[23] Rapat Diskusi

209 21 7
                                    

Apabila terdapat kesalahan pengetikan mohon dimaklumi, dan bantu untuk revisi yaa, temen-temen!

Makasyii

Selamat Membaca! (*・x・)/

*Note: nanti Nadh mo nanya setelah cerita selesai. Tolong di jawab yaaa!
(♥´∀`)/

°°°

Seorang pria bersurai biru gelap laut sedang menyandarkan punggungnya pada sisi tembok katedral. Dengan berposisikan kedua tangan terlipat di depan dada, dan wajah menghadap keatas serta mata yang terpejam.

Di sisi lain berdiri seorang wanita cantik dengan surai rambut pirang yang terkuncir sedikit berantakan, juga sedang memejamkan matanya tampak memikirkan suatu hal.

Mereka berdampingan, namun tak sedikitpun diantara keduanya mengeluarkan suara bahkan berbicara. Hanya keheningan yang begitu dingin tercipta diantara Jean dan Kaeya. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing yang tak kunjung usai.

Pria berparas manis itu menghembuskan nafasnya kasar. Kembali membuka matanya dan segera menyipit tatkala cahaya dari lampu katedral menusuk pupil matanya. Lantas ia menolehkan kepalanya ke arah samping, sedikit membuka mulutnya namun sedetik kemudian terkatup kembali.

Jean yang sedikit menangkap pergerakan Kaeya pun ikut menolehkan kepalanya. Bertanya pada pria bersurai biru gelap itu dengan diwakili ekspresi wajah saja.

"Aku terpikirkan sesuatu, saat aku melakukan sedikit kilas balik mengenai kejadian saat kami mengejar sang pelaku,"

"Apa itu? " Jean mengalihkan atensinya pada Kaeya, mulai penasaran dengan topik yang ingin dibicarakan oleh pria bersurai biru laut itu.

"Seharusnya Diluc lebih cepat sadar mengenai hal ini. Tetapi saat pengejaran kemarin... Ia tidak mengenali hawa tersebut saat berhadapan dengan para hillichurl."

Jean diam dengan kening yang berkerut, mencoba mencerna apa yang dibicarakan oleh rekannya saat ini juga. "Aku tidak mengerti apa maksudmu. Hawa tersebut itu.. Hawa yang seperti apa? "

"Kau pasti kenal dengan hawa iblis dari golongan abys. Namun kemarin, baik aku maupun Diluc tidak ada yang menyadari bahwa itu seperti hawa Abys." Kening Kaeya berkedut. Netra mata biru bintangnya menatap permukaan ubin kayu milik Katedral.

"Maksudmu sang pelaku menargetkan Albedo bukanlah seorang dari golongan manusia, melainkan iblis yang bukan dari golongan Abys? "

Kaeya mengangguk. Itulah yang ia rasakan kemarin saat menghadapi hawa tersebut. Efeknya hampir mirip, namun terasa asing sehingga ia tidak bisa mengenali itu Abys atau mungkin ancaman lainnya. "Dan aku merasa ini jauh lebih ganas dibandingkan dengan sihir Abyss yang biasa aku temui."

"Walaupun Abyss bisa sama dengan ganasnya, namun hawanya terlalu asing untuk dikenali. Apakah ini.. Iblis yang ada di wilayah gunung Dragonspine ya? Kau sudah tahu misteri dari gunung bersalju tersebut, 'kan? "

Jean menatap intens mata biru bintang yang dimiliki oleh pria bersurai biru laut itu. Dan yang ditatap pun mengangguk paham. Ia mengerti kemana arah pertanyaan Grandmaster terkait soal wilayah tersebut. "Sepertinya kita harus mengadakan rapat dadakan, untuk membicarakan kasus ini lebih lanjut dan menemukan siapa pelakunya. Bagaimana Grandmaster? "

Wanita berambut pirang itu mengangguk setuju. Pendapat Kaeya benar. Hal ini harus segera didiskusikan dalam sebuah rapat penting. "Biar aku perintahkan pelayan Noelle untuk menyiapkan ruang rapatnya. "

"Dan aku akan mengundang Diluc serta Mona untuk bergabung dalam rapat ini. " balas Kaeya mantap.

"Lumine tidak kau ajak dalam rapat kali ini? " tanya Jean.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ᴀʟʙᴇᴅᴏ - ɢᴇɴꜱʜɪɴ ɪᴍᴘᴀᴄᴛ • [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang