┏━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┓
The Woods
┗━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┛Saat makan malam, Lyane mengutarakan usulnya untuk pergi ke Tashbaan besok lusa. Awalnya Raja Lune menolak dan mengusulkan kepada mereka untuk pergi menggunakan kapal, namun Lyane tahu itu mustahil, pergi ke Tashbaan menggunakan kapal sama saja dengan mengumumkan kedatangan Archenland, mereka tidak akan bisa masuk dengan diam-diam. Jadi mau tidak mau, Lyane harus pergi melewati hutan dan padang pasir.
Dari yang Cor dan Aravis ceritakan, mereka membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga hari untuk menyebrangi padang pasir, dan mereka juga akan butuh persediaan makanan yang banyak. Namun Aravis memberitahunya bahwa ada jalan barat —atau jalan timur dari arah Archenland, jalan yang lebih panjang namun terdapat oase yang bisa dijadikan tempat bersinggah, terletak di tengah-tengah lereng.
Aravis juga menitipkan surat untuk temannya yang bernama Lasaraleen, menurut pendapatnya, Lasaraleen akan bersedia membantu bilamana Lyane menyampaikan surat dari Aravis dan jika diadem itu memang berada di Tashbaan.
Sore hari sebelum keberangkatan, Lyane dan Edmund mengadakan rapat kecil-kecilan. Mereka membicarakan rute, menentukan jumlah persediaan makanan, dan senjata apa saja yang akan mereka bawa. Tidak lupa mereka juga mengambil dua salinan peta dan menandai rute yang akan mereka lalui, juga mementukan tempat-tempat persinggahan.
"Kita akan berangkat besok sore," usul Edmund.
"Tidak, jika kita berangkat sore kita akan menghabiskan dua malam di hutan, lebih baik kita berangkat pagi dan hanya menghabiskan semalam di hutan," tentang Lyane.
"Tapi akan lebih efektif untuk berangkat di sore hari, tenaga yang di keluarkan akan semakin sedikit," timpal Edmund.
"Dengan mengambil jalan yang melewati oase saja sudah memakan waktu lebih, jika kita terus mengulur waktu perjalanan akan semakin lama."
Edmund terdiam, entah kenapa akhir-akhir ini dia lebih sering bertindak gegabah.
"Huft, bilang saja kau malas, dasar pemalas," celetuk Lyane.
"Aku tidak malas—"
"Sushh, sudah. Misiku, rencanaku."
"Dasar keras kepala," kata Edmund, suaranya lebih pelan dari bisikan namun entah bagaimana Lyane dapat mendengarnya.
Rapat pun berakhir dengan mereka yang saling mencibir.
{⋆⌘⋆}
Keesokan paginya, Philip dan Snow sudah siap di depan istana dengan segala macam perbekalan, sadel dan kantong sadelnya telah terpasang sempurna. Lyane dan Edmund masih menyantap sarapannya, bagi mereka itu adalah sarapan enak terakhir untuk beberapa hari kedepan. Sarapan kali ini dibalut dalam keheningan, tidak ada yang bicara, suara sendok dan garpu yang menyentuh piring pun jarang terdengar, bahkan suara jangkrik di pagi hari sampai terdengar nyaring saking heningnya.
Corin terlihat lesu, tidak seperti biasanya. Dari seharian kemarin dia sudah seperti itu, seperti menghindari Lyane. Semalam Lyane berkunjung ke kamar Corin dan mengetuk pintunya berkali-kali, Lyane berniat untuk berpamitan lebih dulu dan menanyakan perihal sikap Corin yang tidak biasa. Namun hampir setengah jam Lyane menunggu, Corin tidak kunjung membukakan pintunya. Akhirnya Lyane kembali dengan berusaha positive thinking bahwa Corin sudah tertidur, dan meyakinkan dirinya bahwa Corin hanya sedang badmood. Tapi hatinya masih saja resah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐫𝐫𝐨𝐠𝐚𝐧𝐭 -𝘌𝘥𝘮𝘶𝘯𝘥 𝘗𝘦𝘷𝘦𝘯𝘴𝘪𝘦
Fanfiction𝗮𝗿·𝗿𝗼·𝗴𝗮𝗻𝘁 /ˈ𝘦𝘳əɡə𝘯𝘵/ 𝘢𝘥𝘫𝘦𝘤𝘵𝘪𝘷𝘦 having or revealing an exaggerated sense of one's own importance or abilities. ⊱ ────── {⋆❉⋆} ────── ⊰ Kesan pertama adalah hal yang paling penting saat bertemu...