Saat memasuki ruang ganti, Tim langsung saja melepas celemek pinggangnya. Tim bernapas lega karena ia tak perlu bekerja sampai malam selepas akhir pekan. Sesaat membuka loker, Tim mengambil ponselnya dan memeriksanya sebentar.
Ada panggilan tak terjawab dan pesan singkat dari Richard. Tim langsung saja melihat pesan itu.
Richard: Mau kujemput?
Tim sedikit tersenyum. Biasanya ada maksud lain saat Richard menawarkan tumpangan untuknya. Lelaki itu kerap membawanya pergi ke suatu tempat untuk sekadar menghabiskan waktu bersama. Seperti makan malam atau menikmati pemandangan sore di pantai.
Tim: Aku harus pergi belanja dengan Austin sore ini.
Tim meletakkan ponselnya kembali ke dalam loker setelah ia membalas pesan itu. Sesaat Tim baru saja melepas kancing seragamnya, ponselnya berdering. Tim cepat-cepat meraihnya kembali.
Richard menelepon. Dia langsung saja menjawab panggilan itu.
“Aku baru saja membalas pesanmu,” ucap Tim tanpa berbasa-basi.
“Aku bisa mengantar kalian berdua.”
Alis Tim sedikit menaut heran sesaat mendengar suara Richard di ujung telepon. "Kenapa suaramu terdengar bergema?"
“Aku sedang di kamar mandi.”
“Oh ... kupikir kau masih di kantor.”
Richard yang tengah bercukur di depan cermin wastafel sepintas tersenyum. "Aku menyelesaikan pekerjaanku lebih awal hari ini."
“Kenapa?”
“Karena aku mau menghabiskan waktu bersamamu malam ini.”
“Tapi ini bukan akhir pekan.”
“Aku tahu. Di akhir pekan kau bekerja sampai malam. Jadi, apa yang bisa kulakukan?”
Tim sedikit tersenyum kikuk. Entah kenapa ia merasa tak enak hati pada Richard yang selalu mengusahakan waktunya untuk bertemu dengannya. Pikir Tim, mungkin saja ini terjadi karena ia sadar dirinya masih belum memberi kejelasan atas hubungan mereka.
Namun, Richard tampaknya selalu berusaha sebaik mungkin. Tim mengira, seharusnya ia tak perlu berlama-lama lagi untuk membiarkan perasaan lelaki itu yang selama ini bertepuk sebelah tangan.
"Akhirnya aku bisa bersenang-senang sekarang!" Billy berseru ketika masuk ke dalam ruang ganti.
Tim meliriknya dengan raut terusik karena suaranya yang sempat mengagetkannya barusan.
“Apa itu Billy?” tanya Richard dalam panggilan itu.
“Itu dia.” Tim menjawab hambar.
"Itu pasti Richard, 'kan?" Billy mendekati Tim yang sedang bercakap-cakap di ponselnya.
“Wassup, Dude.” Richard menyapa sesaat ia mendengar suara Billy barusan.
Billy mendengar samar-samar suara Richard di ponsel Tim.
“Hei, Bud. Terima kasih untuk tipnya kemarin. Kau bisa melebihkannya lagi lain kali. Aku harus membayar cicilanku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Was Your Man
Romance[Versi final tersedia dalam bentuk e-book. DM me on 💌 notyourprofessionalwriter@gmail.com] Lima tahun berlalu, tetapi Timothy Willer (Tim) masih berusaha untuk tak menghancurkan hatinya dengan mengungkit kenangannya bersama Edward Pierce. Kala itu...