episode 26

57 9 2
                                    

Cekidot!!

Happy reading!!
.
.
.
.

Sinta mengajak Andre untuk mempersiapkan acara pernikahan nya yang sudah hampir dekat. Sinta mengajak Andre untuk memilih baju pengantin mereka nantinya.

Sinta mengajak Andre pergi ke butik mewah dan terkenal sering membuat baju pengantin artis-artis ternama. Harganya pasti cukup mahal dan hasilnya pun pasti akan sangat bagus dan tidak mengecewakan.

Sinta melihat-lihat gaun-gaun yang ada di sekeliling sudut butik tersebut. Gaun yang tergantung rapih sangat lah indah. Hampir tidak ada yang jelek satu pun di mata Sinta.

Andre melihat jas-jas yang ada disana. Saat ia melihat harganya, jantungnya berhenti beberapa detik. Oh my God, benar kah harga jas itu hingga puluhan juta?.

Andre menghampiri Sinta yang masih ternganga melihat isi butik ini.

"Sayang, emm, kita pindah ke tempat lain aja, yuk. Kayaknya aku gak srek sama jas dan gaun-gaun disini," ucapnya berbisik.

"Kamu gak srek sama jas dan gaunnya. Apa sama harganya?" Pancing Sinta berbisik.

"Yang kedua,"

"Udah tenang! Aku yang bayarin."

"Aku ini cowok. Seharusnya aku yang bayarin semuanya, bukan kamu!"

Pelayan butik itu pun berdehem sedikit. "Mau jas dan gaun yang mana, Pak, Bu?"

"Kita pilih-pilih dulu ya, Mbak." Jawab Sinta ramah. Andre masih berdiri tepat di sampingnya dan, masih mengajak Sinta untuk pergi ke butik lain karna baju-baju disini terlalu bagus untuk kantongnya yang burik.

Sinta pun akhirnya menuruti kemauan Andre. Sekali-kali Sinta menuruti kemauan calon suaminya itu.

"Mau beli baju pengantin dimana? Di tukang jahit?" Tanyanya. Andre menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menyengir.

"Aku si gak apa-apa. Tapi gak tau deh Papah,"

Betul juga kata Sinta. Pasti Papahnya gak akan mau kalau putri satu-satunya menikah dengan pakaian dari tukang jahit. Pasti menurut Papahnya, baju pengantin di tukang jahit barangnya jelek dan tidak bermutu. Bahannya juga tidak semewah dan sebagus butik

Andre menghela napas, "kalau untuk ke butik-butik besar, duit aku belum cukup. Keperluan buat nikah 'kan banyak, gak baju doang. Maaf ya,"

Sinta tersenyum sambil memegang bahu Andre dengan lembut, "gak apa-apa. Untuk baju aku yang ngeluarin modal. Kamu ngeluarin modal yang lain. Kalau uang kamu udah gak cukup lagi, bilang aku aja gak perlu sungkan. Kita nikah berdua, modal juga harus berdua." Ucap Sinta membuat hati Andre lebih tenang sedikit.

"Ya udah kita ke butik yang lain, ya. Disini aku kurang srek sama baju-bajunya." Andre mengangguk dan mereka langsung masuk ke dalam mobil.

***

Jaman sekarang, banyak bapak atau ibu-ibu yang menyukai bercocok tanam. Begitu dengan Rahman, yang sangat suka bercocok tanam setelah mencoba mengurus tanaman yang di beri tetangganya.

Dian keluar dari dalam membawa secangkir kopi dengan tatakannya. Sedari tadi ia melihat suaminya yang sedang anteng di halaman depan dengan tanaman-tanaman nya.

"Mas kopinya, nih."

"Iya, taruh situ dulu." Jawabnya sambil terus merapikan tanamannya.

"Andre kemana, Mas? Kok aku gak liat dari tadi,"

"Ngurusin keperluan pernikahannya, sama Sinta."

ANDRE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang