala masih mondok sebentar lagi akan menjadi istrinya, tanggung jawabnya, dan kawan selamanya. Semoga Allah selalu menyertai tiap langkahnya, aamiin.Diantar oleh kedua orang tuanya juga kerabat dekatnya, Apta mengunjungi kediaman mempelai perempuan untuk melaksanakan ijab qabul. Apta mengenakan setelan jas lengkap. Sesampainya di kediaman Tari, sudah banyak tamu yang hadir untuk menyaksikan ijab qabul mereka.
Kalau ada yang tanya, bagaimana suasana hati Apta saat ini jawabannya campur aduk. Ada rasa haru, bahagia, dan deg-degan. Semuanya melebur menjadi satu menjadikan perasaan yang sulit untuk dijabarkan. Ayah yang mengetahui kegelisahan putranya menepuk punggungnya pelan seraya tersenyum memberikan suntikan semangat untuk sang putra.
Apta duduk di kursi yang telah disediakan dan berharap langsung dengan Abinya Tari. Rasa deg-degan itu muncul. Tatkala ia menggenggam tangan Abi. Sebelumnya prosesi ijab qabul, Apta menyerahkan hafalan surah Al-Kahfi pada Abi sebagai salah satu maharnya untuk Tari.
Saat Apta melantunkan ayat demi ayat surah Al-Kahfi, Tari terharu kala mendengarnya. Apta lelaki dingin, yang susah diajak berkomunikasi kini benar-benar serius padanya. Tari langsung sang Umi yang berada disisinya.
"Heh jangan nangis! Umi nggak mau benerin make up kamu, dongak biar air matanya masuk lagi," ujar Umi.
Tari tidak membalas perkataan Uminya, ia sedang malas berdebat. Malu dong, udah mau jadi istri orang kok hobi debat. Ia malah mempererat pelukannya pada Umi. Dengan lembut Umi mengelus kepala Tari yang tertutup hijab putih dan sebuah mahkota kecil.
"Princess ga boleh nangis, sebentar Prince bakal datang, jadi jangan kamu harus cantik," ujar Umi sendu.
"Umi ... Tari tetep jadi anaknya Umi kan?" tanya Tari seraya menatap sang Umi dengan mata yang siap menumpahkan air mata.
"Sampai kapanpun Tari tetep jadi putrinya Umi sama Abi. Meski Tari udah punya keluarga sendiri, hubungan orang tua dan anak tidak dapat dipisahkan apapun dan siapapun, udah dongak sana, belum juga Apta kesini make up nya udah luntur, enggak lucu Tar," kata Umi.
Tari mendengus, Uminya memang tidak bisa untuk menghayati keadaan sebentar saja. Hobinya tidak lain mengajak Tari adu mulut. Maafkan Tari Umi ...
Tiba-tiba terdengar seruan 'SAH' dari luar sana. Umi dan Tari saling berpandangan lalu kembali berpelukan. Umi tersenyum haru mengingat Tari yang kini sudah menjadi tanggung jawab Apta. Selama dua puluh satu ia merawat Tari banyak suka duka yang telah ia lalui. Memantau perkembangan Tari dari bayi merah sampai bersuami membuat Umi merasa berat untuk melepas Tari bersama suaminya.
Tetapi mau bagaimana pun sekarang tanggung jawab atas Tari sudah berpindah pada sang suami, tidak lain adalah kawan sekolahnya.
"Tari ingat pesan Umi, jangan pernah melawan suamimu jika itu masih dalam hal kebaikan, ikuti setiap kata-katanya. Jangan jadi istri yang durhaka," pesan Umi seraya meneteskan air mata.
Tari mengangguk lalu tangannya terulur mengusap air mata wanita yang sangat ia sayangi. "Terima kasih Umi, Tari sayang Umi."
"Itu suamimu datang, Umi keluar ya," ujar Umi lalu melepas tangan lembut Tari dari pipinya. Tari hanya mengangguk dan menatap Uminya yang keluar. Berganti dengan seorang lelaki tampan berjas putih yang tersenyum kearahnya.
"Assalamu'alaikum," ujarnya lembut dengan senyuman manis.
Tanpa diminta Tari ikut tersenyum, ia menatap suaminya hangat. Apta perlahan mendekati Tari lalu meraih kedua tangan Tari yang sedikit gemetar. Apta tersenyum hangat lalu mencium kening Tari dan berganti Tari yang mencium punggung tangan Apta.
"Keluar ya, kita temui tamunya," ajak Apta seraya menggenggam tangan gadis dihadapannya yang kini menyandang gelar menantu keluarga Gumilar.
🕌
Tamu yang hadir sangat banyak, mulai dari klien kerja Abi, sahabat lama Abi dan Umi. Diundang pula sahabat-sahabat lama Tari dan Apta. Tari tidak banyak berharap dengan kehadiran kedua sahabatnya, Diba dan Milla. Sekarang ia dan Apta sedang tersenyum sambil menyalami setiap tamu.
Karena terlalu sibuk dengan banyaknya tamu, Tari tidak menyadari kehadiran Milla bersama suaminya. Tari baru sadar Milla hadir ketika Milla sudah di panggung. "Mas ... lihat itu Kahfi bukan?" tanya Tari sambil menggoyangkan lengan Apta.
"Mana?"
"Ishhh itu lo Mas, yang cewek Milla, yang cowok Kahfi temenmu," lirih Tari.
"Batari ... Milla datang!" seru Milla tanpa malu. Padahal ia sedang hamil dan banyak tamu. Tari sampai heran, sahabatnya tidak banyak berubah. Sampai Kahfi mengingatkan Milla supaya diam, baru wanita itu diam dan mendadak kalem.
"Selamat Ta, akhirnya kalian nikah," ujar Kahfi lalu menjabat tangan Apta.
"Syukron Fi, cewek cowok Fi?"
"Belum tau, katanya Milla biar jadi surprise aja."
Setelah bersalaman dan mengucapkan selamat, Milla dan Kahfi turun untuk menyantap hidangan yang disediakan. Sedangkan pasutri baru masih sibuk meladeni setiap tamu.
Bersambung ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Zahra dan Ali [ 𝐄𝐍𝐃 ]
Novela Juvenil•• 𝑪𝒂𝒏𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒘𝒂 𝒑𝒆𝒔𝒂𝒏𝒕𝒓𝒆𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂 •• 𝔟𝔶: 𝔉𝔞𝔫𝔦𝔩𝔞𝔟𝔩𝔲𝔢 _______ Batari Indira Adistia, gadis remaja yang merupakan penggila tortilla dan susu strawberry. Kisah hidupnya sangat dramatis dan pen...