6

24.1K 1.8K 79
                                    

Empat pria yang memiliki hubungan persahabatan yang sangat erat terlihat sedang berkumpul di salah satu meja kelab. Salah satu dari mereka sengaja open table karena seorang Lee Jeno yang terkenal sangat dingin menjalin sebuah hubungan dengan sahabatnya sendiri. Namun, bukan Jeno yang melakukan pesta kecil ini, melainkan Lucas dengan alasan bahwa ia turut berbahagia.

Walau mereka terkesan nakal dan hampir setiap hari berkunjung ke kelab malam, tetapi percayalah mereka jarang sekali berhubungan badan atau one night stand dengan perempuan bayaran. Namun tidak munafik juga terkadang mereka juga menyewa penari striptis. Tapi itu hanya sebatas penghiburan, tidak lebih.

Mereka akan melakukan sex jika memang benih mereka benar-benar ingin segera tersalurkan. Kalau tidak ya sudah, mereka lebih memilih duduk dan minum berbotol-botol minuman alkohol. Ditemani permainan bodoh yang mereka lakukan.

"Jaemin akan kemari?" tanya Lucas. Jeno menganggukkan kepalanya singkat. Kekasihnya sekaligus teman kecilnya yang bernama Na Jaemin berada di perjalanan menuju kelab.

Padahal Jeno sudah melarangnya, tetapi gadis itu sangat keras kepala. Akhirnya Jeno mengalah dengan catatan Jaemin diantarkan orang suruhan Jeno. Ia terlalu malas hanya sekedar menjemput Jaemin yang rumahnya cukup jauh dari kelab. Jaemin tidak akan marah hanya karena Jeno tidak menjemputnya. Gadis itu sangat hafal bagaimana watak Jeno.

"Aku turut berduka dengan Jaemin yang sudah bersedia menjadi kekasih Jeno. Aku tebak pasti ia sangat terpaksa menerima Jeno." ucap Hendery dengan dramatisnya.

"Dia yang memintaku menjadi kekasihnya," kata Jeno datar dan ringan.

"Tapi kau menyukainya, kan?"

"Sialan. Bagaimana kau bisa tahu, Luc?"

"Tentu saja aku tahu! Lucas Wong si pengamat cinta,"

"Mudah. Melihat Jeno yang selalu menolak para gadis yang mengajaknya menjalin hubungan tapi tidak dengan Jaemin yang langsung dia 'iya' kan." tembak Mark yang dihadiahi seringaian tipis Jeno.

Saat mereka asik bercengkrama, datanglah seorang gadis berambut pink dan panjang menghampiri meja dimana mereka duduk. Lebih tepatnya menghampiri kekasihnya.

"Ey~ Lee Jaemin!" teriak Lucas menyambut kedatangan Jaemin.

"Margaku masih Na. Tapi tak apa, sebentar lagi akan menjadi Lee. Benarkan chagi?" tanpa ragu Jaemin duduk di antara Mark dan Jeno. Ia memaksa Mark untuk sedikit menyingkir.

"Apa maksudmu menatapku dengan mata tajam mu eoh? Kau tidak terima ku suruh menyingkir sedikit?" Mark berdecih lalu membuang wajahnya.

Jaemin tidak akan pernah takut kepada siapapun.

"Dimana Shuhua? Kau tidak mengajaknya, Mark?"

"Memang kau tidak tahu kabar terbaru kalau Mark sudah putus dari Shuhua tiga hari yang lalu? Berita ini bahkan menjadi berita terhangat di kampus!" ucap Hendery heboh. Jaemin menggelengkan kepalanya.

"Kan aku tidak satu kampus dengan kalian, pabbo."

"Beruntunglah Mark terlepas dari gadis itu! Aigo~ bahkan aku meragukan dia masih seorang gadis atau sudah tidak lagi." lanjut Jaemin berapi-api.

Dulu Jaemin dan Shuhua berada satu sekolah di high school. Mereka menjadi primadona sekolah tersebut. Sebenarnya hanya Shuhua yang menginginkan predikat itu. Jaemin tidak begitu peduli, yang terpenting ia pergi ke sekolah untuk belajar.

Namun lama kelamaan merasa jengah dan emosi karena terus-terusan dianggap lawan oleh Shuhua, akhirnya Jaemin benar-benar menganggap Shuhua menjadi musuhnya. Beruntung dewi fortuna memihaknya. Tidak sekalipun Shuhua bisa mengalahkannya. Dari segi kecantikan maupun kepintaran.

Dan ya, sebenarnya dulu Jaemin sendiri tidak begitu dekat dengan ketiga pria teman Jeno. Tetapi mereka sering berkunjung ke rumah Jeno yang mana ia pun sama, jadilah mereka saling menyapa dan mulai dekat satu sama lain.

"Kau tidak boleh seperti itu, Nana-ya." tegur Jeno. Ia tidak menyukai Jaemin jika gadis itu mulai dengan mulut pedasnya.

"Ah mianhae, mianhae, mianhae Nono-ya!" Jaemin menyandarkan kepalanya di bahu Jeno sembari menggoyangkan lengan kekar pria itu.

"Andaikan Jaemin menjadi kekasihku, mungkin aku tidak akan pernah bersikap datar kepadanya. Lihatlah, neomu kiyowo!"

"Dalam mimpi mu, Wong!" desis Jeno.

•••

Dua minggu setelah Mark dan Haechan berhubungan badan, hampir setiap hari mereka melakukannya. Entah itu di kamar, di ruang tengah, di dapur, dimana pun dan kapan pun saat Mark menginginkannya.

Tidak ada perubahan pada sikap Mark. Masih sama seperti wajahnya, dingin dan datar. Pria itu berubah hanya saat mereka berhubungan badan. Mark mendadak menjadi pria yang romantis, lembut dan penuh kasih sayang. Bahkan Haechan pernah merasa terbang atas perlakuan Mark kepadanya.

Namun setelah mereka selesai, Mark kembali menjadi Mark yang dingin dan datar. Pria itu mengusir Haechan atau dirinya sendiri yang langsung meninggalkan Haechan. Tidak peduli bagaimana keadaan wanita itu.

Apa yang dialaminya ini tentu saja memiliki dampak bagi diri Haechan sendiri. Salah satu dampak yang sangat tidak ingin Haechan akui namun ia juga tidak munafik adalah tubuhnya menjadi lebih mendamba akan sentuhan Mark. Sering kali Haechan menginginkan lebih dan lebih.

Benar-benar jalang.

Malam mulai larut, Haechan pun sudah terlelap sedari tadi. Sepulangnya dari kampus, Haechan tidak melihat batang hidung Mark di mansion. Padahal di kampus tadi ia melihat pria itu sedang duduk berdua dengan Hendery di kantin departemen.

Mata Haechan terbuka kala merasakan bibir seseorang yang sangat dikenalinya sedang bermain di atas bibirnya. Ia mencoba memberontak meminta dilepaskan tapi  ia tak sengaja membuka mulutnya. Sehingga memberikan kesempatan Mark untuk memasukkan lidahnya.

Ciuman panas mereka berlangsung begitu lama karena Haechan juga ikut terhanyut. Sampai keduanya saling melepaskan diri untuk meraup banyak oksigen. Ibu jari Mark mengelap sisa salivanya yang bercampur dengan milik Haechan di bibir wanita itu. Ia menegakkan tubuhnya lalu menyodorkan dua buah paper bag di wajah Haechan.

Haechan mendudukkan dirinya dan menerima bingkisan itu. Betapa terkejutnya ia melihat isi yang ada dalam bingkisan. Untuk apa Mark memberikannya ini?

"Aku lapar. Masakkan sesuatu untukku. Dan aku ingin kau menggunakan itu saat memasak."

"Huh?!"

"Aku tidak mau menggunakan itu," cicit Haechan.

"Aku tidak menerima penolakan. Cepatlah! Sepuluh menit kau belum siap dengan itu, tunggu apa yang akan menjadi trending topic di kampus esok pagi." Mark meninggalkan Haechan yang ternganga.

Memang kurang ajar Tuan muda Jung itu! Sudah mengganggu tidurnya, melecehkan bibir dan mulutnya, sekarang memaksa Haechan memasak di jam dua dini hari menggunakan dress minim berwarna hitam dan stiletto berwarna gold?! Lihat saja ia akan membalasnya.




















demi apazi udah lama banget ga ketemu work ini

tbc.

Vad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang