episode 29

65 9 1
                                    

"Umi!!" teriak Intan membuat semuanya menoleh ke arahnya. Andre membulatkan matanya sempurna sambil menghela berat melihat semua yang terjadi. Andre menghampiri umi nya yang tergeletak di tanah dengan wajah yang sangat pucat.

"Umi. Mi, bangun, Mi. Umi!!" Andre menggoyang-goyangkan tubuh Rani. Ia berharap uminya akan sadar dari pingsannya. Air matanya sudah berkumpul di bola matanya melihat uminya yang tidak sadar juga.

"Kenapa Umi bisa kayak gini, Tan?" tanya Andre memegang bahu Intan yang sudah menangis sejak tadi.

"Gak tau, Kak. Sebelum Umi pingsan, Umi udah keliatan pucet banget, terus Intan liat Umi kayak terisak gitu sambil pegangin dadanya erat."

Andre menggeleng pelan. Andre terus menggoyangkan tubuh uminya dan terus berharap uminya akan sadar secepatnya.

"Kita bawa ke rumah sakit aja." usul Rahman. Andre mengangguk setuju. Semuanya membantu Rahman mengangkat Rani. Sedangkan Intan dan Sinta berlari ke depan untuk mencari taxi yang lewat di jalanan ini.

Intan menoleh ke kanan dan ke kiri. Tidak ada mobil taxi yang lewat sedari tadi. Hanya mobil pribadi dan motor yang lewat di jalanan ini.

"Gimana ini, Kak? Umi harus secepatnya dibawa ke rumah sakit." tanya Intan khawatir dan tidak bisa diam.

"Sabar, ya." Sinta ikut khawatir karna melihat adik iparnya yang benar-benar khawatir dengan keadaan orang tuanya.

"Ki-kita. Kita naik mobil aku aja, ya? Kayaknya disini emang susah buat nyari taxi." usul Sinta yang di anggukan Intan. Tidak ada pilihan lain selain pakai mobil Sinta.

Intan berlari membututi kakak iparnya yang berlari ke arah parkiran khusus acara pernikahannya. Ia memanggil supirnya yang sedang duduk di bale sambil menyeruput kopi hitam yang di belinya.

"Tolong anterin mertua saya kerumah sakit, sekarang!" perintah Sinta. Supir itu mengangguk pelan dan langsung menaruh gelas kopi itu di bale dan membayarnya.

Sinta dan Intan kembali berlari ke dalam. Sinta menyuruh Rahman untuk membawa mantan istrinya ke parkiran untuk naik mobil Sinta. Keadaan masih ramai. Banyak orang yang membututi Rahman untuk membantu.

Sudah berapa kali mencoba, tapi tetap saja. Supir itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Supir itu bingung, kenapa mobil ini tidak nyala-nyala. Padahal bensin masih full dan aki juga baru ganti. Tapi kenapa tidak nyala juga?.

Supir itu keluar dari mobil dan menghampiri Sinta serta rombongan yang sedang membantu Rahman. "Maaf, Non Sinta. Mobilnya gak bisa nyala, udah saya coba beberapa kali tapi gak nyala juga."

"Kok bisa?"

"Kamu udah ganti aki, 'kan? Udah isi bensin, 'kan?" tanya Sinta bertubi-tubi.

"Udah, Non. Udah semuanya. Tapi tetep gak nyala, saya juga bingung."

Semuanya mulai panik lagi. Bagaimana ini? Tidak ada taxi lewat dan mobil Sinta pun tidak nyala.

"Mobil yang dipake Andre mana?" tanya Sinta kepada supir itu.

"Pergi, Non, katanya mau service dulu soalnya mobil dibawa gak enak."

"Kenapa, si! Kalo lagi di perlu-in mobil rusak semua!" kesal Sinta dengan mata yang terbakar.

"Pesan ojek online aja, Sin. Yang mobil." usul Ajeng. Sinta mengangguk dan langsung menyuruh Intan untuk memesan ojek online Karna dirinya tidak membawa ponsel.

Hari libur seperti ini banyak yang menggunakan ojek online, jadi Intan sangat sulit mencari ojek online yang masih kosong.

"Gak ada yang masuk, Kak, ke akun aku." Sinta membuang wajahnya kesal.

ANDRE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang