11

21.2K 1.8K 138
                                    

Haechan mengerutkan dahinya dalam. Ia bertanya-tanya di dalam benaknya atas kedatangan Jaemin yang baru saja turun dari mobil. Mark tidak sedang berada di mansion, mungkinkah gadis itu memiliki keperluan lainnnya?

"Chan-ie!" Jaemin melambaikan tangannya ke arah Haechan dengan senyuman cerah.

Gadis cantik itu berjalan menuju Haechan yang masih bergeming di tempatnya berdiri. Dengan sedikit kaku Haechan membalas sapaan dari Jaemin. Sebenarnya ia merasa sedikit tidak nyaman dengan panggilan akrab Jaemin. Tapi, itu bukanlah salah Jaemin. Bahkan di pertama kali bertemu, gadis itu memberikan kesan yang sangat baik.

Haechan hanya belum terbiasa. Sebab selama ini Haechan tidak memiliki teman dekat kecuali Somi dan teman di panti—serta orang asing yang menyelinap masuk lalu mengacaukan hidupnya selama beberapa bulan terakhir, Mark Jung. Terlebih Jaemin adalah keturunan yang status sosialnya sangat berbeda jauh darinya.

"Kenapa kau terlihat sangat enggan menyapaku, eoh?" protes Jaemin saat melihat raut wajah Haechan.

"Aniya! B-bukan seperti itu Jaemin-ssi."

"Kau masih memanggilku dengan formal?!"

Haechan semakin gugup ketika Jaemin melayangkan protesnya kembali. "Jaemin-ie..."

"Aigoo~ kiyowoooo baby Chan-ie!" tanpa rasa bersalah Jaemin mencubit kedua pipi chubby Haechan sampai kepala Haechan bergerak ke kanan dan ke kiri.

"E-eum, kau kemari ingin bertemu dengan Mark?" tanya Haechan. Jaemin otomatis menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Untuk apa mencari manusia menyebalkan itu. Lagipula aku tahu si menyebalkan itu sedang pergi ke Jerman. Aku kemari untuk bertemu denganmu."

"Denganku?"

"Eeum!"

Haechan meremas tali tas yang ia pakai. Ia harus pergi sekarang juga karena ia ingin menghabiskan waktu seharian di panti. Tapi, bagaimana mengatakannya pada Jaemin? Ia tidak enak menolak Jaemin yang sudah ada di hadapannya ini.

"Aku yang akan mengantarkanmu ke panti." ucap Jaemin cepat.

"Huh?" Haechan jadi meragukan Jaemin sebenarnya memang cenayang.

"Tapi, Eric–

"Aku sudah berbicara kepada Mark. Dia setuju. Awalnya aku hanya ingin meminta kontak mu dari Mark, dan berniat mengajakmu pergi. Tapi Mark berkata kau hari ini ke panti. Jadi sekalian saja. Memangnya Mark belum mengatakannya pada mu?" tanya Jaemin.

"Belum,"

"Aish! Lihat saja saat kau pulang nanti, Jung!" geram Jaemin tertahan. Mark sangat menyebalkan.

•••

Perjalanan cukup jauh karena panti Haechan terletak di Paju. Benar seperti dugaan Haechan, sahabat Mark tidak mungkin langsung percaya jika mereka adalah sepasang kekasih. Salutnya, Jaemin tidak memaksa Haechan untuk menjelaskan hubungan yang mereka jalani.

Tapi, Haechan mengatakan semuanya. Tidak tahu kenapa, tiba-tiba mengalir saja dari mulutnya. Mulai dari Mark yang tidak sengaja bertemu dengan Haechan di club milik Guanlin, lalu pria itu menjebaknya dengan video, hingga kontrak yang mengikat keduanya.

Reaksi pertama yang ditunjukkan oleh Jaemin adalah marah, kecewa, kesal kepada Mark. Tangannya sangat gatal ingin memukul kepala pria itu. Namun setelahnya Jaemin tersenyum miring.

"Chan-ie, kau menyukainya?"

Pertanyaan Jaemin mampu membuat Haechan tersedak air liurnya sendiri. "Apa?!"

Vad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang