Chapter 10

1.2K 176 11
                                    

{a/n} yang diatas cuman referensi aja ya, kalian bisa berimajinasi sepuasnya oghey

TW: kekerasan, darah.





┏━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┓
Battle of Anvard
┗━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┛

Setelah rapat dibubarkan, semua orang bergegas menggunakan baju zirah mereka, kecuali Shasta yang diam dengan wajah bingung dan tersirat sedikit ketakutan di sorot matanya.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Lyane setelah ia selesai, tak lupa ia mengepang rambut merah mudanya agar tidak menganggu saat perang nanti.

"A-aku tidak tahu apa yang harus kulakukan," Jawab Shasta dengan jujur.

Lyane merasa prihatin dengan Shasta, ia baru saja sampai dari perjalanan panjang, yang Lyane yakini tidak mudah.

"Kau bisa mengenakan baju zirah yang tergantung disana." Tunjuk Corin. Shasta mengangguk dengan ragu dan berjalan ke arah yang ditunjuk.

"Kau yakin akan membawanya ke medan perang? Ini sama saja seperti sekadar pembunuhan," ujar Lyane pada Corin dengan suara sepelan mungkin agar Shasta tidak dapat mendengarnya.

Corin terdiam, berpikir sebentar sebelum memanggil Shasta, "kau bisa menggunakan pedang?" Tanya nya.

Shasta meneguk ludah lalu menggeleng, Lyane memberi Corin tatapan 'sudah kuduga'.

Corin mendekati Shasta dan menepuk bahunya, "tidak usah tegang begitu kawan, ini akan menyenangkan," ujar Corin.

Bukannya tenang, wajah Shasta malah semakin pucat. Percakapan mereka terhenti oleh Lord Shar yang memberi arahan untuk berkumpul. Lyane berjalan mendekati Shasta, lalu mengusap bahunya, "tidak usah khawatir, i'll try my best to protect you." Lyane memberi Shasta senyuman menenangkan.

Shasta mengangguk, membalas senyuman Lyane lalu mengambil pedang dan perisai yang tergantung sebelum keluar bersama Lyane. Semua orang dan mahluk dikumpulkan di aula utama Anvard.

"Segera tutup pintu utama dan turunkan kerangkeng besi setelah kita berangkat," perintah Edmund.

"Dan untuk pasukan pemanah, jangan lupa menunduk sampai terdengar suara kami menyerang. Rabadash tidak tahu kita akan menyerang, jangan sampai kalian terlihat olehnya sebelum kami menyerang." Pesan Edmund sebelum pergi bersama Corin, Shasta dan yang lain.

Ratu Lucy mengangguk dan memimpin pasukan pemanah ke balkon dinding istana. Ada sekitar dua pulu orang pemanah di sana, Lyane mengambil tempat di sebelah Ratu Lucy. Sebelum mereka menunduk, Lyane dapat melihat pasukan yang dipimpin Edmund sedang menuju bukit perbatasan.

{⋆⌘⋆}

Shasta menatap langit dengan perasaan was-was, terlihat satu atau dua ekor elang terbang berputar di langit, "mereka mencium pertempuran," kata Corin, menunjuk ke kedua burung tersebut.

"Mereka tahu kita menyiapkan santapan bagi mereka," lanjutnya.

Shasta sama sekali tidak menyukai ini.

Tidak lama kemudian, mereka tiba di daratan yang lebih terbuka, dan dari sini Shasta dapat melihat seluruh Archenland, gelap dan berkabut, terbentang di bawahnya dan bahkan (menurutnya) sedikit pemandangan padang pasir di baliknya. Tapi langit gelap, yang hanya diterangi oleh cahaya rembulan, membuat ia tidak bisa melihat jelas.

𝐀𝐫𝐫𝐨𝐠𝐚𝐧𝐭 -𝘌𝘥𝘮𝘶𝘯𝘥 𝘗𝘦𝘷𝘦𝘯𝘴𝘪𝘦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang