12

19.9K 1.9K 176
                                    

Mark tidak henti-hentinya menatap ponsel yang sedari tadi dia nyalakan dan matikan. Ia meletakkan ponselnya kasar lalu menyugar rambutnya. Rasa ini sungguh membuat Mark frustasi. Baru satu hari ia berada di Jerman. Dan sekarang ia sudah merindukan Haechan?!

Ya ya ya, Mark merindukan Haechan.

Pria itu menggigit bawah bibirnya. Ia tidak akan bisa tidur kalau Haechan saja masih memenuhi pikirannya. Padahal esok ia harus melakukan meeting pagi. Saat ini sudah jam 1 malam waktu Berlin. Mark masih belum memejamkan matanya.

Persetan dengan apapun, Mark kini telah menempelkan ponselnya di telinga. Menghubungi seseorang yang berada di Seoul.

"Selamat pagi, Tuan!"

"Bagaimana keadaannya?" tanya Mark tanpa berbasa-basi.

"Nona baik-baik saja, Tuan."

"Ric," Mark menengadahkan kepalanya sebelum melanjutkan perkataannya.

"Ya, Tuan?"

"Ambil gambar wanita itu. Lakukan secara diam-diam. Jangan sampai ia menyadarinya."

"Maaf, Tuan?"

Mark membuang nafas kasar. Tidak mungkin otak jenius Eric tidak mengerti apa yang dikatakan olehnya. Atau memang Eric sengaja menjahilinya?

Di belahan bumi lain, Eric yang biasanya berwajah dingin dan datar kini sedang menahan tawanya mati-matian supaya tidak meledak. Kebetulan sekali ia juga tengah bersama Haechan.

"Tiga menit, Tuan."

Tuut!

Mark memutuskan sambungan sebelah pihak. Ia menunggu potret Haechan. Eric membuktikan ucapannya, dalam kurun waktu tiga menit ponselnya berbunyi menandakan sebuah pesan gambar.

Sialan.

Mark memejamkan matanya, mengatur segala sesuatu yang tiba-tiba memberontak dari dalam tubuhnya. Ia meremas kuat ponselnya dan ia ketukkan ujung ponsel ke dahinya.

Haechan harus benar-benar membayarnya berkali lipat.

Beralih ke Seoul, Haechan dengan cepat masuk ke dalam mobil yang dibawa oleh Eric. Seharusnya hari ini ia kembali ke panti dan bertemu dengan Tuan Seo. Namun berhubung ia harus menyerahkan berkas fisik penelitian sekaligus menjelaskannya kepada Prof. Park, yang mana beliau sangat sulit untuk ditemui. Jadi, ia harus memanfaatkan kesempatan ini.

Lagipula Haechan bisa bertemu dengan Tuan Seo kapan saja selama ia membuat janji terlebih dahulu. Atau mungkin nanti ia meminta bantuan Hendery. Kemarin Jaemin mengatakan Hendery adalah anak Tuan Seo.

"Eric-ssi, tolong jemput aku di jam makan siang ya?"

"Baik, Nona."

"Terimakasih."

•••

Dari sisi ranjang, Ten melihat suaminya yang sibuk bersiap karena pagi ini Johnny pergi ke Paju. Dalam hatinya, Ten sangat berharap semoga apa yang ada dipikirannya itu menjadi nyata dan keluarganya akan kembali utuh.

Kejadian 19 tahun yang lalu membuat Ten merasa gagal sebagai seorang ibu yang melindungi anaknya. Terlebih anaknya masih sangatlah kecil—belum genap 1 tahun.

Andai ia memeluk anaknya lebih erat,

Andai ia harus kuat dan tetap sadar,

Vad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang