16

20.2K 1.7K 116
                                    

"Appa, sebenarnya ada yang ingin ku katakan." ucap Hendery setelah mendudukkan dirinya di hadapan Johnny.

"Mengenai?"

"Haechan." Johnny yang awalnya sibuk membaca dokumen di layar monitornya kini teralih kepada Hendery. Tiba-tiba putra sulungnya datang ke ruangannya.

Johnny menatap fokus Hendery, "Ada apa dengan Haechan?"

"Haechan. Tidak lagi tinggal di alamat yang Bae Ahjumma berikan." kata Hendery.

"Benarkah?" Hendery menganggukkan kepalanya mantap.

"Haechan tinggal bersama Mark." kerutan di dahi Johnny semakin dalam.

"Mark Jung? Anak Jaehyun? Kenapa Haechan bisa tinggal bersama Mark?"

•••

Turun dari mobil Jaemin, gadis itu langsung berpamitan kepada Haechan. Mereka menghabiskan satu hari ini bersama Ten. Mulai dari makan siang sampai perawatan tubuh. Haechan berterimakasih kepada Ten yang sudah sangat baik kepadanya.

Setelahnya Haechan masuk ke dalam mansion milik Jung. Ia terkejut melihat Mark yang duduk di kursi tamu dengan posisi menyilangkan kaki kanannya.

Haechan menguatkan pegangannya di tali paper bag yang ia bawa. Suara pantofel mahal Mark bergema. Ia berjalan mendekat kepada Haechan yang terus menatap lantai marmer. Kepalanya tidak tertunduk, hanya tatapannya saja yang mengarah ke bawah.

Ia bisa merasakan Mark tengah menatapnya tajam. Tetapi ia tidak berani beradu tatap dengan pria itu. Sangat mengerikan.

Wangi khas tubuh Mark menyapa penciuman Haechan. Tidak menampik perasaannya, Haechan sangat merindukan aroma tubuh ini. Terlebih kepada sang pemiliknya.

Mark meraih dagu Haechan agar mata mereka beradu pandang. Ia merindukan mata wanita yang ada di depannya ini. Bagaimana cara wanita ini menatapnya lembut. Membuat Mark selalu menginginkan menatap sepasang bola mata itu.

Tangan Mark menyibak rambut panjang Haechan. Tanpa adanya satu kata pun yang keluar dari mulut Mark, pria itu merengkuh tubuh kecil Haechan. Wajahnya ia tenggelamkan ke ceruk leher Haechan.

Sedangkan Haechan cukup terkejut dengan perlakuan Mark. Baik sikap maupun sifat dan apapun yang menyangkut pria itu benar-benar tidak bisa di prediksi.

"Nyaman." gumaman Mark membuat Haechan merinding. Terpaan nafas hangat pria itu meniup bulu lehernya.

"Kau tidak merindukanku, Haechan-ah?" tanya Mark. Bibir tipis pria itu mulai aktif mengecup ringan lehernya. Disertai dengan jilatan basah disekitar belakang telinga Haechan.

Malu terdengar atau bahkan terlihat orang lain, Haechan berusaha melepaskan diri dari Mark. Tapi rengkuhan pria itu sangat kuat membuat Haechan tidak bisa berkutik. Apalagi bibir dan lidah pria itu dengan seduktif menggodanya.

Paper bag di tangan Haechan terlepas begitu saja sebab sang empu sudah tidak lagi kuat menahan serangan lawannya.

"Katakan kau merindukanku Haechan-ah..." bisik Mark. Haechan kesulitan menjawab. Ia hanya bisa mendesah. Namun Haechan sedang berusaha mengucapkannya.

Vad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang