29

16.5K 1.6K 115
                                    

Penyebab utama permasalahan telah selesai. Mark dan juga Jaehyun tidak memiliki hak untuk membunuh Kris, meskipun mereka sangat ingin membunuh bedebah itu. Mereka memberikan keputusan sepenuhnya mengenai pria paruh baya itu kepada Johnny, lagipula Kris sudah tidak lagi berdaya.

Sebesar apapun salah Kris, Johnny tetap memaafkannya. Kris adalah satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Walau Johnny sudah memaafkannya, Kris tetap diasingkan di salah satu negara di benua Eropa, tepatnya Swiss. Sesuai dengan permintaan pria itu.

Seluruh keperluan apapun untuk Kris telah dipersiapkan oleh Johnny. Termasuk membelikan rumah dan tanah disana. Keberangkatan Kris setelah kesehatan pria itu dinyatakan benar-benar pulih. Sebab tak hanya luka fisik, Kris pun mendapat luka psikis yang diharuskan mengikuti terapi bersama psikolog handal selama beberapa bulan.

Kris dan kesendiriannya. Baru kali ini Kris dapat bernafas lega. Pria itu sangat menikmati waktu sendirinya dengan perasaan yang tenang tanpa tekanan. Entah kapan terakhir kalinya Kris merasakan hawa seperti ini. Tanpa siapapun dan tanpa dendam.

Pintu ruangan Kris terbuka. Johnny melihat kakak tirinya tengah duduk di ranjang dengan menghadap ke jendela besar yang terbuka. Johnny bersama Ten masuk ke dalam ruangan. Hari ini jadwal Kris untuk terapi.

"Hyung," Johnny meletakkan tangannya di bahu Kris.

"Waktunya bertemu dengan dokter Hyesung." Kris mengangguk singkat, lalu berdiri dan meninggalkan Johnny beserta Ten. Saat pria itu sampai di depan pintu, tubuh jangkungnya terhenti.

"Maaf."

Lagi dan lagi. Setiap hari Kris selalu meminta maaf kepada Johnny dan Ten.

•••

Haechan di duduknya tidak bisa diam. Hatinya cemas sebab Mark mengatakan Jaehyun dan Taeyong sedang berada di perjalanan menuju mansion. Mereka datang setelah dua tahun tidak menyambangi Korea karena Mark pasti akan marah-marah.

Ditengah kecemasannya, Haechan merasa perutnya bergejolak. Ia berlari menuju kamar mandi dekat dapur dan mengeluarkan isi perutnya di wastafel. Haechan pasti selalu mual jika dirinya benar-benar cemas.

Haechan memuntahkannya berkali-kali sampai otot-otot perutnya menegang. Leher belakangnya seperti dipijat oleh seseorang.

"Jangan mendekat Oppa, ini sangat menjijikkan." Haechan berusaha menolak pijatan dari Mark. Namun pria itu tetap diam ditempatnya.

Haechan berkumur lalu mengelap mulutnya dengan tissue wajah. Kebiasaannya ini terlalu menyiksa. Tapi ini terparah sampai perut Haechan benar-benar kosong, bahkan yang terakhir keluar hanyalah cairan bening.

Tubuh Haechan terasa sangat lemas. Untung saja Mark dengan sigap menahan tubuh Haechan. Kepalanya pun pening karena tekanan dari perutnya yang terus menerus.

"You okay?" Haechan menggeleng. Dia tidak baik-baik saja. Ingin merebahkan diri di ranjang dan memejamkan matanya. Tetapi bagaimana nanti kalau orang tua Mark datang dan Haechan tidak menyambut mereka?

Seketika rasa pening menyerang kepala Haechan. Benda-benda seolah berputar, bahkan lantai pun bergelombang membuat Haechan tak mampu untuk sekedar berdiri. Hingga kegelapan membawa dirinya pergi.

Dengan sigap Mark menggendong tubuh Haechan yang tergolong ringan. Ia sangat khawatir. Baru kali ini Haechan sakit sampai pingsan.

Keadaan mansion heboh melihat Mark menggendong Haechan yang tak sadarkan diri. Terlebih raut wajah Mark begitu panik yang kentara. Hal itu mengundang rasa penasaran Jaehyun dan Taeyong yang baru saja tiba di mansion anaknya.

Mereka melangkahkan kakinya menuju kamar Mark. Disana putranya tengah membaringkan tubuh seorang wanita muda. Jaehyun cukup terkejut sebab Mark membawanya melalui tangga. Padahal mansionnya memiliki elevator. Panik membuat Mark menjadi otak udang ternyata.

Vad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang