[ SERGIO - 11 ]

28.5K 1.7K 31
                                    

“Grace.”

Grace meringkuk, ia memejamkan mata. Pura-pura tertidur. Selimut yang membungkus tubuhnya sedikit membuat sesak napas.

Kekasihnya—Sergio baru saja membuka pintu kamar dan menyerukan namanya. Pastilah, pemuda itu tengah melangkah mendekat. Benar saja, Sergio menepuk puncak kepala Grace pelan. Lalu mengusapnya lembut.

“Aku tau kamu belum tidur, sayang,” ucap Sergio. Nadanya terdengar bersahabat. “Kamu tau? Aku hampir aja bunuh Zayn tadi.”

Grace membuka kelopak matanya, terkejut akan ungkapan Sergio barusan. “Bu-bunuh?” cicitnya. “Kamu—”

“Hampir, Sayang. Kalo dipikir-pikir, Zayn berguna juga,” potong Sergio, ia tersenyum manis. “Dia bisa jadi jaminan, kamu tau konsepnya?”

“Dia cowok yang kamu sayang, kan?” tanya Sergio. Ia menyipitkan mata. Menerawang.

Benar, Sergio tidak menganggap Arion dan segala eksistensinya sebagai lelaki lain untuk Grace. Bagi Sergio, Arion juga adiknya. Walapun pemuda berandal itu bisa saja membuat hubungannya dengan Grace hancur. Tapi itu semua tidak akan Sergio biarkan.

“Jangan, please!” Grace menggeleng, menolak semua pemikiran gila Sergio yang kelewat batas. Sergio tersenyum remeh, ia mendudukan diri di ranjang dengan tangan masih mengusap puncak kepala Grace.

“Kali ini aku serius, Grace. Kamu masih mau ketemu Zayn?” Grace menggeleng, lagi

Good choice, honey. He can die if you find him. Understand?” lanjut Sergio.

“Iya.”

Memang pada dasarnya Grace tak bisa melawan, ia terlalu takut. Sergio bukanlah orang sembarangan, pemuda itu berbahaya. Dari luar, Sergio tampak biasa saja dengan wajahnya yang menawan. Namun tidak untuk hati dan pikirannya yang luar biasa.

“Jangan berpikir aku itu psycho, Grace. I'm not a psychopath. But, aku bisa nyingkirin Zayn kapan aja,” ancam Sergio, pemuda itu menyeringai. Grace tak bisa berkutik. Sergio mempunyai kuasa yang tinggi.

“Tidur!” suruhnya, tanpa perasaan bersalah sedikitpun. Grace harus bersabar, Sergio memang keras kepala. Raut wajah pemuda itu terlihat tak menyesal setelah kemarin mencekik Grace dan hampir membunuh Zayn dengan cara paling brutal.

“Aku gak bisa tidur, Gio.” Sergio menaikan satu alisnya, lalu tersenyum miring. Ah, sore tadi bukannya Grace sudah terlelap selama tiga jam?

Sergio merangkak naik ke atas ranjang, berbaring di sisi kiri Grace. Memeluk gadis itu erat setelah memberi kecupan singkat di puncak kepala yang sedari tadi ia usap.

“Harus tidur pokoknya.”

***

Grace datang ke sekolah dengan wajah masam, ia duduk di kursi nya. Membiarkan Kinanti yang sudah berceloteh heboh bersama Puput dan Firda— sekretaris kelas.

Ia masih kesal dengan kejadian kemarin, Sergio tak mengucapkan kata maaf sama sekali. Biasanya, Sergio tetap mengucapkannya sekalipun tak menyesal dengan apa yang diperbuatnya.

Good Morning, ladies and gentleman.”

Teriakan dari arah pintu itu mengejutkan Grace yang tengah melamun. Ia mendelik malas. Seperti biasa itu Ghani, perusuh yang sangat menyebalkan bagi Grace.

SERGIO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang