-extrapart 2.0

19.1K 1.2K 64
                                    

Terhitung sudah kesekian kalinya Selena memuntahkan makanan yang masuk ke dalam mulutnya. Ia cukup kesal dengan Haechan yang terus memaksanya untuk makan, padahal ia sendiri sudah mati-matian menolaknya. Selena terpaksa menuruti sebab Haechan mengancam akan melaporkannya kepada Mark.

Bukan, Selena bukan takut. Lebih tepatnya ia tidak ingin mendengar omelan dari Mark. Jujur saja Dad nya itu banyak bicara jika ada sangkut pautnya dengannya. Padahal menurut yang diceritakan oleh Haechan, Mark itu pria yang dingin dan jarang sekali bicara. Sekali pun Mark bicara, hanya ada kalimat-kalimat tajam yang dilayangkan pria itu.

Namun kenyataannya Selena tidak mendapati sosok Mark yang seperti itu. Memang kalau bersama orang lain Mark cenderung bicara seperlunya saja, tapi ketika di hadapannya Mark berubah menjadi ayah yang sangat cerewet melebihi Haechan. Contohnya, Mark akan terus mengomelinya saat dirinya tidur larut malam dan telat makan.

Selain cerewet, Mark juga tipe orang tua yang posesif. Pria itu tidak masalah seberapa banyak Selena menghamburkan uangnya, tetapi sebagai gantinya Selena harus tetap berada di rumah jika Mark sedang di rumah. Dan apa yang ayah satu anak itu lakukan? Tentu saja bermanja-manjaan dengan putrinya. Haechan sendiri terheran, semenjak memiliki anak, Mark benar-benar berubah. Terlebih Selena merupakan anak mereka satu-satunya.

"No, Mom. Selena tidak bisa memakannya. Percuma saja makanan itu akan terbuang sia-sia nantinya." tolak Selena halus. Wajahnya yang pucat dan suara yang terdengar lirih serta lemas itu membuat Haechan khawatir.

"Setidaknya kamu harus memakannya beberapa suap saja, baby."

Haechan masih berusaha membujuk Selena agar mau memakan makan siangnya. Tetapi gelengan Selena didapatkannya kembali. Haechan menghela nafas pelan. "Mom panggilkan Paman Richard ya?"

"Tidak perlu, Mom. Lena hanya perlu beristirahat sebentar. Saat bangun nanti pasti Lena kembali sehat." tolak Selena. Gadis itu sama keras kepalanya dengan Mark.

"Ya sudah, sekarang istirahatlah." Haechan membenarkan posisi selimut Selena supaya menutupi tubuh gadis itu secara sempurna hingga dada.

Haechan menarik kembali nampan berisikan makan siang Selena yang dibawanya. Kemudian keluar kamar putrinya. Sebelum Haechan benar-benar meninggalkan kamar luas itu, ia mendapatkan pesan dari Selena.

"Mom, jangan beritahu Dad."

Agar cepat, Haechan hanya menanggukkan kepalanya saja. Bagaimanapun juga Haechan akan tetap melaporkannya kepada Mark.

Sepeninggal Haechan, Selena membuka ponsel miliknya. Ia menggigit kuku ibu jarinya. Hati dan pikirannya kini tengah berkecamuk. Ia mencari kontak seseorang lalu menghubunginya.

"Halo?" ucap seseorang di seberang sana.

"Bagaimana ini, Ji?" Selena melirik was-was ke arah pintu kamarnya. Takut-takut jika ada seseorang datang dan mengetahui kalau ia tengah menghubungi seorang pria, Lee Jisung.

"Apakah hasilnya positif?" tanya Jisung antusias.

Ada jeda disaat Selena menjawabnya, "Ya."

Selena bisa mendengar suara teriakan senang dari Jisung. Astaga kekasihnya itu apakah tidak merasa panik dan takut? Takut kalau orangtua mereka mengetahui bahwa kini Selena tengah mengandung buah hati hasil perbuatan mereka dua bulan lalu.

"Ji!"

"Yes, babe?"

"Aku takut," lirih Selena.

"Kenapa harus takut? Kita harus bahagia Selena. Tidak ada yang perlu kau takutkan. Tenang saja, okay? Aku akan memberimu banyak hadiah!"

Dahi Selena berkerut dalam, "Yak! Aku hamil bodoh. Bukan sedang berulang tahun!"

Vad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang