Sergio menatap sinis Ferdinan yang duduk di sofa ruang tamu rumah mewah Papanya. Sedikit mendengus, ia berjalan angkuh melewati ruang tamu.
“Nggak sopan lo!” sarkas Ferdinan jengkel.
Mendengar itu, Sergio menghentikan langkah. Bibirnya menyunggingkan senyum mengejek nan bengis. “Terserah gue. Rumah juga rumah gue? Mau apa lo?”
Telak. Ferdinan membuang muka.
“Mampus.” Sergio hendak melanjutkan langkah, namun dari arah tangga terlihat sosok Rejandra yang berjalan menuruni satu per satu anak tangga.
“Sergio? Baru dateng, Nak? Eh— kamu bolos?”
Rejandra menatap putranya yang tampan dengan wajah berseri-seri. Pria paruh baya itu terlihat sangat elegan dengan jas yang melekat di tubuhnya yang masih bugar.
“Ya baru dateng, lah” sewot Sergio sedikit melirik Ferdinan. “Emang dia, kerjaannya cuma duduk, rebahan, makan, tidur, rebut pacar orang lagi. Padahal laki dia, Pa.”
Rejandra menghela napas, ia berjalan mendekati Sergio dan menepuk bahu pemuda itu. “Dia saudara kamu, Gio.”
“Cih,” Sergio berdecih pelan. “Aku kan anak tunggal. Enggak punya saudara.”
“Terserah kamu,” ucap Rejandra sedikit mendengus kecil.
“Ya emang terserah aku, Pa. Nggak mungkin terserah dia!” tunjuk Sergio pada Ferdinan yang berang di tempat.
Sebal, Rejandra membenarkan tatanan jas mahalnya. “Ada perlu apa kamu ke sini?”
“Kok gitu, Pa?” Sergio menggeram. “Jadi— aku nggak boleh ke sini?”
Rejandra mengernyit. Mengapa Sergio terlihat sangat sensitif hari ini? Jelas ia bertanya seperti itu. Ini adalah jam sekolah, dan kedua putranya itu masih berada di rumah.
“Siapa yang bilang gitu?” tanya Rejandra menatap Sergio, lalu Ferdinan. “Kamu kenapa, sih?”
Sergio membalikkan badan, memilih meninggalkan area terlarang itu. Suasana hatinya sedang tidak baik, ia merindukan kehangatan sosok Grace.
Berbicara tentang Grace, sudah dua hari sejak ia memutuskan hubungannya dengan gadis itu. Dan sampai saat ini, Sergio sama sekali belum bertatap muka dengan Grace.
“Mau ke mana? Baru dateng kok udah pergi lagi, Sergio?” teriak Rejandra menatap punggung kokoh putranya yang mulai menjauh.
“Biarin aja, Pa. Dia baperan.” Ferdinan menyenderkan tubuhnya ke sandaran sofa.
“Kamu sama aja,” balas Rejandra setelah mendengus kecil.
***
Sergio menghentikan laju mobilnya di tengah jalan. Ia tersenyum miring, saat gadis yang ia intai sedari tadi terlonjak kaget di samping mobilnya.
Gadis itu— Grace, menolehkan kepala dan memekik kecil sesaat setelah menemukan mobil sang mantan kekasih.
“Hai, Grace? Mau bareng?” tawar Sergio cuma-cuma. Senyum miringnya berganti dengan senyuman ramah, berbeda dengan hatinya yang berapi-api ingin meremukkan tubuh gadis kesayangannya itu.
Grace menggeleng dan melanjutkan langkah. Mengapa ia harus bertemu Sergio di tengah jalan yang sepi ini? Sedikit meremat rok sekolahnya, Grace tetap berjalan berusaha tak peduli.
“Ayo bareng! Sekarang kita tetanggaan, loh.” Sergio melajukan mobilnya perlahan, membarengi langkah kecil Grace. Ia sedikit tertawa setelah mengucap kalimat itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/245993860-288-k763322.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SERGIO
Teen Fiction[ ENDING ] Namanya Sergio Rejandra. Pemuda yang amat sangat mencintai sosok Gracera Angeline dalam hidupnya. Rasa cintanya yang besar, semakin membuatnya jatuh terobsesi untuk memiliki gadis itu sepenuhnya. Grace sendiri pun tak tau, hidup menjadi k...