14

20.1K 1.7K 68
                                    

"Anak nakal! Mommy menyuruhmu pulang dari dua bulan lalu kenapa baru pulang sekarang, huh?! Lalu kenapa tidak menghubungi mommy lebih dulu?!" sambutan Taeyong mengesankan sekali.

Taeyong mendekati anak semata wayangnya lalu memeluk tubuh Mark. Walaupun Mark baru mengunjunginya empat bulan yang lalu, tapi entah mengapa Taeyong merasa sudah sangat lama tidak memeluk anaknya.

Jangan katakan pada Jaehyun, bahwa Taeyong menyukai pelukan Mark sebab pelukan Mark lebih menenangkan dibandingkan pelukan Jaehyun yang membahayakan.

If you know, you know.

"Aku sibuk, Mom. Ponselku hilang saat di Jerman." jawab Mark pendek. Ia baru saja tiba setelah menempuh 11 jam perjalanan dari Berlin menuju Toronto.

"Kau dan Jaehyun sama saja. Menjadikan kata 'sibuk' sebagai alasan. Lalu, ponselmu hilang dan kau masih bersikap biasa saja?! Tidakkah kau berpikir jika ada sesuatu yang penting dalam ponselmu itu?"

"C'mon mom, aku tidak sebodoh itu menyimpan berkas penting di dalam ponsel." kilah Mark. Mungkin Mark melupakan sesuatu.

"Ah~ selalu aku yang menjadi sasaran." keluh Jaehyun yang juga baru saja datang dari ruang lain. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku. Ia memandangi anak dan istrinya bergantian.

"Bagaimana keadaan perusahaan di Jerman–

"Tutup mulutmu, Jeff. Aku tak ingin kalian berbicara masalah pekerjaan di hadapanku."

Jaehyun terkekeh kecil sembari mengecup pelipis Taeyong. "Hahaha yes, Queen."

Tangan Taeyong terulur merangkul pinggang Jaehyun dan Mark. "Aigoo~ Dua pria tersayangku,"

Hari ini atas perintah Nyonya Jung, mereka habiskan waktu bersama. Hanya bersantai di ruang tengah. Namun mampu meningkatkan kedekatan antar mereka.

Mereka tengah membahas perihal kelulusan Mark di universitas Kwang-Gyu. Sementara Mark masih menyusun tugas akhirnya di University of Toronto. Sangat mudah bagi Mark untuk mendapatkan dua gelar sekaligus.

"Oh iya Mark, kapan acara kelulusanmu?"

"Dua minggu lagi. Maybe." jawab Mark sekenanya. Ia juga tidak tahu pasti.

"Sekali-kali datanglah ke acara kelulusanmu, Mark. Tidakkah kau ingin merasakan bagaimana euforia kelulusan?" tanya Jaehyun. Ia heran saja ketika anak-anak lain bahagia menyambut acara kelulusannya. Mark malah tidak berminat sama sekali sedari middle school.

"Datanglah sebelum kau melanjutkan pendidikan mu, sayang." ucap Taeyong. Ia mengelus dada bidang putranya. Posisinya saat ini memeluk Mark dari samping. Tangan Mark sendiri sudah bertengger di pundak ibunya.

Posisi itulah menjadi penyebab muka masam Jaehyun. Keberadaan sang putra kebanggaan membuatnya terabaikan.
Tidak. Ini hanya bercanda.

"Aku tidak tahu, Mom. Jika aku memiliki jadwal, maka kemungkinan besar aku tidak akan hadir."

Taeyong melemparkan bantal sofa kepada Jaehyun yang duduk sendiri. "Dasar! Karena kau dan appa jadi anakku tertular gila kerja seperti kalian!"

"Aku harap sikap brengsekmu tidak menurun juga kepada Mark." tambah Taeyong.

Raut wajah Mark menegang. Tapi sedetik kemudian ia bisa menguasai dirinya kembali. Sempat terkejut dengan celetukan Taeyong.

"Berikan aku contohnya, Mom." Mark tersenyum miring ke arah Jaehyun. Mengelabui dan mengalihkan perhatian Jaehyun yang tampaknya tahu gerak-geriknya.

"Daddy mu itu dulu adalah seorang pemain wani—

"Sayang, ku mohon..."

"Seorang pemain wanit—

Vad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang