episode 27

55 10 1
                                    

Hari ini Andre dan Sinta baru saja selesai mendatangi wedding organizer yang katanya bagus dan kerjanya yang memuaskan. Sinta dan Andre keluar dari kantor itu dan berdiri di samping mobil Sinta.

Semuanya sudah selesai. Tapi rasanya ada yang kurang, tapi apa ya? Sinta memikir-mikir lagi apa yang kurang dari acara pernikahan nya nanti. Sinta mengingatnya di otak, namun susah di lepaskan dari mulutnya.

"Ih! Aku ngerasa ada yang kurang! Udah aku ingat-ingat, dan aku udah inget. Tapi susah banget di ucapin nya," Sinta mengacak rambutnya frustasi.

"Apa yang kurang?" Andre mencoba memikirkan ucapan Sinta.

"Itu, itu, apa sih! Susah banget di ucapin nya!"

"Nah.. panggung!!" ucap Sinta spontan.

Andre mengernyit heran, "panggung?"

"Iya! Kan gak asik kalo kondangan gak ada musiknya, ayang. Setuju nggak?" Sinta menaik-turunkan alisnya.

"Aku sih.. setuju aja. Tapi, apa papah sama mamah kamu setuju?"

"Hmm, gak tau"

"Ya udah, nanti kamu tanya dulu ke papah, sekarang kita ke tempat cetak undangan dulu. Ngomong-ngomong, kamu udah bawa desain nya, 'kan?"

"Udah kok"

"Ya udah, yuk!" ajak Andre. Mereka berdua masuk kedalam mobilnya menuju percetakan undangan yang berada tidak jauh dari sini. Paling hanya 5 menit saja sudah sampai. Andre menyalahkan mobil itu dan langsung melaju dengan kecepatan sedang diatas rata-rata.

***

"Umi!!" teriak Intan. Intan menghampiri Uminya yang sedang sibuk memotong kentang sambil membawa box yang berukuran sedang.

"Kenapa sih, Intan?" tanya Umi lembut.

"Nih, anak pos buat umi. Katanya sih dari kak Andre, isinya baju couple buat pernikahan kak Andre." ujarnya sambil memberikan kotak itu ke uminya.

Rani mengambil kotak tersebut.

"Coba, Mi, buka kotaknya. Intan mau liat, ngepas, kegedean, atau kekecilan?"

Rani mengangguk dan mematikan kompornya terlebih dahulu, takut gosong. Rani berjalan membawa kotak itu ke ruang tamu dan duduk di kursi kayu.

Rani membuka bungkusan nya satu persatu hingga sampai terlihat box berwarna coklat. Rani membuka tutup box, terlihat baju gamis berwarna merah marun dengan pernak-pernik yang indah.

"Wih, Mi! Bagus bajunya."

Rani mengangkat baju itu sampai terlihat dari atas sampai bawah baju. Rani terlihat terpesona saat memandang gamis tersebut. Matanya bercahaya dengan senyuman yang sedikit terlihat wajah Rani.

"Itu kayaknya baju couple, deh, Mi!"

"Bagus, ya?" tanya Rani.

"Bagus banget, Mi. Dipake loh, kata kak Andre." Rani hanya menjawab dengan senyumannya yang bahagia.

Rani melamun. Tak sangka, anak pertamanya sudah mau menikahi anak gadis orang. Padahal dulu masih ia timang-timang sambil menghirup udara pagi.

"Umi bahagia, ya?" tanya Intan, menyadarkan Rani yang tengah melamun.

"Bahagia banget, sayang. Gak nyangka kalau Andre udah mau nikah. Padahal dulu masih Umi timang-timang sambil hirup udara pagi." Rani mengeluarkan air mata terharu.

***

2 Minggu kemudian..

Pukul 05.00. Sinta sedang di dandani oleh tukang rias yang sudah ia pesan 1 Minggu kemudian. Sinta sengaja memesan tukang rias untuk datang pukul 05.00, setelah selesai sholat shubuh. Ia tidak mau belum sholat shubuh sudah di dandani.

ANDRE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang