episode 31

78 6 1
                                    

Rahman dan Andre mencelingak celinguk mencari pintu yang bertuliskan dr. Doli Nirwana. Sudah beberapa menit mereka berdua mencari dan akhirnya ketemu. Ruangan itu berada di dekat ruang inap Melati. Rahman mengetuk pintu itu. Pintu terbuka dan terlihat wanita yang berpakaian suster yang sedang membawa papan.

"Ada yang bisa kami bantu, Pak?" tanya suster itu sopan.

"Saya dari keluarga Rani yang di rawat di IGD rumah sakit ini. Dan katanya, tadi dokter Doli memanggil saya untuk ke ruangannya." jelas Rahman.

"Sebentar ya, Pak. Saya tanyakan dulu ke dokter Doli nya. Silakan di tunggu."

"Ya," Rahman dan Andre duduk di kursi besi yang ada di depan ruangan dokter Doli.

"Permisi, Pak. Dokter Doli sudah menunggu. Silakan masuk." Ucap suster mempersilakan Rahman dan Andre masuk.

Dokter Doli yang sedang duduk di kursinya, langsung berdiri dan menyuruh Rahman dan Andre duduk di kursi yang berada di depannya.

"Sebelumnya. Ada apa ya, Dok, panggil saya?" tanya Rahman.

"Jadi begini, Pak. Saudari Rani, mengidap penyakit kanker Liver stadium 4. Saudari Rani sangat membutuhkan penanganan lebih lanjut untuk sembuh. Tapi,"

"Tapi apa, Dok?" tanya Andre penasaran.

"Tapi kita butuh pendonor hati untuk saudari Rani. Karna Rumah Sakit ini kehabisan pendonor hati yang sesuai dengan hati saudari Rani. Kita butuh secepatnya, Pak, Dek. Supaya Rumah Sakit juga bisa menangani nya lebih cepat." jelas dokter Doli.

"Maaf, Dok. Biasanya kita mencari dimana, ya?"

"Biasanya, para keluarga bisa mencarinya di Rumah Sakit lain. Mungkin disana masih punya stok pendonor hati yang cocok untuk saudari Rani."

"Nanti akan saya berikan rujukan Rumah Sakit untuk mencari pendonor hati. Dan juga hati yang cocok untuk saudari Rani."

Rahman dan Andre mengangguk pelan. Artinya mereka berdua mengerti apa yang di maksud dokter Doli tadi.

Dokter Doli mulai mengambil pulpen dan menulis rujukan Rumah Sakit untuk membantu Rahman dan Andre mencari pendonor hati yang cocok untuk Rani. Setelah selesai, kertas yang sudah tertulis rujukan langsung di berikan ke Rahman dan Andre. Andre mengambil kertas itu dan melihatnya.

"Masih heran gue. Kenapa Dokter tulisannya jelek? Padahal sekolah Dokter, 'kan, mahal. Emang pas sekolah gak diajarin nulis dengan baik?" Batin Andre sambil menggelengkan kepalanya.

**

Andre dan Rahman keluar dari ruangan dokter Doli dan menuju ruang IGD menghampiri Dian yang masih menunggu Rani. Rahman melihat istrinya yang sedang duduk melamun di kursi besi rumah sakit. Ketika melihat Rahman dan Andre, Dian langsung berdiri dan menghampiri mereka berdua.

"Gimana kata Dokter, Mas?" tanya Dian penasaran.

"Kata Dokter. Rumah Sakit ini kehabisan stok hati yang sesuai dengan hati Rani. Jadi Dokter ngasih rujukan Rumah Sakit untuk membantu kita mendapatkan pendonor hati. Karna Rani harus segera di tangani lebih lanjut." jelas Rahman yang sesuai dengan ucapan dokter tadi.

Dian mengangguk. "Terus sekarang, kalian berdua mau langsung ke Rumah Sakit itu?"

"Em, Bi. Andre mau ke ruangannya Intan dulu, ya? Mau liat keadaan nya."

"Oh, iya. Abi juga mau liat kondisi Intan dulu, deh. Kamu mau disini, atau mau ikut ke ruangan Intan?"

"Ikut aja, deh, ke ruangan nya Intan."

ANDRE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang