3

24.2K 1.9K 37
                                    

Sebulan lebih Haechan tinggal di mansion dan hidupnya terjungkir balik 180 derajat. Haechan jadi merasa seperti orang kaya baru. Kehidupan kuliahnya pun tidak ada yang berubah. Berjalan sesuai harapannya. Termasuk tidak adanya pemberitaan miring tentang dirinya. Ternyata Mark memegang penuh ucapannya.

Tidak munafik, terkadang Haechan juga merasa menikmati dengan apa yang ia dapatkan sekarang. Tanpa perlu bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi, Haechan juga bingung. Pria itu berkata jika Haechan adalah budaknya, bukankah itu harus ada perjanjian dan kesepakatan bersama?

Herannya meski Haechan tinggal di mansion milik pria itu, semenjak ia dibawa kesini, Mark sama sekali tidak memunculkan batang hidungnya. Haechan juga tidak merasakan hawa-hawa Mark di sekitarnya. Itu juga berlaku di kampus. Ia tidak bertemu dengan pria itu. Padahal ia kemarin melihat Lucas, Hendery, dan Jeno sedang berada di kantin fakultas. Dimana pria itu?

Seperti malam-malam biasanya, Haechan sedang membaluri lotion ke seluruh tubuhnya. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Ia bersiap untuk tidur. Saat ia sudah akan menaikkan selimut, pintu kamarnya di buka dan disana lah sosok anak tunggal Jung Jaehyun berdiri. Lampu kamar yang belum di matikan semakin memperjelas keadaan pria itu.

Haechan hanya memandangnya tanpa ingin mengucapkan apapun. Sebenarnya ia ingin bertanya, karena kondisi Mark tidak bisa dikatakan baik. Kemeja yang digulung sampai bagian siku, kancing dua teratas yang sengaja di lepas dan dasi yang di longgarkan. Kantung matanya begitu tebal dan lingkaran hitam samar-samar di daerah matanya menandakan pria itu kelelahan dan kurang tidur.

Dengan langkah perlahan Mark membawa kakinya menuju ranjang seseorang yang ia katakan sebagai budak. Oh, sekarang belum, tapi nanti. Tidak ada penolakan dari Haechan. Gadis itu tetap dengan posisinya yang duduk dengan selimut yang menutupi bagian pinggang sampai ujung kaki.

Tanpa banyak bicara, Mark mendekatkan dirinya kepada Haechan. Mata yang berwarna hitam itu menatap tajam bola mata cokelat milik gadis itu.

"Temani aku tidur,"

Seolah terhipnotis perkataan Mark, Haechan menganggukkan kepalanya pelan. Langsung saja Mark mengambil bagian yang kosong di sisi kiri Haechan. Membimbing Haechan agar ikut berbaring menyamping menghadap ke arahnya. Ia sedikit menurunkan badannya kemudian ia menenggelamkan kepalanya di ceruk leher gadis itu.

Jujur Haechan juga tidak mengerti dengan yang dialami oleh tubuhnya. Tubuhnya itu selalu saja menuruti apa yang diperintahkan oleh Mark.

"Setidaknya berganti pakaian terlebih dahulu sebelum tidur." ujar Haechan pelan. Takut mengganggu Mark yang sepertinya sudah tidur karena nafas pria itu yang beraturan.

"Aku tidak menyuruhmu untuk mengurusku. Aku hanya minta ditemani tidur dan kau yang memelukku. Jadi, peluk aku."

Apakah pria itu tidak berpikir kalau hembusan nafas miliknya sangat mempengaruhi detak jantungnya begitu juga dengan hasratnya?! Haechan itu normal. Jadi wajar saja kalau terangsang secara seksual.

•••

Pagi hari Haechan merasakan ranjang kirinya kosong dan sontak terbangun. Kemana perginya Mark? Kapan pria itu pergi? Kenapa ia tidak merasakan gerakan sama sekali?

Haechan teringat hari ini ada kelas Mrs. Park pukul 8 nanti jadi lebih baik berhenti memikirkan Mark dan pergi melesat ke kamar mandi. Nanti masalah Mark bisa ia tanyakan ke Yeji atau Lia.

Setelah bersiap dengan setelannya untuk pergi ke kampus, sasaran Haechan kali ini membantu para maid untuk menyiapkan sarapan ke meja. Selama tinggal disini, Haechan memang sudah terbiasa membantu pekerjaan maid seperti memasak atau mencuci piring. Selebihnya tidak ia kerjakan karena memang pada dasarnya ia dilarang untuk membantu. Ia ikut memasak dan mencuci piring saja dengan sedikit paksaan darinya.

Langkahnya memelan saat matanya menangkap Mark yang sudah duduk di salah satu kursi makan paling ujung. Haechan langsung gelagapan ketika Mark memergoki dirinya yang sedang menatap pria itu.

Mark berbicara kepada seorang pria muda di sebelahnya. Sebenarnya sih terlihat sedikit lebih tua beberapa tahun di atas Mark. Entah berbicara apa karena posisinya lumayan jauh dari Mark. Tapi ia bisa melihat kalau pria itu mengangguk lalu menghampiri Haechan.

"Nona, Tuan ingin berbicara sesuatu. Mari." Pria itu mempersilakan Haechan untuk berjalan di depan dan ia mengikutinya dari belakang.

Haechan berdiri tak jauh dari Mark. Hanya berjarak satu kursi.

"Duduklah. Ada yang ingin ku sampaikan kepadamu tentang kesepakatan kita."

Jantung Haechan memompa darah begitu cepat. Ia sudah mengira meski tidak bertemu dengan Mark sebulan lamanya, pasti pria itu tetap mengurus tentang kesepakatan atau perjanjian di atas putih di antara mereka berdua.

"Baca terlebih dahulu. Jika kau keberatan, kau boleh menandainya dan kita akan menggantinya atau mungkin kau ingin menambahkan tapi tentu saja dengan pertimbanganku."

Mark menyodorkan map yang langsung diterima oleh Haechan. Gadis itu membaca satu demi satu perjanjian dan kesepakatan yang diajukan oleh Mark.

"Aku keberatan dengan poin kedua. Dua tahun itu lama. Aku hanya ingin kesepakatan ini berakhir setelah aku lulus sidang. Yang berarti hanya satu setengah tahun."

Mark menganggu, "Baik. Diterima."

"Lalu aku menambahkan, satu poin saja. Gunakan pengaman saat kita melakukan... seks." ucap Haechan final.

"Tidak. Aku tidak menerimanya. Aku  tidak mau memakai pengaman saat kita sedang seks. Itu membuatku tidak merasa kenikmatan sama sekali."

Sial ucapan Mark begitu vulgar di telinga Haechan. "T-tapi sekarang aku yang jadi partnermu! Jadi kau harus menyetujuinya."

"Budak lebih tepatnya. Tidak. Tidak. Tidak akan pernah. Aku tidak akan pernah menggunakan pengaman. Tapi aku akan mengeluarkannya di luar."

"Janji?"

"Tulis saja disitu. Aku dan kau akan menandatangani pastinya aku sudah berjanji."

Haechan bernafas lega. Setidaknya Mark tidak akan membuahi nya yang mungkin saja akan menghasilkan seorang anak. Dan Haechan tidak mau ada anak di antara mereka.

"Ada lagi?" tanya Mark. Haechan menggeleng.

"Baiklah. Aku akan mengirimkannya besok yang sudah aku tanda tangani. Jadi secepatnya kau tanda tangani juga agar kesepakatan ini secepatnya berjalan." Mark berdiri dari duduknya.

"Eric, urus ini. Aku ingin besok pagi draft final sudah ada di meja kerjaku."

"Baik, Tuan."

Setelah itu Mark benar-benar pergi bersama Eric yang membuntutinya. Meninggalkan Haechan yang masih duduk terdiam. Haechan tak habis pikir, ia rela menjadi budak seorang Mark Jung dan mempertaruhkan harga dirinya juga hanya untuk video pekerjaan haramnya yang tidak ingin tersebar. Yang pastinya itu akan berakibat ia dicabut status beasiswanya dan di depak keluar dari kampus.

Haechan hanya bisa berdoa semoga Tuhan memaafkan semua kesalahan dirinya.

















tbc.

Vad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang