Malam itu, Sella mengurung dirinya di kamar dan menangis. Napasnya tercekat, begitu sesak rasanya. Menangis dengan diam dan menahan diri untuk tidak bersuara, semua orang pasti pernah berada di titik itu.Rasanya begitu sesak, ia memilih untuk mengambil silet dari laci meja belajarnya. Lalu dengan air mata yang terus menerobos ia melukai tangannya sendiri, ia tidak berhenti sampai dirinya puas dengan melihat cairan merah yang kental mengalir dari tangannya.
Ia tertawa seperti orang gila namun airmatanya tidak berhenti mengalir. Tanpa Sella ketahui di luar kamarnya, Amanda memandang heran ke arah pintu kamar Sella.
Namun, tak dipungkiri ada raut khawatir di wajahnya. Amanda hendak ke dapur namun dirinya mendengar suara tawaan yang keras namun terdengar pilu dari kamar Sella.
Perhatian Sella teralihkan oleh deringan ponselnya, dan tertera nama Cika yang mengajaknya untuk VC. Sella mulai merapikan dirinya, menghapus jejak airmata dan merapikan rambutnya.
"Sella! Yuhu!" suara cempreng milik Cika langsung menyambutnya.
Sella hanya tersenyum ke arah Cika, takut sendiri kalau saja ia membuka suara dan suaranya serak. Cika bakal tau kalau dirinya habis menangis.
Cika menatap intens wajah Sella dari layar handphone miliknya. Alisnya terangkat mengamati wajah Sella dan memincingkan kedua matanya.
"A-aku gak pa---"
"Parah lo! Segitunya menghayati drakor?" potong Cika yang langsung meledakkan tawanya di seberang sana.
Sella yang mendengar itu awalnya terlihat terkejut, namun setelahnya ia juga ikut tertawa.
"Hahaha! Iya, tadi episodnya parah banget! Ngandung bawang banget tau gak!" Sella ikut heboh.
"The panthouse?" tanya Cika.
"Iyalah! Tau gak? Tadi Shim Su Ryeon meninggal."
"Aaaa! Gue gak berani nonton ah! Astaga, bener-bener yah! Gak nyangka bakal kaya gitu, aish!" keluh Cika yang memasang muka malasnya.
"Hm, gimana gitu sama yang sad ending. Tapi lo belum pernah ngerasain jadi anak Wattpad, yang udah penasaran sama kelanjutan ceritanya, malah dapat tulisan "part dihapus demi kepentingan penerbitan" Lo gak akan tau rasanya," ujar Sella memasang muka malas.
"Iya, iya." jawab Cika di seberang sana.
Sella tersenyum, ia bersyukur karena Cika tidak menyadari yang sebenarnya. Percakapan mereka terus berlanjut, sampai Sella berhasil melupakan masalahnya untuk sesaat.
***
Minggu pagi, Sella di ajak mamanya kesuatau tempat dengan mengendarai mobilnya.
Sella tidak tau kemana Amanda membawa dirinya, dan tidak di sangka ternyata Amanda datang ke rumah Nenek Salma.
Wanita paruh baya yang umurnya hampir menginjak 60 tahun itu merupakan ibu kandung dari Amanda.
"Nenek!" Sella keluar dari mobil dan berlari menghampiri Nenek Salma.
"Sella, gimana kabarnya sayang?" Nenek Salma mengusap rambut Sella.
"Baik, Nenek gimana? Nenek baik? Gak sakit kan?" tanya Sella beruntun.
Nenek salma terkekeh. "Baik, ayok masuk yok." ajak Nenek Salma, kemudian melangkah memasuki rumah yang diikuti oleh Sella dan juga Amanda.
"Oh iya, sekolah Sella lumayan jauh dari sini." ujar Sella.
"Bis," jawab Amanda yang langsung berjalan ke arah kamarnya.
"Ayok duduk dulu, Sella." Nenek salma menuntun Sella ikut duduk dengannya di sofa.
Percakapan ringan di antaranya terus mengalir, sesekali mereka bercanda. Menceritakan masa kecil Sella yang dulu sangat sering kerumah Nenek Salma.
***
Sella sudah siap dengan seragamnya, ia berpamitan pada Nenek dan juga Mamanya.
Kini Sella sedang menunggu bis, dan tidak lama bis yang ditunggunya datang.
Sella berjalan kearah bangku yang kosong, dan ia memilih duduk di samping cowok yang sepertinya juga anak Lentera, dilihat dari seragamnya sepertinya mereka satu sekolah.
Sella yang ingin membuka percakapanpun diurungkan, cowok itu terlihat fokus melihat ke arah luar dengan earphone di telinganya.
"Percuma mau nyapa, orang pasti gak kedengeran," monolog Sella.
Sella tidak tau saja, siswa itu mendengar apa yang ia katakan. Karena earphone tersebut sama sekali tidak ia sambungkan dengan lagu.
***
Sella berjalan keluar dari bis, tiba-tiba siswa tadi mendahului langkahnya dengan tergesa-gesa.
Sella awalnya cuek saja, sampai pandangannya jatuh kesebuah papan nama, yang sepertinya dijatuhkan oleh seseorang.
"Mungkin ini milik cowok tadi," gumam Sella yang berjongkok untuk mengambil papan nama tersebut.
"Arion Dewantara." Sella membaca papan nama tersebut. Lalu memilih menyimpannya di dalam tas.
Sella melanjutkan langkahnya, ia memasuki SMA Lentera. Terlihat seorang siswi yang sedang berlari ke arahnya.
"Sella!" panggil Cika.
"Beneren, lo tinggal di rumah nenek lo?" tanya Cika yang sekarang berjalan sejajar dengan Sella.
"Hm, untuk beberapa hari," jawab Sella.
Keduanya berjalan ke arah kelas, saat di jalan Sella tidak sengaja melihat siswa yang duduk bersamanya di bis tadi. Sella hendak mengejarnya, namun Cika duluan menarik dirinya masuk kelas tepat saat bel berbunyi nyaring.
"Sepertinya seangkatan."
"Siapa?" tanya Cika.
"Eh, nggak. Bukan siapa-siapa kok, hehe." Sella mendudukkan dirinya disamping Cika.
Guru yang mengajar mereka pun masuk, dan kegiatan belajar mengajar mereka pun dimulai.
***
Mau nyapa aja, hehehe
Gimana kabarnya?Oh iya, cerita ini aku iku sertakan dalam
#30daywritingchallenge
Jadi, mohon doa dan dukungannya yah🙂
Terimakasih💜
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be Lonely {TAMAT✔}
Teen FictionNamaku Sella Adelia, remaja yang hidup dengan hantaman demi hantaman setiap harinya. Dipukul telak oleh kenyataan yang seolah berbisik sinis bahwa aku tidaklah pantas untuk bahagia. Aku percaya, setiap orang memiliki luka dan masalahnya sendiri. Nam...