Setelah kejadian sore kemarin, Grace memutuskan tidak akan lagi berhubungan dengan Sergio. Tidak lagi! Tidak peduli pula jikalau Sergio mengamuk atau melakukan hal-hal yang mengancam.
Hal itu semakin membuat Sergio berang. Apa lagi, Grace sama sekali tidak mau mendengarkan penjelasannya. Sungguh mengjengkelkan, gejolak amarah masih meletup di hati Sergio.
Baik Amora maupun Ferdinan, tidak akan ia biarkan hidup tenang setelah ini. Ya, ia sudah menguasai seluruh kerajaan bisnis Papanya, semakin berkuasa tentu saja semakin memudahkannya untuk membawa Grace kembali ke dekapannya.
Saat ini, di kelas ....
Zaydan menaikkan alisnya, ia memandang Reino penuh pertanyaan. Tak ada jawaban pasti, karena Reino mengangkat bahu tak mengerti.
“Kenapa lo?” Akhirnya Zaydan mengeluarkan suara. Ia bertanya kepada Sergio dengan nada bingung.
“Ih, nggak dijawab,” gumam Zaydan mencebik kesal. Sergio menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan yang bertumpu pada meja.
Dua orang siswi tertawa cekikikan di dalam kelas. Suasana kelas yang sepi membuat tawa pelan dua gadis itu terdengar jelas sampai ke telinga tajam Sergio.
“Diem, anjing!” Sergio mendongak, menatap tajam dua siswi yang duduk bersebrangan dengannya.
Jasmine— salah satu dari dua siswi yang tadinya cekikikan itu terdiam kaku. Canggung, tidak ada yang berani bersuara setelah Sergio melempar ultimatumnya.
“Lo kenapa, sih, Yo?” tanya Zaydan lagi.
Memang, sejak pagi hari seisi kelas XII IPS-A dibuat bingung oleh sikap Sergio yang menjadi ganas. Pemuda itu selalu menggebrak meja keras-keras saat ada suara yang mengganggu ketenangannya.
Sergio juga selalu berbicara dengan mulut tajamnya hari ini. Melebihi mulut Reino yang pandai menyakiti hati orang lain, nyatanya mulut Sergio lebih berbisa.
“Biarin dulu. Dia lagi jadi sad boy. Diem aja, nanti kena semprot, mewek lo,” bisik Reino memajukan tubuh kearah Zaydan untuk berbisik pelan.
Zaydan mengangguk dan melangkahkan kaki menuju pintu kelas. Tak apa, biarlah sekali ini saja Reino senang karena berhasil menghinanya.
Untung saja, seharian ini tidak ada guru mata pelajaran yang akan datang ke kelas. Special day, khusus untuk murid kelas dua belas yang sebentar lagi melaksanakan ujian praktik.
“Gue tau loh, Yo.” Reino— teman sebangku Sergio itu mengeluarkan suara setelah Zaydan keluar dari kelas. “Nggak semuanya, sih. Tapi, ya, lumayan.”
Sergio tak peduli. Ia kembali menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan. Mood nya sedang tidak baik. Tolong, kembalikan Grace padanya sekarang!
“Lo beneran mau mutusin dia?” tanya Reino sedikit berharap. Hei, ia tak akan peduli dengan kalimat 'teman kok makan teman'.
Sedikit berdehem, Reino merapikan kemeja sekolahnya. “Yo, jawab gue!” pintanya.
Sergio mendongak lalu tersenyum sinis menatap Reino. “Lo pikir, gue bakal lepasin Grace gitu aja? Sorry, lo jangan berharap banyak sama cewek gue.”
“Cewek lo?” Reino tertawa kecil. “Harusnya gue nggak usah nanya, sih. Kalian berdua, kan, udah putus.”
“Lo itu temen gue, Ren,” gumam Sergio mengepalkan tangannya di atas meja. Geram sekali rasanya.
Reino mengangguk, wajahnya berubah sedih. “Maaf, tapi gue beneran nggak bisa. Gue— cinta sama cewek lo.”
Pernyataan Reino sama sekali tidak membuat Sergio terkejut. Justru, pemuda itu hanya mendengus kasar dan kembali menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERGIO
Novela Juvenil[ ENDING ] Namanya Sergio Rejandra. Pemuda yang amat sangat mencintai sosok Gracera Angeline dalam hidupnya. Rasa cintanya yang besar, semakin membuatnya jatuh terobsesi untuk memiliki gadis itu sepenuhnya. Grace sendiri pun tak tau, hidup menjadi k...