plissemogakalianbaper
plissemogainigakcringe
plisssemogakalianmembutuhkansesuatu
plissssssssskalianbaperplis!
#maksa.
HAPPY READING GUYS!
Selamat membaca sayangku💓
°°°
📝 : Jika terdapat penulisan kata yang tidak sesuai,typo dan lain-lain mohon bantuan koreksinya ya teman-teman. Makasihhh(◍•ᴗ•◍)❤
°°°°°°
Suara ricuh terdengar dari pintu utama Katedral, disusul dengan suara decitan sepatu boot dengan ubin tempat suci tersebut. Kemudian disahuti dengan suara arahan dari Grandmaster yang menuju salah satu kamar rawat inap. Terdengar tergesa-gesa, bercampur nada panik dan juga terdapat isak tangis seseorang.Panggilan salah satu dari mereka—yang biarawati yakini adalah Grandmaster— menyerukan nama suster Barbara begitu keras. Berlarian kesana kemari mencari suster Barbara yang sedang tidak mendapatkan shift kerja dini hari saat ini.
Biarawati yang sedang membersihkan bangku Katedral segera menghampiri Grandmaster. Sementara wanita berkuncir kuda itu sempat terkejut, kemudian langsung bertanya tanpa memberikan Biarawati kesempatan untuk angkat bicara.
"Suster Jiliana—maaf membuat keributan di dalam Katedral. Tetapi apa kau tahu Suster Barbara berada dimana sekarang..?"
"Tidak apa-apa Grandmaster. Untuk saat ini Suster Barbara sedang berada dirumahnya. Ia tidak ada jadwal shift kerja dini hari ini, Grandmaster." kata Jiliana memberikan informasi yang berharga. Wanita itu mengangguk, segera mengucapkan terimakasih dan melesat keluar dari Katedral.
Jiliana bisa melihat pintu utama terbuka terlebih dahulu oleh seseorang. Dia adalah Lisa sang Pustakawan, yang juga menampilkan raut wajah tegang dan panik. Setelah berbincang sebentar, kedua wanita itu berpisah mengambil jalan yang berbeda. Sang ungu berlari ke arah ruang rawat inap, dan Grandmaster—mungkin melanjutkan pencarian suster Barbara.
Sebenarnya, ada apa?
Siapa seseorang yang sedang dalam keadaan darurat?
Apakah lukanya sangat parah hingga membutuhkan pertolongan secepat mungkin?
Jika boleh jujur, Jiliana tidak tahu. Ia hanya mendapatkan informasi dari prajurit lain, untuk segera mengerahkan para suster—yang memiliki shift jaga dini hari—ke perbatasan Gunung Dragonspine.
Jiliana tidak bertanya lebih lanjut, mengingat wajah sang prajurit nampak tergesa-gesa dan panik. Ia hanya berharap pasien yang dilarikan ke Katedral saat ini bisa disembuhkan.
"Wahai Barbatos. Ku dengar pada waktu ini ada pasien yang dilarikan ke dalam Katedral Favonius. Aku tidak tahu pasti siapa pasien itu, dan keluhan apa yang dialami oleh pasien itu. Tetapi aku berharap, ia segera dipulihkan seperti sedia kala. Kembali sembuh dan membuat orang disekelilingnya bernafas lega. Ku mohon, wahai Dewa Archon Anemo. Dewa nan Agung dan Bijaksana. Kabulkanlah."
Biarawati itu berdoa begitu khusyuk. Hingga ia tidak sadar bahwa ada sepercik cahaya hijau terang keluar dari tangannya yang bersatu didada.
Entah kemana perginya cahaya itu, yang jelas ia hanya mengikuti kemana arah angin pergi.
°°°
Setelah berhasil menemukan dan memanggil Suster Barbara—sekaligus memanggil Timaeus yang merupakan asisten dari Kepala Alkemis— Jean kembali ke ruang rawat inap di Katedral Favonius.Melihat kedatangan mereka, Lisa segera merangkul bahu Lumine yang terus menggenggam tangan Albedo sepanjang waktu. Wanita bertopi ungu itu terus mengusap bahunya yang selalu bergetar. Mengatakan berbagai kalimat penenang bahwa Albedo akan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴀʟʙᴇᴅᴏ - ɢᴇɴꜱʜɪɴ ɪᴍᴘᴀᴄᴛ • [HIATUS]
RandomCerita ini berisikan karakter dari Genshin Impact milik MiHoYo dan sedikit banyak cerita yang disatukan dengan imajinasi saya. Albedo x Lumine Kalau suka mangga silahkan dibaca Kalau tidak, tinggalkan saja.