Chapter 3

1.2K 189 2
                                    

┏━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┓
Confide
┗━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┛

Tok tok tok

"Masuk!" Jawab Corin dari dalam.

"Kau tak akan percaya dengan apa yang baru saja ku lakukan." Lyane masuk dengan rusuhnya dan duduk di pinggir kasur.

Corin yang tadinya berbaring langsung duduk, tertarik dengan apa yang akan Lyane ceritakan.
"Apa yang terjadi?" Tanya Corin excited.

"Aku-hh- aku baru saja- sepertinya-" Lyane tak bisa fokus bercerita karena ngos-ngosan.

"Hey, tenang dulu." Ujar Corin.

Lyane menenangkan diri beberapa menit sebelum memulai ceritanya. "Aku baru saja bersikap kurang ajar."

"Bukannya kau selalu bersikap seperti itu?" Tanya Corin. Lyane refleks menggeplak kepala Corin dengan buku yang ada di dekatnya.

"A-aww!! Aku hanya bercanda!" Ringis Corin sembari mengusap bagian kepala yang tergeplak.

"Kalau denganmu atau dengan rakyat lain yang sederajat aku tak akan panik seperti tadi," Lanjut Lyane.

"Ini seorang Raja, Corin. Raja! Ya tuhan... bagaimana jika aku dimasukkan ke penjara?? Atau lebih parah, dihukum mati." Lyane lanjut menyerocos.

"Memangnya apa yang kau lakukan sampai kau memiliki pikiran seperti itu?" Tanya Corin.

"Huffft, aku berbicara seperti ini," Lyane bersiap untuk me-reka ulang kejadian tadi.

"Hanya karena kau Raja, bukan berarti kau bisa bisa bersikap seenakmu, King Edmund The Arrogant-"

"Tunggu, jadi kau bicara begitu pada Raja Edmund? AHAHAHAHAHAHAH" cerita Lyane terpotong oleh tawaan Corin.

"Hey! Apa yang lucu??" Kesal Lyane.

"Tidak, tidak ada, lanjutkan."

Lyane berdeham sebelum melanjutkan "dan ini bagian terburuknya, aku tak percaya aku berkata 'bersyukurlah aku masih menaruh hormat padamu'."

Kali ini Corin terbelalak, sebelum mulai terbahak lagi.

"Corin, aku seriuuss!" Keluh Lyane.

"Baiklah, baiklah, maaf." Corin berusaha berhenti tertawa.

"Tapi sebelumnya kau bersikap lebih parah pada Raja Edmund, kau tenang tenang saja," Heran Corin.

"Ya itu karena aku belum tahu kalau dia seorang Raja! Kalau dia menuntutku, aku bisa menggunakan itu sebagai alasan. Tapi sekarang, kalau dia menuntutku... hahh... habislah aku,"

"Pfftt- Raja Edmund tidak akan menuntutmu hanya karena kau berkata seperti itu, Lia. Dia juga tak memiliki bukti,"

"Bisa saja ada pelayan yang mendengar, atau dia mencari cara agar aku bisa dihukum. Dia kan Raja yang arogan," Lyane menaruh wajah lesu.

"Sebenarnya, dia tak se-arogan yang kau pikirkan, dia Raja yang lumayan keren, ahli berpedang, juga membuat strategi," Celetuk Corin, sengaja membuat Lyane kesal.

"Oh, jadi begitu? Kau memuji-muji nya sekarang? Yasudah sana! Kau berteman dengannya saja!" Lyane merajuk.

"Hahahaha, aku bercanda. Walaupun Raja Edmund seperti yang aku bilang tadi, dia tetap orang yang cukup menyebalkan untuk seorang Raja,"

"Omong-omong, kau sudah berjanji untuk menceritakan kisahmu di Tashbaan," Lyane teringat akan tujuan utamanya mencari Corin.

"Oh iya, jadi saat aku di Tashbaan, aku menyamar sebagai rakyat desa dan kabur dari rombongan-"

"Apa?! Tolong jangan katakan kau menghancurkan pertemuannya dan mengganggu rakyat Calormen," Potong Lyane.

"Tidak, tentu aku tidak akan melakukan hal seperti itu. Nah, aku kan berkunjung ke pasar Tashbaan dan bermain-main bersama anak-anak kecil yang ada di sana. Aku juga bertemu dengan seorang gadis cantik." Lanjut Corin.

"wahhhh, apa kau mengajaknya berkencan?" Tanya Lyane sambil menaik-turunkan alisnya.

"Tidak, aku terlalu asik bermain dengan anak-anak sampai lupa menanyakan nama." Raut wajah Corin berubah sedih.

"Namun itu bukan bagian terbaiknya, the best part is, saat aku pulang dan masuk ke kastil Tashbaan melewati jendela, aku melihat laki-laki seumuran denganku- tidak, lebih tepatnya sama persis dengan diriku. Aku merasa seperti berkaca." Lanjut Corin.

Lyane semakin serius mendengar cerita Corin. Melihat Lyane tak berkomentar apa-apa, Corin melanjutkan ceritanya.

"Saat aku tanya apa yang dilakukan nya, dia bercerta bahwa rombongan kerajaan mengira dia itu aku. Dia meminta tolong padaku untuk membantunya keluar dari kastil agar dia bisa melanjutkan perjalanan nya. Akhirnya aku bantulah ia keluar melewati tempatku masuk."

"Jangan bilang kau lupa bertanya siapa namanya?" Lyane menatap Corin.

"Oh, tidak, tentu saja kali ini aku bertanya. Namanya Shasta... kalau tidak salah." Lyane menggeplak Corin lagi.

"Hey! Ada apa denganmu? Kenapa kau senang sekali menggeplak sih?" Protes Corin.

"Apa maksudmu 'kalau tidak salah' huh?" Tanya Lyane.

"Ya aku tidak begitu mengingatnya, tapi sepertinya memang itu namanya." Corin menghela napas.

"Mungkinkah ia kembaranmu yang terpisah?" Lyane menduga-duga.

"Hm... apakah itu mungkin?" Tanya Corin.

"Entahlah."

"Wah, pasti seru kalau aku benar punya kembaran." Corin berandai-andai.

"Corin... i have an idea in mind." Lyane melirik Corin.
Corin menaikkan alisnya sebagai balasan.

"Sudah lama sekali sejak terakhir kali kita mengerjai orang... wanna pull a prank on someone?" Tanya Lyane, mengeluarkan senyum jahilnya.

"Pada siap- ooh..." Corin langsung mengerti begitu menatap mata Lyane.

"Tidak takut ketahuan?" Goda Corin.

"Ya, jangan sampai lah."

"Mau kau atau aku yang beraksi?" Tanya Corin.

"Aku saja, orang akan curiga bila kau yang beraksi." Jawab Lyane.

"Okay, dinner?" Corin memastikan.

"Dinner." Final Lyane.

┏━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┓
To be continue...
┗━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┛

𝐀𝐫𝐫𝐨𝐠𝐚𝐧𝐭 -𝘌𝘥𝘮𝘶𝘯𝘥 𝘗𝘦𝘷𝘦𝘯𝘴𝘪𝘦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang