13

19.6K 1.9K 127
                                    

"Lee Haechan adalah Seo Haeri. Anak kami dan adik dari Hendery." jelas Johnny kepada Joohyun.

Menangkap sinyal tidak percaya yang diberikan oleh Joohyun, kini bergantian Johnny yang menjelaskan secara detail tentang Haechan. Bahkan ia memberikan potret Haechan kecil kepada Joohyun.

Joohyun menangis. Ia tidak merasa sedih. Justru ia sangat bahagia. "Saya bahagia karena pada kenyataannya gadis yang sangat baik seperti Haechan masih memiliki keluarga yang utuh. Haechan juga pasti senang. Mengetahui asal-usulnya adalah keinginannya sedari dulu."

Air mata Ten telah terjun dengan derasnya. Bahkan Johnny harus memeluk istrinya yang sesegukkan. Di sisi lain, Hendery diam. Perasaannya tidak salah. Pertama kali bertemu Haechan saat satu lift dengannya, ia merasakan keterkaitan. Haechan terasa sangat familiar dalam otaknya. Astaga ia terlalu tidak peduli dengan lingkungan sekitar jadi tidak bisa mengingat apapun.

Tunggu. Ada sesuatu yang membuatnya janggal. Mark mengatakan Haechan sebagai kekasihnya. Hendery dibuat penasaran dengan bagaimana mereka bisa saling mengenal dan kenapa Haechan bisa tinggal di mansion Mark.

Hendery tahu Mark dari kecil. Orang tua mereka bersahabat dekat. Mark bukanlah tipe yang menerima sembarang orang untuk masuk ke dalam mansionnya tanpa ada motif tertentu.

"Tuan, Nyonya, saya mohon beritahu Haechan secara perlahan. Karena yang ia tahu kalau sejak lahir ia hidup di panti." pinta Joohyun.

Johnny dan Ten mengangguk tanda mengerti. Mereka juga tidak terburu-buru. Yang terpenting bagi mereka adalah keadaan putri mereka yang masih hidup dan telah ditemukan.

Pertemuan antara keluarga Seo dan pengurus panti telah usai. Johnny harus cepat pergi karena ada pertemuan bisnis lainnya. Johnny juga menyuruh Joohyun jika ada keperluan apapun mengenai panti, supaya menghubungi Jongin. Pria itu yang akan mengurusnya.

Johnny ingin balas budi kepada 'rumah' yang menghidupi putrinya.

Sampai di mansion, Hendery bergegas mengambil kunci mobilnya lalu berjalan menuju garasi. Ten yang melihat Hendery, langsung menanyakan kemana putranya akan pergi.

"Pergi kemana, sayang?"

"Apartement, Mae. Ada dokumen yang harus Dery ambil." jawab Hendery tapi bukan tempat itulah tujuan utamanya.

•••

Haechan memasuki mobil yang ada di depannya. Di dalam Eric tersenyum dan menyapanya. Terasa aneh karena pria itu sebelumnya sangat dingin dan jarang tersenyum kepadanya.

Ia melemaskan tubuhnya di sandaran kursi. Kepalanya sangat pening. Ia pikir akan selesai di jam makan siang. Tapi realitanya kini jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Ini disebabkan proposal penelitian yang ia ajukan ternyata masih banyak yang harus di revisi. Penelitiannya pasti akan lama selesai. Tak apa. Ia anggap ini adalah sebagai pelatihan sebelum ia melakukan penelitian untuk tugas akhir nanti.

"Sudah sampai, Nona." ucap Eric. Haechan membuka matanya pelan. Ah, ia ternyata tidak sengaja tertidur.

"Terimakasih, Eric."

Dahi Haechan berkerut tanda kebingungan. Sebuah mobil mewah warna putih terparkir di sebelahnya. Pasti bukan Mark. Semua mobil milik pria itu berwarna hitam.

Haechan melewati pintu utama dan dikejutkan dengan Hendery yang duduk di kursi. Kedatangan Haechan membuat Hendery langsung berdiri dari duduknya.

"Hendery-ssi," panggil Haechan ramah.

"Ada yang bisa aku bantu?"

"A-ah, tidak. Terimakasih. Aku kemari karena harus mengambil dokumenku yang tertinggal di ruang kerja Mark." jawab Hendery. Matanya tidak lepas dari Haechan.

Haechan melirik ke arah meja dan belum ada secangkir minuman. Hanya ada makanan ringan yang memang wajib aja di atas meja.

"Aku izin ke dapur sebentar untuk membuatkan minum untukmu." Meski Haechan tergolong baru mengenal Hendery, tapi Hendery adalah teman dekat Mark. Sudah sepatutnya ia mengakrabkan diri juga dengan Hendery. Terlebih mengingat pria buaya itu seenaknya men-klaim Haechan sebagai kekasihnya.

Hendery dengan cepat mencekal pergelangan tangan Haechan, "Tidak perlu. Tadi juga Lia sudah menawariku. Tapi ku tolak."

"Aku disini tidak lama. Sampai Taeil Ahjussi selesai mencari dokumen milikku." lanjut Hendery.

"Begitu rupanya."

"Haechan,"

"Ya?"

"Aku tahu aku sedikit kurang ajar dan tidak sopan tapi, bolehkah aku memelukmu?" tatapan mata yang Hendery berikan kepada Haechan begitu dalam. Bahkan ia bisa merasakan segenap kerinduan yang tersimpan di mata tersebut.

Haechan ragu, ia tidak pernah berpelukan dengan lawan jenis. Hanya Mark. Namun ia tidak bisa menolak Hendery. Lidahnya mendadak kelu untuk berucap.

Sekarang Haechan telah benar-benar terkubur di pelukan Hendery. Satu kata, nyaman. Nyaman pada konteks yang berbeda dengan rasa nyaman yang ia dapatkan dari Mark.

"Aku sangat merindukan adikku."

Adik? Hendery memiliki adik? Bukan anak tunggal? Haechan bertanya-tanya dalam benaknya.

•••

Di belahan bumi lain, Mark tengah mengumpulkan kata-kata untuk ia semburkan kepada Hendery. Paginya begitu suram. Bisa-bisanya sahabatnya itu memeluk Haechan. Ini tidak bisa dibiarkan. Persetan dengan sedekat apa mereka, yang perlu digarisbawahi adalah Haechan harus tetap menjadi miliknya.

Mark yang masih berbalut bathrobe putih, ia berdiri tepat di depan cermin. Kedua tangannya ia tumpukan di pinggangnya. Lalu matanya menatap sengit ke pantulan dirinya.

"Astaga aku bisa gila." Mark mengacak rambutnya. Kemudian berjalan menuju walk in closet.

"Tuan Muda," panggil seseorang dari luar disertai dengan suara ketukan pintu. Mark kembali lagi dan membukakan pintu kamarnya.

"Jadwal Anda hari ini di pukul 8 ada meeting dengan Mr. Derick pimpinan Rudolf Co. Ltd. dan pada pukul 5 sore adalah persiapan keberangkatan Anda menuju Canada."

"Shit." umpat Mark kesal. Ia baru ingat jika ia harus ke Canada atas paksaan Taeyong dua hari yang lalu.

"Segeralah pakai setelan Anda, Tuan. Saya permisi."

"Yak!"

Waktu berjalan cepat. Keberangkatannya menuju Canada satu jam lagi, dan ia harus segera sampai di bandara. Baru saja ia keluar lift, Mark tiba-tiba ditabrak oleh seseorang dari arah samping. Mark tidak ambil pusing dan terus melanjutkan langkahnya.

Sementara seseorang yang menabrak Mark justru diam terpaku. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan Mark disini. Saat hendak memanggil Mark, pria itu sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil. Ia kembali berjalan dan heels yang ia pakai tidak sengaja menendang sesuatu. Ia memandanginya sejenak lalu mengambil sebuah ponsel.

"Bukankah ini milik Mark?"




















hei apa apaan?! baru aja di up tadi malem, tau tau hampir 350 vote😡

btw, bacain komenan kalian lucu bgt!

buat yg lagi nugas, semangat nugasnya luv

buat yg lagi rebahan, terooossin aja w suka gaya u🙂👍🏻

tbc.

Vad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang