4

25.5K 1.8K 35
                                    

Satu fakta yang baru saja Haechan ketahui ialah Mark menjalani double degree di Canada. Negara kelahirannya. Dan kampus Mark yang sebenarnya memang yang berada di Canada. Maka dari itu kelihatanya Mark sangat sibuk. Ia mengetahuinya dari Yeji setelah berbincang santai di kolam renang samping mansion.

Selain itu juga Mark bekerja di perusahaan keturunan keluarga Jung. Menjadi pewaris tunggal, Mark memang harus diajarkan berbisnis sewaktu masih bersekolah menengah atas. Beruntung otaknya terbilang jenius sama seperti harabeoji dan appa nya. Ketahuilah, keturunan Jung tidak pernah ada yang gagal.

Memang Haechan juga pernah mendengar dari kabar burung kalau Mark itu kuliah dan juga bekerja di perusahaan keluarganya membantu Tuan Jung Jaehyun. Tapi, ia tidak menyangka kalau Mark itu mengikuti program double degree. Pantas saja Mark jarang terlihat jika di kampus karena ia berpikir kalau Mark sedang bekerja.

Ternyata Mark sangat hebat. Belum lulus kuliah tapi mampu memegang perusahaan yang bisa dibilang bonafit. Siapapun yang akan menjadi istri Mark esok pasti akan sangat beruntung memiliki suami tampan dan jenius.

Tapi, tidak dengan sikapnya yang menyerupai iblis.

Berbicara tentang kesepakatan mereka, Haechan sudah menandatangani nya dan di serahkan juga kepada Eric agar pria itu menyerahkannya ke Mark. Biar saja Mark yang menyimpan bukti kesepakatan itu.

Hari ini tidak banyak yang Haechan lakukan. Pulang dari kampus Haechan hanya duduk diam di kamar dan jika merasa bosan, barulah ia keluar kamar dan mencari Yeji atau Lia untuk menemaninya bercerita.

Seperti saat ini Haechan sedang bercerita banyak hal tentang Mark. Itu pun mengandalkan sepengetahuan Yeji saja tentang Mark. Namun Haechan tidak masalah. Setidaknya ia sedikit demi sedikit tau fakta tentang Mark Jung.

"Aku ke kamar terlebih dahulu. Terimakasih banyak telah menemaniku berbincang sore ini, Yeji-ssi." ucap Haechan tulus. Ternyata memiliki teman tiu begitu menyenangkan karena bisa saling berbagi dan bercerita banyak pengalaman.

"Tidak masalah, Haechan-ssi."

Setelah pamit undur diri, Haechan kembali menuju kamarnya. Untuk sampai ke kamarnya, ia harus menyusuri lorong panjang yang dinding kanan kirinya terdapat banyak lukisan mahal. Mencerminkan sekali bahwa keluarga Jung memang chaebol. Langkah Haechan terhenti ketika ada salah satu pintu yang sedikit terbuka. Celah kecil yang menampakkan kegelapan.

Karena penasaran, Haechan berjalan mendekat. Tangannya baru akan mendorong knop pintu, tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal kuat oleh tangan besar. Haechan terlonjak kaget lalu memalingkan wajahnya ke arah kanan. Disana, Eric sedang menatap dingin ke arahnya.  

"Sangat tidak sopan jika menyentuh daerah yang bukan milikmu, Nona." ujar Eric. Kemudian tangan pria itu menutup rapat pintu itu. Hampir saja. Dalam hatinya, Eric harus mengingatkan Mark agar tuannya tidak ceroboh.

"A-ah, aku minta maaf. Permisi,"

Setelah membungkukkan badannya, Haechan dengan cepat pergi dari hadapan Eric. Rasa penasarannya hilang begitu saja. Haechan sangat takut melihat tatapan dingin dari pria muda itu. 

Sesampainya di kamar, Haechan membuang nafasnya kasar. Tangan kanannya ia letakkan di atas dada kirinya. Merasakan jantungnya yang berdetak begitu cepat. Benar kata Eric, barusan ia tidak sopan dan melampaui batas. Meski dalam perjanjian antara ia dan Mark tidak tertulis bahwa tidak boleh mencampuri privasi masing-masing, tapi Haechan tau ia hampir saja melanggar privasi milik Mark.

•••

Selesai makan malam Haechan tidak langsung ke kamar. Ia membantu para maid yang lain dengan merapikan meja makan sampai bersih seperti semula. Sebisa mungkin ia mengulur-ulur waktu supaya tidak langsung menuju ke kamar sang pemilik mansion ini.

Haechan tidak berani melangkahkan kakinya. Jantungnya  berdegup kencang, dilihat dari tatapan Mark, Haechan menyimpulkan kalau Mark akan melakukannya malam ini.

Saat ini Haechan masih berdiri di ujung tangga. Kakinya sama sekali belum menyentuh satu anak tangga pun. Bibir bawahnya ia gigit untuk mengurangi rasa gugupnya.

Dengan memantapkan hatinya, Haechan menaiki anak tangga satu persatu.

Tepat di depan pintu berwarna putih gading di hadapannya, Haechan mengetuknya lumayan keras. Tak lama, dibukanya pintu itu dan menampakkan seorang Mark Jung yang sudah menggunakan kimono sutera mahalnya.

Blam!

Haechan berjengit ketika mendengar pintu besar itu tertutup sedikit keras. Ia kagum dengan kamar milik Mark yang sangat besar dan luas. Bahkan ada satu chandelier persis di tengah kamar.

Ketika pria dominan dengan warna gelap, tidak dengan Mark. Kamarnya di dominasi warna putih gading dan emas. Elegan, mewah, dan classy.

"Aku menyuruhmu kemari bukan untuk menjadi pajangan di sini." ucap Mark dengan dinginnya.

Haechan tersadar lalu berjalan pelan ke arah Mark yang duduk di sofa. Ia memang marah, benci kepada Mark. Tapi sekarang rasa itu kalah dengan rasa gugupnya. Tatapan Mark disana seakan menelanjanginya.

"Mark a-aku—"

"Menari. Aku ingin melihatmu menari lagi di hadapanku, Haechan."

"Tap—"

Mark mengeklik sebuah tombol di remote panjang. Seketika lagu yang biasa Haechan menari, otomatis terputar. "Lakukan sekarang."

Haechan mulai menari. Tidak peduli dengan kostum yang ia pakai benar-benar tidak match dengan tariannya. Yang ada dipikiran Haechan saat ini hanya menari dan selesaikan.

Hampir 5 menit menari, Haechan mulai terlena dengan musiknya. Matanya terkunci dengan mata tajam milik Mark. Mengikuti nalurinya, Haechan berjalan mendekat ke arah Mark yang sedang duduk.

Dengan beraninya, Haechan membuka lebar kakinya. Ia mendudukkan dirinya di pangkuan Mark. Bagian selatan tubuhnya tepat di atas milik Mark yang sudah sangat keras. Wajah keduanya semakin mendekat dan ujung hidung mancung mereka sudah saling menyentuh. Hampir saja bibir Mark melahap bibir plum Haechan.

Tapi, Haechan lebih dahulu memundurkan wajahnya begitu tersadar dengan apa yang sudah ia lakukan. Dan ketika ia akan beranjak dari pangkuan Mark. Pria itu langsung menarik tengkuknya dan mendekap pinggangnya erat.

Bibir tipis Mark mencium rakus bibir plum milik Haechan. Awalnya Haechan memberontak karena ciuman pertamanya dengan Mark terkesan menuntut dan memaksa. Namun lama kelamaan Haechan menikmatinya, bahkan membalasnya tak kalah liar.

Lidah Mark menyusup masuk ke dalam mulut Haechan. Lidahnya mengajak lidah gadis itu bermain-main dan saling melilit. Tangannya yang besar ia bawa menjelajahi tubuh ramping Haechan.

"Ahh~" desahan Haechan mengalun.

Entah sejak kapan Haechan tidak tau tiba-tiba ia dan Mark sudah berada di atas ranjang besar milik Mark. Baju, celana, dan bra nya juga sudah terlepas. Menyisakan celana dalam berenda. Ia meremas rambut hitam legam pria itu yang sedang asik melahap puting payudaranya yang menegang dan berwarna pink.

Ciuman Mark semakin turun melalui perut ratanya dan berhenti tepat di vaginanya yang masih terbalut celana dalam. Perlahan Mark melepas celana dalam itu lalu menyambar vagina Haechan dengan mulutnya.

"Ahhh, yaaash~"

Desahan Haechan mulai tidak karuan karena kenikmatan yang diberikan oleh Mark. Sampai datanglah pelepasan Haechan yang pertama. Mark tak segan untuk menelan semua cairan yang dikeluarkan.

Puas dengan vagina Haechan, Mark menegakkan tubuhnya. Ia melihat Haechan yang seperti kewalahan sekaligus merasa kenikmatan. Buru-buru Mark melepas dua kain terakhir yang membalut bagian selatan tubuhnya.

Mengocok selatan tubuhnya sebentar sebelum Mark membawa juniornya untuk memasuki lubang surgawi Haechan yang sempit.

"Are you ready?"















tbc.

Vad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang