Delapan

704 115 9
                                    

Terima kasih utk kalian yg sudah memenuhi jumlah vote di part sebelumnya. Terima kasih utk apresiasi kalian♡
Sesuai janji aku, kelanjutannya aku publish lebih awal. Selamat membaca :))

•••••

««Beberapa Hari Sebelumnya««

     Edward terbangun dan merasakan kepalanya seperti terhujam sesuatu. Dia meringis menahan nyeri sembari memegangi kepalanya. Pandangannya serasa berkunang-kunang saat membuka matanya. Efek alkohol yang diteguknya semalam masih menyisakan bekas.

Edward terheran-heran mendapati dirinya terbaring di lantai kamar mandi. Dia tak tahu apa yang dilakukannya hingga tertidur di dalam sana. Edward tak mengingat apa pun setelah meneguk habis semua minuman itu. Dia mengira dirinya mabuk sampai hilang kesadaran semalam.

Sembari menahan nyeri yang masih menghujam kepalanya, Edward berangsur bangkit dari lantai sembari berpegangan pada sisi bathtub di dekatnya. Kakinya tak sanggup berdiri. Kepalanya terasa terombang-ambing. Edward melihat closet tak jauh darinya, ia segera merangkak mendekati benda itu karena perutnya terasa mual.

Suara gaduh terdengar dari kamar mandi begitu Edward memuntahkan isi perutnya pagi itu. Seusai itu, Edward menarik tuas flush kemudian kembali terbaring lemas di lantai. Dia mencoba mengatur napasnya sembari memijat-mijat pelipisnya.

Keadaannya pagi ini benar-benar kacau. Dan ini bukan pertama kalinya ia kembali ke rumah dalam keadaan mabuk berat. Di saat yang sama, Edward mendengar dering ponselnya dari saku celana kerjanya yang tak sempat digantinya semalam. Dia tertidur sembari mengenakan setelan kerja yang masih melekat di tubuhnya.

Edward mendesis frustrasi sebelum merogoh sakunya mengambil ponselnya. Dengan mata menyipit, Edward menatap layar ponselnya. Dia berdecak jengkel tatkala melihat nama istrinya; Olivia meneleponnya. Edward tak berniat untuk menjawab panggilan itu, tetapi ia tahu wanita itu akan terus meneleponnya.

Kau sudah bangun?” suara perempuan itu terdengar mencecar begitu ia mengangkat panggilan itu.

“Ya ... aku sedang bersiap sekarang.” Edward menjawab lesu sembari memijat-mijat pelipisnya.

Kau sadar apa yang kauperbuat semalam?

“Aku tak melihatmu di kamar.”

“Kau mabuk dan tidur di kamar mandi! Apa yang kau pikirkan, Ed? Kenapa kau sering melakukannya belakangan ini?”

Suara ocehan sang istri membuat Edward merasa terusik dan jengah mendengarnya. Namun, ia tak punya pilihan lain selain mendengar ocehannya.

“Maafkan aku.” Edward menjawab dengan kalimat yang sudah berungkali diucapkannya saat Olivia memarahinya karena mabuk.

Saat ini aku sedang menuju ke tempat pemotretan. Kita akan bicarakan ini sore nanti.

“Jaga dirimu.”

Aku tak mau tahu, kau harus segera ke kantor karena aku tak ingin ayahmu meneleponku menanyakanmu. Kau paham?

“Ya ... aku mendengarmu.”

Bagus.

Edward bernapas lega sesaat Olivia mengakhiri panggilan itu. Langsung saja ia menjatuhkan ponselnya ke lantai dan membiarkannya tergeletak di sana. Sejujurnya, ia tak peduli apa pun yang istrinya itu katakan barusan. Seperti hanya membuang-buang waktu mendengar semua ocehannya itu. Tak berselang lama, Edward berangsur bangkit dari lantai.

When I Was Your ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang