19

20.3K 1.7K 303
                                    

Seperti tidak mendengar apapun, Haechan membuka pintu ruangan Mark lebih lebar lagi. Pria itu rupanya menyadari kedatangannya. Mark membalikkan tubuhnya dan menatap Haechan yang sudah berdiri di pintu.

"Kau datang?" Mark beranjak dari duduknya. Kemudian menghampiri Haechan. Mengamati wanitanya lebih dekat.

"Y-ya. Aku membawakan makan siang untukmu,"

Mark tersenyum senang. Perhatian yang diberikan oleh Haechan membuat dadanya berdesir. Mark tentu saja tahu kedatangan Haechan sebab sebelumnya Eric telah memberikan banyak informasi kepadanya. Ia membawa tangan Haechan untuk duduk di kursi mejanya.

Sementara Haechan terheran, mengapa pria itu malah menuntunnya ke kursi mejanya? Sedangkan di ruangan ini ada satu set kursi tamu. Namun tidak melayangkan pertanyaannya, Haechan mengikuti apa mau pria itu. Yang terpenting pria itu mengisi perut kosongnya. Mark menyuruhnya untuk duduk di kursi miliknya dan Mark sendiri duduk di meja dengan kaki yang terangkat satu serta kedua tangannya yang bersedekap di dada.

Fokus mata Mark mengarah ke wajah manis Haechan. Jangan lupakan senyuman tipis milik Mark. Lihatlah sekarang sudah Mark seperti pria tua yang menggoda gadis-gadis muda yang hanya cukup melalui tatapannya saja.

"Apa hanya dengan menatapku perutmu akan kenyang begitu saja?"

"Ya sudah tunggu apa lagi? Siapkan makan siang ku segera." perintah Mark yang bahkan tidak mengubah posisinya sedikit pun.

Dengan lihai tangan Haechan membuka bekal yang ia bawa. Tidak ada menu spesial, hanyalah daging asap dengan resep yang pernah Haechan pelajari dari Joohyun. Ia juga menambah buah semangka sebagai buah pencuci mulut yang biasa Mark konsumsi. Tak disangka, seorang Mark yang dingin dan kejam sangat menggilai buah bulat merah itu.

Semua makanan yang Haechan bawa sudah tertata di atas meja Mark. Kemudian Haechan menyodorkan sendok dan sumpit kepada Mark yang tidak merespon Haechan. Malah pria itu mengambil dokumen acak yang berada di balik punggungnya.

"Setidaknya isi perutmu terlebih dulu sebelum kembali bekerja," ucap Haechan. Tangan wanita itu menyodorkan alat makan supaya lebih dekat. Lagi-lagi tidak mendapatkan respon dari Mark. Haechan pun menepuk paha pria itu.

"Apa?"

"Makanlah, Mark." ucap Haechan dengan sedikit geraman sebab tingkah Mark yang tidak jelas.

"Kau tidak lihat kedua tanganku sedang memegang dokumen?" Mark memamerkan dokumen yang ia pegang dengan kedua tangannya ke hadapan Haechan.

"Lalu?" Haechan sudah tahu kemana arah ucapan Mark.

"Suapi aku."

Haechan memutar bola matanya jengah. Ia mengambil kotak yang berisi menu utama. Kemudian berdiri dari duduknya.

"Kenapa berdiri?" tanya Mark yang menaikkan salah satu alisnya.

"Kau pikir tanganku sangat panjang sampai bisa menyuapi mu dengan posisi kau yang lebih tinggi dariku, huh?"

Benar juga. Terlintas sebuah ide dipikiran Mark. Saat Haechan sudah berdiri, kini bergantian Mark yang duduk di kursi miliknya. Ia meletakkan dokumen yang ia pegang ke tempat semula, lalu ia menarik pinggang Haechan agar wanita itu duduk di pangkuannya. Gerakan cepat yang dilakukan oleh Mark membuat Haechan terkejut. Hampir saja ia menjatuhkan kotak makan kalau saja ia tidak memegangnya erat. 

"Bagaimana? Sekarang kau bisa menyuapiku kan?"

"Yak! Kau mengejutkanku! Untung saja kotak makan ini tidak terlepas dari tangan." omel Haechan kepada Mark yang memasang wajah tanpa bersalahnya.

Vad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang