[ SERGIO - 03 ]

45.2K 2.2K 48
                                    

Pagi yang cerah diawali senyum merekah, begitulah Grace. Gadis itu tersenyum lebar menyambut pagi yang cerah ini. Semalam, ia dan Sergio tidur bersama dalam artian sebenarnya.

Entah kemana perginya pemuda itu sekarang, ia mengedikan bahu. Sudah sering sekali Sergio pergi sebelum pagi hari datang. Kekasihnya itu memang sulit ditebak.

Grace naik ke motor besar Arion, hari ini Sergio mengirimi nya pesan untuk berangkat bersama adiknya. Entah apa yang pemuda itu lakukan.

“Pegangan,” teriak Arion saat motornya melaju kencang menuju ke sekolah. Grace mengangguk, ia melingkarkan tangannya di pinggang Arion. Bukan apa-apa, lagipula Arion adiknya.

“Pelan-pelan, Arion,” balas Grace, gadis itu juga berteriak keras di samping kepala Arion yang tertutup helm. Adiknya itu malah terkekeh jahil, dan semakin menambah kecepatan laju motornya. Membuat Grace dengan segera mencubit perut adiknya yang nakal itu.

“Aduh, iya, Kak.”

Grace mengembuskan napas lega, sebenarnya Arion bukan apa-apa dibanding Sergio. Kekasihnya itu seperti kesetanan saat berkendara. Memacu adrenalin, katanya.

Sesampainya di sekolah, Grace mencebik kesal. Ia melepas helm miliknya dan menyerahkan kepada Arion. Pemuda itu menyugar rambutnya di sela-sela jari. Beberapa siswi mencuri pandang ke arahnya. Memang, walaupun ia masih kelas tahun pertama, namun penggemarnya sudah menumpuk.

“Kak, pulang sekolah aku ma—”

“Sekalian nggak usah pulang kamu,” potong Gracera, gadis itu mendelik. Adiknya itu benar-benar nakal. Setiap hari pasti seperti itu.

“Ya elah Kak, orang cuma sebentar—”

“Woi Grace!” teriak seorang gadis yang baru saja turun dari motor matic nya. Itu Kinanti, sahabat Grace sejak masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

“Duluan, ya, Kak.”

Arion berlalu, setelah memberikan kecupan singkat di puncak kepala kakaknya. Tak peduli, beberapa siswi memekik iri.

Sekolah masih terbilang sepi, terlalu pagi untuk ukuran siswa seperti Arion berangkat awal seperti ini.

“Grace, lo tau?”

Dengan hebohnya, Kinanti berlari tergopoh-gopoh setelah memarkirkan motornya di parkiran dengan membawa setumpuk buku novel. Grace hanya memutar bola matanya malas, dasar biang gosip.

“Enggak.”

Kinanti mendesah kesal, ia merapikan rambutnya yang berkeringat. Melanjutkan topik yang akan ia bahas hari ini.

“Aduh Grace, lo itu ish.”

“Ada apa?” tanya Grace, gadis itu berjalan menuju kelasnya berdampingan dengan Kinanti yang sedang menyiapkan kata-kata untuk disampaikan.

“Grace, Amora punya cowok. Lo tau nggak siapa cowoknya? Ziko woi Ziko!” heboh Kinanti. Terdengar seperti berteriak. Tidak takut, seseorang yang tengah ia bicarakan mendengar semuanya.

Grace tampak tertarik, ia menarik lengan kiri Kinanti yang tidak membawa novel untuk segera menuju kelas mereka.

Lalu, duduk di bangku bagian belakang untuk memulai pembicaraan panas mereka. Kelas tampak masih sepi, hanya dua siswi kutu buku yang sudah hadir.

“Ziko? Maksud lo Ziko—”

“Iya Grace, Ziko Abraham. Lo tau kan gimana dia?” potong Kinanti, gadis itu meletakkan tiga buku novelnya ke atas meja.

“Lo tau darimana?” tanya Grace, ia benar-benar penasaran sekarang.

Kinanti memutar bola matanya malas, ia mengambil ponselnya dari dalam tas. Lalu, menunjukan serentetan pesan panjang dari grup “BIGOS CENDRAWASIH

SERGIO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang