Saat kembali ke Los Angeles, Edward tak memikirkan tentang masa lalunya selain tujuannya ia kembali ke kota itu. Awalnya, Edward mencoba untuk menjalani kehidupannya selayaknya ketika tinggal di Boston. Namun, belum lama ini sesuatu menimpanya dan menyadarkannya akan kekosongan yang selalu ia coba tutupi dengan kebahagiaannya yang semu.
Masa lalu yang ia coba lupakan, tetapi hatinya tak bisa menepis kerinduan yang menyelimuti. Penyesalan itu merisak hatinya setiap mengingat wajahnya. Hingga Edward memutuskan untuk meminta bantuan Arthur untuk mencari Tim, meski ia tak tahu apakah sang mantan kekasih masih tinggal di kota itu. Dengan sisa-sisa harapan dan penyesalannya, Edward berharap agar dapat menemukannya kembali.
"Kau dengar apa yang kukatakan?" Olivia mendapati Edward tak benar-benar menaruh perhatiannya saat ia berbicara pada suaminya itu.
Edward bergeming—merenung di kursinya selagi makan malam bersama istrinya.
"Ed!" Olivia menepuk lengan Edward dengan sengaja.
Sontak, Edward tersentak dan tak sengaja melepas jatuh garpu yang dipegangnya ke atas piring menimbulkan suara gaduh dentingan di atas meja.
"Apa kau mengabaikanku barusan?" tuding Olivia. Mata birunya itu memandangi dengan curiga sang suami di kursinya.
"Tidak, aku mendengarmu." Edward membantah cepat.
"Kalau begitu, ulangi apa yang kukatakan barusan." Olivia mendesak.
Edward sedikit tertegun kehabisan kata. Tepatnya ia tak tahu apa yang harus dikatakannya. Selagi Olivia menceramahinya, Edward tanpa sadar mengabaikan perempuan itu dan larut dalam lamunannya. Gelagat Edward yang terlihat gugup tak pelak membuat Olivia meradang.
"Demi Tuhan, Ed. Kau mengabaikan hal penting yang kukatakan!"
Raut Edward menyiratkan sesal, meski sebenarnya ia tak benar-benar menyayangkan sikapnya itu. Sedari berada di kantor, Edward tak bisa berhenti memikirkan apa yang dilihatnya sewaktu Arthur memberikannya lembaran foto yang memotret Tim.
Edward tak mengira ternyata ia masih bisa menemukan Tim di kota ini setelah sekian lama mereka tak pernah lagi berjumpa. Kesan pertama yang ia dapati hanya sebatas paras lelaki itu terlihat lebih dewasa. Penampilannya masih sama memberi pesona yang memikat seperti kali pertama melihatnya. Edward menganggap sosok Tim di dalam foto-foto itu tak jauh berbeda seperti saat mereka masih bersama lima tahun yang lalu.
Namun, keterkejutan Edward memuncak sewaktu melihat foto terakhir yang memotret sosok Tim tengah menggandeng seorang anak kecil di pinggir jalan. Untuk beberapa saat tatapannya memaku menelisik foto tersebut. Sepintas, Edward merasa seakan mengenali wajah anak itu. Paras yang mengingatkannya pada wajahnya sendiri sewaktu kecil dulu. Ketika itu juga Edward tertegun seiring debar jantungnya meningkat. Kepalanya tiba-tiba saja disesaki oleh perkataan Tim hari itu.
Edward terus terbayang dengan foto itu. Dia sempat menyangkal siasatnya, tetapi sangat sulit dipungkiri mendapati wajah anak itu terlihat mirip dengannya. Firasatnya tak henti membenarkan bahwa anak itu adalah calon bayi yang dibicarakan Tim beberapa tahun lalu.
"Aku selesai," pungkas Olivia seraya meletakkan garpu dan pisau makan di atas piring yang masih menyisakan makanannya.
Edward mendapati wajah Olivia terlihat kesal sewaktu meninggalkan meja makan. Dia tahu kalau Olivia marah karena sikapnya barusan. Edward pun menyesap air di gelasnya kemudian membersihkan mulutnya dengan serbet sebelum menyusul istrinya itu.
Di dalam kamar, Olivia duduk meringkuk di atas tempat tidur dengan mata berkaca-kaca. Ketika Edward menemuinya, perempuan itu tengah terisak. Dari ambang pintu, Edward melangkah sedikit pelan menghampirinya. Dia naik ke atas tempat tidur dan sedikit berbaring menyamping menghadap istrinya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/241511750-288-k378710.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Was Your Man
Romance[Versi final tersedia dalam bentuk e-book. DM me on 💌 notyourprofessionalwriter@gmail.com] Lima tahun berlalu, tetapi Timothy Willer (Tim) masih berusaha untuk tak menghancurkan hatinya dengan mengungkit kenangannya bersama Edward Pierce. Kala itu...