[5] Investigasi?

1K 108 51
                                    

Hii, teman - teman. Aku kembali dengan membawakan cerita absurd:3
Baru bisa lanjut nii, abis dikejar deadline gaada akhlakಥ‿ಥ

Niatnya mau publish sehari sekali, tapi rasanya tidak mungkin.
(┛ಸ_ಸ)┛彡┻━┻

°°°

Suara dentingan antara piring, sendok, dan alat dapur lainnya saling bersahutan. Di susul dengan keran yang di buka dan air mengalir. Waktu masih menunjukkan pukul setengah enam pagi, namun Lumine sudah sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk dua orang yang ia sayangi.

Sarapan hari ini adalah daging ikan yang di goreng perlahan, kulitnya yang sedikit garing, dan aroma mentega yang menguar. Serta susu yang masih hangat. Kemudian Lumine juga menambahkan sepiring kue cokelat, dan beberapa pie mini yang bisa di jadikan sebagai cemilan. Barangkali diantara mereka masih ingin makan, mereka bisa memakan makanan penutup tersebut.

Lumine ingat betul Albedo tidak menyukai makanan berat di pagi hari dan porsi berat di siang hari. Laki - laki itu hanya menyukai makanan dengan sedikit daging dan lebih menyukai makanan penutup. Sepertinya Albedo tipikal orang yang suka menyemil daripada makan sekali dalam porsi besar.

Gadis itu tersenyum ketika sarapannya sudah siap. Memang seharusnya seperti ini jika perempuan sudah menjadi istri. Bangun pagi dan menyiapkan segalanya.

Kata menyiapkan segalanya membuat Lumine teringat sesuatu. Gadis itu belum menyiapkan pakaian kerja suaminya.

Lumine membuka kamar Albedo-yang sekarang menjadi kamarnya juga- dengan pelan, berusaha tidak mengeluarkan bunyi sedikitpun yang bisa mengusik tidur suaminya. Dengan pergerakan pelan, Lumine membuka lemari dan mengambil jas putih yang berada disana. Ia sedikit meringis kala jas putih itu menimbulkan suara gemerincing dari aksesorisnya.

Lumine menatap Albedo yang masih terlelap. Ia menghembuskan nafas lega ketika laki - laki itu tidak mengubah posisi tidurnya. Gadis itu menggantung jas putih Albedo di pintu lemari. Ia juga menggantungkan kemeja biru beserta celana suaminya. Bermaksud agar Albedo tidak usah mencari pakaiannya lagi.

Melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul enam kurang, Lumine beranjak mendekati jendela. Sebelum membuka hordeng yang menutupi cahaya mentari pagi, ia menatap sejenak wajah Albedo yang masih terlelap.

Ugh, Sangat tampan dan begitu tenang.

Sayang sekali Lumine harus membangunkan wajah tampan itu karena Albedo harus berangkat kerja. Mungkin jika ini hari libur, Lumine akan membiarkan pemilik wajah tampan itu untuk terus tidur. Seperti pangeran yang tidak akan pernah terbangun sebelum sang putri menciumnya.

Ah, suaminya memang seperti pangeran.

Lumine menyibak hordeng, ia menyipitkan matanya kala cahaya mentari pagi menyapa wajahnya. Gadis itu membuka jendela membiarkan udara segar masuk ke dalam kamarnya.

Lumine berbalik kala mendengar suara lenguhan dari arah kasur. Sepertinya Albedo merasa terganggu dengan cahaya mentari pagi.

"Selamat pagi, pangeran," Lumine tersenyum manis kala kedua mata Albedo sudah terbuka sepenuhnya.

Laki - laki itu mendudukkan dirinya di kasur sambil mengumpulkan nyawanya yang masih tersangkut dalam mimpi.

Lumine hampir saja tertawa keras ketika melihat rambut Albedo yang sangat berantakan. Bisa di bilang rambutnya saat ini seperti raja hutan. Apakah mereka satu kesatuan? Turunan? Atau bagaimana? Lumine tidak mengerti.

Sambil menahan tawa, Lumine mengambil selimut yang di pakai Albedo, ia melipatnya menjadi ukuran kecil dan rapih. "Kau ingin mandi terlebih dahulu atau sarapan?" tanya Lumine masih menahan tawa setiap menatap wajah Albedo.

ᴀʟʙᴇᴅᴏ - ɢᴇɴꜱʜɪɴ ɪᴍᴘᴀᴄᴛ • [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang