[ SERGIO - 36 ]

19.7K 1.3K 103
                                    

Reino menumpukan kedua lengannya di pembatas rooftop sekolah. Wajahnya pucat dengan bibir bergetar menahan sakit.

“Gue lepasin Grace. Lo bisa hidup tenang setelah ini, Sergio.”

Sergio membanting ponselnya ke sofa usang yang sudah lapuk setelah mendengar penuturan Reino.

“Anjing. Lo mau nyerah gitu aja?” Sergio berdecih sinis kemudian berdiri di sebelah Reino yang berkeringat dingin.

“Gue udah nggak ada waktu. Jagain cewek lo, jangan lo kecewain dia lagi. Gue tau lo nggak ngelakuin itu sama Amora.”

Reino menarik nafas panjang, “dia cewek baik. Cinta pertama gue, orang yang paling gue sayang di dunia ini.”

“Halah,” Sergio menatap langit siang hari yang terasa terik. “Pengecut lo. Rebut kalo bisa. Katanya cinta, kok nyerah gitu aja?”

Nada bicara Sergio kental akan pengejekan. Ia menatap Reino yang mulai tenang. “Gue tau lo udah rencanain banyak hal buat masa depan lo. Jangan nyerah, lo nggak akan bisa dapetin cewek gue kalo lo lemah gini.”

Reino menelan ludahnya yang terasa pahit. “Lo nggak ngerti gue. Nggak ada. Gue sendiri di sini.”

“Sendiri? Selama ini lo anggep gue apa?” sentak Sergio kesal. “Gue bilang jangan nyerah! Lo nggak akan bisa dapetin mimpi lo, pengecut!”

Reino menunduk. “Mimpi cuma mimpi. Nggak akan bisa gue dapetin. Termasuk Grace, dia punya lo. Hatinya punya lo, lo menang banyak. Gue nyerah.”

“Berengsek.” Sergio membalikkan tubuh Reino lalu mencengkram kerah seragam sahabatnya itu. “Oh, emang bener-bener pengecut lo.”

Reino terus menunduk membiarkan Sergio mengepalkan tangan keatas. “Gue bilang sekali lagi. Jangan nyerah, goblok!”

Sergio melepas cengkramannya lalu mengerang dengan sangat menyeramkan. “Reino temen gue itu nggak lemah, enggak gampang nyerah kayak gini.”

“Ren, gue yakin lo bisa lewatin ini semua. Buktiin ke gue kalo lo bisa dapetin Grace. Dulu, lo pernah bilang, kan? Mau peluk cewek itu walapun cuma sebentar,” ucap Sergio menepuk bahu Reino.

“Inget kata-kata gue, jangan pernah nyerah. Kalo lo nyerah, lo nggak akan pernah bisa dapetin apa yang lo mau.”

Reino mengangguk dengan wajah kembali pucat dan bibir bergetar.

***

Grace menghentikan langkah, ia medengus keras saat melihat sosok Ferdinan sudah berdiri dengan angkuh di depan gerbang sekolahnya.

“Lo lagi, lo lagi.”

Hah? Ferdinan melotot mendengar penuturan kasar barusan. Ia berdehem singkat dan mencengkram tali tas ranselnya.

“Hai.”

Karena tak ada sapaan balik dari gadis incarannya, Ferdinan membuang muka sedikit kesal.

“Minggir, Fer! Gue mau masuk,” ucap Grace ketus, ia menatap sebal Ferdinan yang berdiri menghalangi jalannya.

Beberapa siswi menatap heran sekaligus kagum pada Ferdinan. Tampan, tinggi, kekar, beriris biru lagi. Siapa yang tidak terpesona? Ya, kecuali Grace tentu saja.

SERGIO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang