┏━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┓
Showtime {1}
┗━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┛Lyane termangu menatap sosok di cermin. Rambut hitamnya tegelung berantakan, kepangan membentuk mahkota melingkari kepalanya. Nuansa violet di matanya juga menggelap akibat dari ilusi warna rambutnya, sekarang manik matanya lebih telihat seperti hitam di ruangan tertutup. Lyane nyaris tidak mengenali dirinya.
"Can we buy some more of these? dark hair kinda suits me," celetuk Lyane.
"You're beautiful just the way you are," gumam Edmund, tidak cukup pelan untuk meghindari pedengaran Lyane,
"Wow, aku tidak tahu mulut aroganmu bisa melontarkan pujian." Lyane berpaling, dia sedang memastikan gelombang suara dari mulut Edmund ucapkan sesuai dengan gelombang yang ditangkap telinganya.
"Siapa bilang itu pujian?" Jawab Edmund, fokusnya masih tertuju pada barang-barang yang sekiranya mereka perlukan.
Lyane mengernyit, jelas-jelas itu pujian, memangnya apalagi yang dia maksud? Namun Lyane baru ingat, bagaimana ejekan bisa dia ubah menjadi pujian, begitupun sebaliknya.
"Sepertinya ini cukup, kau siap?" Edmund membuyarkan lamunan Lyane.
Lyane terdiam selama beberapa saat, "Tunggu... apakah kau yakin kita akan bermalam di sini? Aku memberitahu Aisha bahwa kita adalah budak yang dibeli, terdengar tidak masuk akal bila kita kembali lagi ke sini."
"Ah, kau sih main asal berkilah tanpa kompromi terlebih dulu." Edmund mendecak.
"Kau tidak bilang ini akan memakan waktu dua hari." Lyane memutar mata.
"Baiklah, mari kita rapihkan kembali semua barang bawaan, lalu cari tempat bermalam yang lain." Final Edmund.
{⋆⌘⋆}
Setelah Lyane merapihkan semua barang bawaan, ia melirik cermin sekali lagi, memperhartikan penampilannya. Lyane meraba botol kecil yang berisi serbuk bunga Nerium Oleander di dalam tas pinggang kecil di bawah gaun sederhananya. Ia menghela napas, mau tidak mau dia harus siap, bukan?
Edmund telah menyampaikan rencananya pada Lyane, Lyane tdiak bisa mengelak, Edmund merupakan penyiasat yang handal, dia dapat membuat strategi yang cukup matang dalam kurun waktu singkat. Lyane juga baru menyadari keahlian lain Edmund dalam sains. Edmund sendiri yang mencari, membuat serbuk bunga Nerium dan menakar dosisnya agar efek samping dari racun bunga tersebut tidak sampai kematian.
Lyane bangkit, menghampiri Edmund.
"Mustahil membawa busur ke dalam Tashbaan tanpa disadari, untuk sementara kau gunakan ini dulu sebagai proteksi." Edmund mengulurkan sebilah pisau belati pada Lyane.
"Kita tidak mungkin juga meninggalkan busur dan anak panahku di sini," protes Lyane.
"Memang tidak, kita akan membawanya namun busur dan anak panahmu akan tetap bersama Snow." Penjelasan Edmund dibalas anggukan oleh Lyane.
Edmund membereskan kembali semua barangnya sebelum keluar lebih dulu. Lyane menghela napas lagi lalu menyusul Edmund. Keriuhan menyapa mereka saat mereka sampai di lantai dasar. Banyak orang berlalu-lalang. Tempat ini terlihat lebih hidup dibanding semalam.
"Kalian bersenang-senang?" sapa Aisha, membuat keduanya mengernyit.
"Oh apa kalian tidak tahu? Dinding disini tidak kedap suara, jadi semua orang tahu apa yang kalian lakukan semalam..." Aisha mendekat kearah keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐫𝐫𝐨𝐠𝐚𝐧𝐭 -𝘌𝘥𝘮𝘶𝘯𝘥 𝘗𝘦𝘷𝘦𝘯𝘴𝘪𝘦
Fanfiction𝗮𝗿·𝗿𝗼·𝗴𝗮𝗻𝘁 /ˈ𝘦𝘳əɡə𝘯𝘵/ 𝘢𝘥𝘫𝘦𝘤𝘵𝘪𝘷𝘦 having or revealing an exaggerated sense of one's own importance or abilities. ⊱ ────── {⋆❉⋆} ────── ⊰ Kesan pertama adalah hal yang paling penting saat bertemu...