Chapter 2

1.5K 220 31
                                    

┏━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┓
Lunch Incident
┗━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┛

Lyane terbelalak ketika melihat pria arogan tadi duduk di meja makan, bersampingan dengan Raja Peter dan Ratu Susan. Lyane mengambil tempat duduk di sebelah Corin tanpa melepaskan tatapan herannya pada Edmund.

Edmund yang merasa dirinya diperhatikan, mendongak, membuat kontak mata dengan Lyane. Kening mereka sama-sama berkerut, bingung. Mata mereka sama-sama terbelalak, ada pancaran kekesalan di mata keduanya.

"Permisi, yang mulia." Edmund mengangkat tangan.

"Maaf jika saya lancang, tapi apa yang dilakukan oleh pelayan tidak tahu sopan santun itu disini?" Tanya Edmund sembari menekan kata 'tidak tahu sopan santun'.

Semua mata tertuju pada Edmund, tak terkecuali mata Lyane yang semakin terbelalak dan sudah menatapnya dengan berapi api. Ratu Lucy menatap Edmund dengan tatapan 'apa maksudmu?'

"Maaf, saya yang seharusnya bertanya apa yang anda lakukan disini?" Lyane angkat bicara, berusaha sebisa mungkin menjaga nada bicara nya tetap rendah dan tidak terkesan nyolot.

"Sudah, sudah... sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Raja Lune tenang.

"Pria ini datang begitu saja kepada saya, menyuruh saya menaruh kuda nya ke istal dengan seenaknya dan mengatai saya—maaf, bodoh." Cerita Lyane menggertakan gigi, menahan amarah.

Ekspresi serius semua orang yang ada di meja makan berubah, mereka terlihat mati-matian menahan tawa. Corin tak berhasil dan berakhir dengan tawa tanpa suara.

"Oh, jadi itu 'pria arogan' yang tadi kau ceritakan?" Tanya Corin bertelepati, dengan nada mengejek.

"Oh shut up, tak ada yang lucu!" Lyane balas bertelepati.

Mereka mengetahui bahwa mereka mempunyai kemampuan telepati tepat 3 tahun lalu, saat Lyane sedang menjaga tokonya di pasar dan Corin ingin datang berkunjung. Namun penyamaran Corin terbongkar dan para wanita mulai berdatangan menghampirinya.

Corin yang terpojok berteriak dalam hati, meminta pertolongan pada Lyane. Dan Lyane mendengar permintaan tolong Corin seperti halnya orang berteriak, namun ketika bertanya pada pelanggannya, mereka bilang mereka tak mendengar apa-apa. Lyane memutuskan untuk mengikuti suaranya dan benar saja, Corin terlihat kewalahan dengan para wanita di sekeliling nya.

Percakapan telepati Lyane dan Corin buyar begitu mendengar kekehan Raja Lune, "Ahaha... sepertinya aku lupa mengenalkanmu padanya, dia adalah Raja Edmund, King Edmund The Just."

Bagai terhantam petir, tubuh Lyane membeku kaku. 'Mampus' batinnya kepada diri sendiri.
Lyane mana tahu kalau pria arogan itu seorang Raja, kelakuanya tidak mencerminkan seorang Raja, bahkan tak ada mahkota yang tersemat di kepalanya.

"Dan Raja Edmund, 'pelayan' ini adalah Lyane Rosemarine, sahabat Pangeran Corin yang sudah saya anggap keluarga sendiri." Jelas Raja Lune.
Lyane melirik Edmund yang nampak terkejut. Mereka semua terdiam dalam kecanggungan sampai...

Tok tok tok

"Persilahkan ia masuk" kata Raja Lune pada pelayan nya.
Pintu terbuka, menampilkan faun bersyal merah.

"Tuan Tumnus!" Sapa Ratu Lucy.

"Yang mulia." Faun tersebut membungkuk singkat sebelum beralih ke Edmund.

"Yang mulia, ini saya sudah menemukan mahkota anda." Ujar tuan Tumnus sembari memberikan mahkota perak pada Edmund.

"Terimakasih, tuan Tumnus." Edmund mengambil dan menyematkan mahkota tersebut di kepalanya dengan senyum culas mengejek ke arah Lyane, membuat Lyane ingin meninju wajah nya saat itu juga.

Sadar hal tersebut tak bisa ia lakukan, Lyane mencoba mengalihkan perhatiannya pada santapan yang terhidang di meja. Makan siang berjalan dengan suasana yang tidak biasa, siang itu. Setidaknya untuk Lyane.

Selesai makan, Raja Lune dan Corin pamit undur diri. Tersisalah Lyane dengan Raja-Raja dan Ratu-Ratu Narnia.

"Kau pasti tidak tahu karena Edmund tak memakai mahkota?" Ratu Lucy memulai percakapan. Lyane mengangguk canggung.

"Yah, Edmund memang ceroboh, ia kehilangan mahkotanya saat kita sampai, sibuk mencarinya sampai datang terlambat... dan setelah itu pun masih belum menemukan mahkotanya." Ratu Lucy bercerita lalu tertawa.

Lyane ikut tertawa, dengan puas, 'Ratu Lucy asik juga... me-roast saudaranya sendiri' pikir Lyane.

"Oh, Lu, jangan buka kartu seperti itu" ujar Raja Peter dan mereka semua —kecuali Edmund— tertawa lagi.

Sang subjek yang sedang dibicarakan mendengus kesal dan memutar matanya jengah.
Tidak lama kemudian, Lyane pamit undur diri.

Saat sedang menuju kamar Corin (berniat mencarinya untuk minta diceritakan hal apa saja yang terjadi padanya di Tashbaan), Lyane mendengar Edmund berteriak, "hey! Nona tak tahu sopan santun!"

Lyane tetap berjalan dan mengabaikan teriakan Edmund, sampai Edmund menyusul dan mencengkram lengannya.

"Ketika seorang Raja memanggilmu, kau berhenti dan menyahut panggilannya." Ujar Edmund dengan suara sangat rendah, hampir terdengar seperti geraman. Wajahnya yang berjarak kurang lebih lima senti dari wajah Lyane membuat Lyane sedikit gugup.

"Pertama, kau tidak memanggilku, aku punya nama, Lyane Rosemarine. Kedua, hanya karena kau seorang raja dan aku rakyat, bukan berarti kau bisa bersikap seenaknya, King Edmund The Arrogant. Bersyukurlah aku masih menaruh hormat padamu." Lyane terkejut akan keberaniannya berkata seperti itu kepada seorang Raja. Kegugupan lagi-lagi menyerangnya.

Sedangkan Edmund, ia terbelalak, terkejut akan keberanian Lyane, baru kali ini ada yang berani bicara seperti itu kepadanya. Lyane melepas paksa cengkraman Edmund pada lengannya dan melanjutkan perjalanannya dengan membawa perasaan terkejut, gugup dan kekesalan yang hampir meledak.

┏━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┓
To be continue...
┗━━━━━✦❘༻༺❘✦━━━━━┛

𝐀𝐫𝐫𝐨𝐠𝐚𝐧𝐭 -𝘌𝘥𝘮𝘶𝘯𝘥 𝘗𝘦𝘷𝘦𝘯𝘴𝘪𝘦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang