18

19.5K 1.7K 150
                                    

Entah musibah seperti apa lagi yang diterima oleh Johnny kali ini. Tiba-tiba ia mendapatkan laporan dari orang kepercayaannya bahwa perusahaan sedang terguncang. Beberapa petinggi perusahaan bidang keuangan melakukan korupsi skala besar dan membuat perusahaan Johnny diterpa resesi yang berkemungkinan besar dapat menggulungkan tikar perusahaannya.

Tak hanya Johnny, Hendery pun merasakan kepanikan yang sama. Jam terbangnya masih belum setinggi Johnny. Dan perusahaan baru mengalami permasalahan pelik seperti ini. Namun ia tetap berusaha untuk berpikir jernih. Ia sangat yakin, setelah permasalahan ini pasti akan ada banyak permasalahan lain yang mungkin saja lebih parah dari ini. Maka dari itu tugasnya sekarang yang menjadi sosok penerus kepemimpinan keluarga Seo, Hendery harus mengatasinya dengan tepat. Bukan cepat.

Langkah pertama yang Hendery ambil adalah ia harus menyelidiki penyebab para petinggi perusahaan bidang keuangan melakukan korupsi secara besar-besaran. Setidaknya setelah ia mengetahui motif dari tindakan korupsi yang mereka lakukan.

Hendery sangat yakin jika petinggi perusahaan bidang keuangan pasti dipicu oleh sesuatu atau bahkan seseorang. Mereka adalah orang-orang pilihan yang dipercayakan oleh Johnny. Tidak mudah mempengaruhi mereka kecuali ada sesuatu yang menjadikan mereka goyah sehingga mengkhianati Johnny.

Kini Hendery duduk termenung di sofa dalam ruangan Mark. Membuat pria bermarga Jung itu menatap malas ke arah sahabatnya sebab sedari awal Hendery datang pria itu tidak membuka mulutnya. Sibuk terdiam dengan alis yang menukik tajam. Menandakan Hendery tengah berpikir keras.

"Kalau kau datang kemari hanya untuk diam, lebih baik pergi." usir Mark. Beruntung Mark tidak memiliki banyak pekerjaan hari ini. Ya ya ya, yang tadi hanyalah alasan klasik supaya Taeyong tidak menerornya untuk membelikan bayi singa.

"Sialan kau pasti tahu apa yang tengah terjadi." umpat Hendery. Ia datang ke perusahaan Mark memang bertujuan untuk mendapatkan masukan dari sahabatnya itu. Otak jenius nan licik yang dimiliki Mark sangat dibutuhkan oleh Hendery.

Mark mendecih, "Lebih baik kau sekarang berlatih meningkatkan kepekaanmu daripada membuang waktu hanya untuk berdiam di ruanganku. Kau sangat menggangguku."

"Kau memang brengsek, Mark." cemooh Hendery. Jangan terbawa hati, mereka sudah terbiasa.

"Thank's bro." Hendery berdiri dan menepuk pundak Mark. Seakan-akan mereka berbagi brain cells, Hendery langsung mendapatkan jawaban di tengah-tengah kebuntuan otaknya.

Hendery meninggalkan Mark tanpa berpamit. Tidak selang berapa lama, ponsel Mark berdering. Bibirnya membentuk satu garis melengkung yang sangat tipis saat melihat siapa yang menghubunginya.

"Bagaimana?"

"Aku akan membantu jika bajingan itu bertindak di luar batas. Untuk sekarang ini aku yakin Hendery dan Uncle John bisa menyelesaikannya. Lagipula mereka benar-benar harus lebih peka dengan lingkungan disekitar mereka. Aku tidak ingin wanitaku menjadi korban untuk kedua kalinya. Saat ini pun bajingan itu masih mencari tahu keberadaannya. Ada jaminan bajingan itu akan kembali melenyapkan Haechan. Tapi sayangnya mereka sangat bodoh. Uncle John lebih dulu menemukannya." jelas Mark panjang lebar.

"Kerja bagus, Mark. Tetap jaga calon menantuku. Hamili dia agar aku cepat mendapatkan cucu. Kalau kau sampai menyakiti calon menantuku, aku tidak yakin istriku tidak akan menebas kepalamu."

"Kau semakin cerewet, Jung." desis Mark yang mendapatkan tawa menggelegar seseorang di seberang sana.

Mark menyeringai. Seseorang dibalik pintu ruangannya yang sedikit terbuka itu pasti mendengar semua kata demi kata yang keluar dari mulutnya.

•••

Seseorang pria paruh baya sedang duduk santai di kursi kerjanya. Dengan kedua kakinya yang ia luruskan di atas meja serta jari-jari tangan yang mengapit sebuah gulungan nikotin. Ia menghembuskan asap yang di dapatkannya dari nikotin tersebut dengan sembarang arah. Tidak peduli sama sekali kalau ruangannya penuh dengan asap penyakit.

Di sela-sela kegiatan menghisapnya, pria paruh baya itu tersenyum miring. Menikmati kemenangan atas penderitaan mereka. Kehancuran mereka adalah sumber kebahagiaannya.

Dulu, ia telah berhasil menyingkirkan salah satu anggota mereka. Meski sialnya anggota tersebut masih bernafas hingga saat ini. Bukan suatu masalah yang besar, ia pasti akan segera menemukannya. Lalu benar-benar menghancurkan mereka hingga tak bersisa.

Dendam adalah hidupnya.

Seseorang mengetuk pintu lalu membukanya. Pria dengan tubuh tegap tinggi memasuki ruangan tuan nya. Kemudian meletakkan sebuah dokumen di samping kaki tuan nya yang bertengger di atas meja.

"Laporan keadaan SJN Technology Co. saat ini, Tuan."

Pria paruh baya yang disebut 'Tuan' itu menganggukan kepalanya. Tangannya memberikan gestur agar bawahannya itu segera pergi dari hadapannya. "Kau memang bisa diandalkan, Eric."

"Kalau begitu, aku akan melenyapkanmu juga Jung. Kau terlalu banyak ikut campur." monolognya.

•••

Selepas pulang dari universitas, Haechan berinisiatif membuatkan makan siang untuk Mark. Ada dorongan kuat dari dalam diri Haechan untuk memasakkan makanan kesukaan Mark.

Jam makan siang dan Haechan telah siap dengan semuanya. Ia menata makanan dari menu utama hingga makanan penutup dengan rapi. Ia juga menjaga makanan tersebut supaya tidak ada satupun noda.

Hanya tinggal berganti pakaian dan memoleskan sedikit makeup, Haechan sudah sangat siap untuk berangkat menuju perusahaan Mark. Ia menunggu Eric yang mengatakan jika pria itu ada keperluan mendesak. Namun tidak lama. Tidak sampai memakan waktu berjam-jam.

Haechan tidak menunggu terlalu lama sebab ia menghubungi Eric untuk segera sampai ke mansion. Pria itu menuruti apa yang di katakan oleh majikannya. Dalam waktu 15 menit, pria itu telah sampai.

Hubungan antara Haechan dan Eric sudah tidak sekaku dulu. Bahkan mereka saling melemparkan gurauan. Eric saat ini di mata Haechan adalah pria yang sangat baik, tulus, dan juga menyenangkan. Berbanding terbalik dengan awal-awal mereka bertemu. Perangai pria itu dingin seperti es dan tak tersentuh.

Mobil yang Haechan tumpangi telah sampai di gedung megah dengan puluhan lantai. Dari gedungnya saja orang-orang pasti bisa menilai sebesar apa dan sekaya apa keluarga Jung itu.

Netra Haechan tak sengaja menangkap para wanita-wanita yang berada di gedung memakai pakaian rapih, mahal, dan tentunya sangat elegan. Ia menjadi merasa rendah diri. Lihatlah, saat ini ia hanya menggunakan dress selutut berwarna biru pastel dan tanpa heels.

"Terkadang mereka yang memakai pakaian bagus belum tentu nyaman dengan apa yang mereka pakai." ucap Eric tiba-tiba.

"Mari Nona." Eric mengajak Haechan untuk mendatangi ruangan Mark yang berada di lantai 23.

Sekilas Haechan melihat seperti Hendery yang baru saja keluar dari lift dan sepertinya tengah buru-buru. Jarak mereka yang cukup jauh tidak memungkinkan Haechan untuk menyapa pria yang berstatus menjadi sahabat dari Mark itu.

Banyak pasang mata yang menatap ke arah Haechan. Mereka bertanya-tanya, siapa gerangan gadis yang berjalan bersisian dengan kaki tangan Mark Jung?

Sampai di lantai 23, membuat Haechan terkagum. Lantai ini memang di desain untuk ruangan khusus Mark atau keturunan Jung yang nantinya akan memimpin perusahaan. Saat ia keluar dari lift pun disambut hangat oleh sekretaris Mark. Tidak seperti novel-novel yang Haechan baca yang terkadang seorang sekretaris justru lebih garang dan tidak ramah dibandingkan atasan.

"Masuk lah, Nona. Saya akan menunggu disini." ujar Eric menjadikan Haechan ragu-ragu untuk melangkah.

Saat tangannya membuka pintu, bisa ia mendengar perkataan dari Mark yang membuat Haechan terkejut.

Dirinya? Akan dilenyapkan? Oleh siapa? Lalu kenapa Mark membawa nama Johnny Seo?
















apa lagi ini astaga pusing😢

tbc.

Vad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang