┏━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┓
The Lake
┗━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┛"Mau kemana?" Tanya Corin ketika Lyane hendak pulang ke rumahnya.
"Pulang." Jawab Lyane singkat.
"Oh ayolah, kenapa kau tak tinggal saja?" Tanya Corin. Raja Lune memang menyiapkan kamar untuk Lyane di kastil Anvard, karena saat neneknya meninggal, Lyane tinggal dan diurus di kastil selama beberapa waktu.
Jika dipikir-pikir, Lyane merupakan orang yang beruntung. Ia mendapat perlakuan layaknya seorang putri walaupun ia bukan termasuk keluarga kerajaan. Itu karena beberapa faktor. Pertama, kedekatan Lyane dan Corin yang terlihat tulus di mata Raja. Kedua, Raja selalu ingin memiliki seorang anak perempuan, and Lyane is the daughter he never had.
"Huft, baiklah... oh iya aku baru ingat, nanti malam kita jadi menonton konjungsinya kan?" Lyane memastikan.
Corin menghela nafas, "aku tak janji karena mungkin aku sudah tidur di jam segitu."
"Tenang, aku akan membangunkanmu kok." Ujar Lyane sebelum beranjak menuju kamarnya.
{⋆⌘⋆}
Lyane terbangun, ia melirik jam yang menunjukan pukul 3 dini hari, dengan semangat, ia turun dari kasur, mengambil lentera dan bergegas ke kamar Corin untuk membangunkannya.
Dengan berbekal cahaya ranum dari lentera yang ia bawa, Lyane berusaha mengusir pikiran-pikiran aneh. Koridor kastil lumayan seram ketika kau menyusurinya dini hari dengan penerangan yang minim.
Di belokan sebelum kamar Corin, Lyane melihat sesuatu yang bergerak. Lagi, Lyane mencoba untuk berpikir positif dan berjalan cepat menuju kamar Corin.
Saat sampai di depan pintu kamar Corin, Lyane mengetuk pintunya. Namun setelah mengetuk tiga kali tetap tak ada jawaban, perlahan Lyane mencoba membuka pintunya dan berhasil, Corin tak mengunci kamarnya.
Lyane meletakkan lentera di nightstand sebelum mengguncang Corin perlahan, mencoba membangunkannya, "Corin! Hehh!! Ayo bangunn!!." Lyane mencoba sepelan mungkin agar penghuni kastil yang lain tidak ikut terbangun.
"Hmm.. aokou mwasih mengwantuk." Gumam Corin.
"Kao peorgi saaja.""Ish, ini terjadi selama dua ratus tahun sekali, yakin tak ingin ikut?"
"Haumnhh, terserah kau saja." Corin berbalik memunggungi Lyane dan melambaikan tangannya.
Lyane mendecak sebal, ia memutuskan untuk keluar dan pergi menontonnya sendiri.
Lyane mengambil mantel, panah dan busurnya sebelum pergi ke istal. Lyane menyapa kuda-kuda yang ada disana dan pergi ke kandang kuda miliknya. Kuda putih cantik pemberian Raja Lune sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke lima belas itu ia namakan Snow.
"Malam Snow, maafkan aku mengganggu tidur nyenyakmu, malam ini ada fenomena alam yang sangat langka, hanya terjadi selama dua ratus tahun sekali. Kita tidak boleh melewatkannya." Ujar Lyane pada Snow.
Bagai paham apa yang Lyane katakan, Snow meringkik pelan dan mengangguk, lalu membiarkan Lyane memasang tali kekang nya.
Setelah selesai, Lyane memulai perjalanannya menuju hutan.Di tengah perjalanan, Lyane merasa ada yang mengikutinya. Ia berhenti, berbalik badan lalu merubah arah lenteranya.
"Siapa di sana?!" Hening... tak ada yang menyahut.
Lyane melanjutkan perjalanannya lagi, namun kali ini dengan lebih waspada.Lyane berhenti tepat di pertigaan jalan setapak. Lyane turun dan mengikat Snow pada pohon terdekat sebelum berbelok memasuki hutan yang lebih dalam, mengikuti jalan setapak yang sempit dan hanya bisa dilalui oleh manusia.
Lyane sampai pada danau kecil yang begitu indah, di sekeliling danaunya, tumbuh bunga peony yang harum nan indah. Langit gelap bertabur bintang, juga pantulan bulan purnama sempurna di air jernih danau menambah keindahannya. Lyane semakin semangat saat mengetahui ia belum melewatkan konjungsinya.
Lyane bersandar pada suatu pohon, mencari tempat duduk yang nyaman.
Saat konjungsinya akan dimulai, Lyane mendengar seseorang bertanya, "fenomena alam apa ini?"Terlena oleh keindahan pemandangan, Lyan pun menjawab tanpa memalingkan wajahnya, "konjungsi dua planet besar, Tarva dan Alambil, akan berpapasan dengan jarak hanya satu derajat dari satu sama lain. Kejadian langka yang hanya terjadi sekali dalam dua ratus tahun."
Konjungsipun dimulai, tak sulit menunjuk dua benda langit yang akan mereka saksikan. Keduanya terletak di langit selatan, terang sekali, hampir seperti dua bulan kecil dan sangat dekat dengan satu sama lain.
"Tidakkah mereka akan bertabrakan?" Tanya si empunya suara.
Lyane terkekeh, "tentu tidak, penguasa di atas langit sangat mengenal langkah dansa mereka sehingga tidak akan bertabrakan."
Keheningan yang nyaman menemani Lyane dan orang asing tersebut selama mereka menyaksikan fenomenanya.
"Pertemuan dua bintang itu melambangkan keberuntungan. Tarva, penguasa kemenangan memberi salam pada Alambil, putri perdamaian. Mereka sedang mencapai titik terdekatnya." Celetuk Lyane.
Setelah konjungsinya selesai, Lyane berpaling, penasaran dengan lawan bicaranya sedari tadi karena suaranya yang terdengar familiar. Raut wajah sumringah Lyane seketika berubah menjadi bingung dan terkejut.
"Edmund?!"
┏━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┓
To be continue...
┗━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┛•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
{a/n}
Hai, aku cuma mau bilang itu bintang di pojok kiri bawah jangan lupa di orenin :") kalau kalian suka sama ceritanya vote ya, jangan jadi silent reader, oke??
( ˘ ³˘)♥︎—mvffinx
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐫𝐫𝐨𝐠𝐚𝐧𝐭 -𝘌𝘥𝘮𝘶𝘯𝘥 𝘗𝘦𝘷𝘦𝘯𝘴𝘪𝘦
Fanfiction𝗮𝗿·𝗿𝗼·𝗴𝗮𝗻𝘁 /ˈ𝘦𝘳əɡə𝘯𝘵/ 𝘢𝘥𝘫𝘦𝘤𝘵𝘪𝘷𝘦 having or revealing an exaggerated sense of one's own importance or abilities. ⊱ ────── {⋆❉⋆} ────── ⊰ Kesan pertama adalah hal yang paling penting saat bertemu...