Chapter 4

1.1K 193 13
                                    

┏━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┓
No Body No Crime
┗━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┛

Sebentar lagi waktu makan malam, Lyane sudah berada di posisi, siap menjalankan rencana. Lyane memasuki dapur dan bertemu dengan salah satu pelayan.

"Hai Nona Rosemarine, ada yang bisa saya bantu?" Tanya si Pelayan.

"Oh, tolong panggil aku Lyane saja. Aku hanya ingin membuat teh." Jawab Lyane.

Si Pelayan mengantar Lyane pada meja berisi alat dan bahan pembuat teh. Di sampingnya terletak nampan berisi 4 gelas mewah dengan berbagai motif yang telah terisi teh.

"Boleh aku bertanya itu untuk siapa?" Tanya Lyane menunjuk nampan tersebut.

"Tentu saja, Ini untuk Kings and Queens of Narnia. Yang Emas bermotif daun apel untuk Raja Agung Peter, yang emas bermotif bunga daffodils untuk Ratu Susan, yang perak bermotif daun birch untuk Raja Edmund, dan yang perak bermotif daun laurel untuk Ratu Lucy." Jelas si Pelayan.

'Sempurna' pikir Lyane. Tadinya Lyane berpikir ia akan membutuhkan waktu lama untuk mencari gelas Raja Edmund.

"Oohh, begitu... baiklah terimakasih"

Si Pelayan mengangguk sebelum pamit undur diri.

Lyane mulai melaksanakan aksinya. Ia pindahkan teh di gelas Edmund ke gelas kosong dan mulai membuat teh baru untuk Edmund, namun Lyane menaruh garam sebagai pengganti gula. Dengan gesit namun berhati-hati, Lyane selesai tepat sebelum si Pelayan kembali.

Lyane meneguk teh yang tadi ia pindahkan sampai habis dan menaruh gelasnya di wastafel sebelum beranjak keluar dapur dan berjalan menuju ruang makan.

Saat sampai, Corin bertanya melewati telepati, "bagaimana?".

"Perfect." Jawab Lyane melalui telepati juga.

Lyane menempati tempat duduknya di samping Corin, tak lama kemudian makan malampun dihidangkan. Karena merasa kembung, Lyane hanya mengambil sedikit porsi makan.
Semua menyantap makanan nya dengan hening dan tenang, sampai...

"Puffrt" Edmund memuncratkan minuman nya.

Semuanya menengok ke arah Edmund, Raja Lune menatapnya dengan tatapan bingung dan khawatir. Ratu Susan dan Ratu Lucy menatap Edmund bingung.
Sedangkan Corin dan Lyane berusaha keras menahan tawa mereka.

"Berhasil!" Mereka bertelepati secara bersamaan dan tangan mereka ber-tos di bawah meja.

"Ed!" Tegur Raja Peter, ia terlihat malu dan marah.

"Maaf,saya mohon maaf, yang mulia." Mohon Edmund pada Raja Lune.

"Kau tidak apa-apa kan, Raja Edmund?" Tanya Raja Lune khawatir.

"Tidak yang mulia, hanya saja... teh saya rasanya asin." Yang lain semakin bingung kecuali Lyane dan Corin yang semakin susah menahan tawa.

Raja Lune menanyakan perihal teh ini kepada Pelayan, si Pelayan menunduk berkali kali dan meminta maaf. Lyane merasa heran, kenapa si Pelayan tak cerita tentang kedatangan Lyane ke dapur sebelum makan malam. Padahal Lyane sudah menyiapkan alasan untuk itu.

"Tidak apa-apa, lain kali tolong lebih berhati-hati lagi." Ujar Edmund, si Pelayan pun membungkuk hormat sebelum pergi dari ruang makan.

Meskipun si Pelayan mengaku bersalah dan telah meminta maaf, Edmund tetap menaruh curiga pada Lyane karena Edmund menyadari gelagat Lyane yang tengah mati matian menahan tawa.

Setelah makan malam selesai, Lyane dan Corin segera pamit undur diri, mereka tak kuat ingin tertawa dengan puas. Saat di koridor, tawa merekapun pecah.

"AHAHAHAHAH tadi itu sangat lucu!!" Ujar Corin.

"Ya, aku sangat puas bisa melakukan nya." Ujar Lyane dan mereka terbahak bersama.

Tak lama kemudian, Edmund memanggil dan menghampiri Lyane, "Lady Rosemarine!" Panggilnya.

Lyane dan Corin pun berhenti tertawa, "oops, orangnya datang... saatnya pergi." Telepati Corin.

"Awas kalau kau-" belum selesai Lyane membalas telepati Corin, Corin sudah pergi sembari melambaikan tangan pada Lyane. Lyane mendengus sebal.

"Ada apa, yang mulia?" Tanya Lyane dengan nada sarkastik.

"Aku tahu kau yang melakukannya." Jawab Edmund to the point.

"Melakukan apa?" Tanya Lyane, pura-pura tidak tahu.

"Kau kan yang menaruh garam di tehku." Jawab Edmund, menatap Lyane berharap Lyane terintimidasi.

Namun tipikal Lyane, bukannya terintimidasi ia malah tertawa, "Pffftt, kau ada bukti?"

Edmund menggertakan giginya geram, "tidak, tapi aku lihat ekspresimu saat itu, aku tahu kau menahan tawamu."

"Dan? Banyak faktor yang bisa membuatku ingin tertawa, besides..." Lyane menjeda perkataan nya.

"No body no crime, King." Bisik Lyane pada Edmund, sebelum meninggalkannya terpaku diam.

Edmund mengepalkan tangan dengan wajah terkejut, ia marah pada Lyane. Namun bisikan Lyane juga membuat bulu kuduknya meremang dan membuat jantungnya berdegup kencang. Ia bingung dengan situasi ini... 'pasti terjadi karena aku sangat marah.' Pikir Edmund.

┏━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┓
To be continue...
┗━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┛








{a/n}
Maaf ya kalau chapternya pendek"
:( tapi insyallah aku bakal sering up kok. Semoga masih betah ya. Oiya maaf kalau cerita nya aga sedikit ngebosenin, sabar aja yaww spicy nya nanti coming soon sshsjjsshsjhs
—mvffinx

𝐀𝐫𝐫𝐨𝐠𝐚𝐧𝐭 -𝘌𝘥𝘮𝘶𝘯𝘥 𝘗𝘦𝘷𝘦𝘯𝘴𝘪𝘦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang