🐾•TBL-1•🐾

137 46 150
                                    

'Aku nggak papa, Aku juga sudah terbiasa dengan semua ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Aku nggak papa, Aku juga sudah terbiasa dengan semua ini. Karena ini bukan yang pertama kali, jadi nggak papa.'
-Sella Adelia-

Kini, Amanda sedang kumpul dengan tetangganya, membahas berbagai macam topik, dari yang tidak penting sampai yang paling penting. Sampai saat pembicaraan mereka mengarah ke anak-anak mereka, raut wajah Amanda seketika berubah menjadi tak berselera.

"Karin, anakku itu masih pertahanin posisinya sebagai juara kelas dari dia SD." kata Perempuam dengan lipstik merah itu, sambil mengangkat satu kakinya, dan duduk bersilang.

"Hebat yah, nakmu itu. Coba aja Ririn juga seperti itu. Tapi Ririn itu anaknya pintar masak, malah di rumah, saya jadi jarang masak karena selalu saja dia yang memasak." Perempuan dengan kipas pink di tangannya itu berbicara sambil menggerak-gerakkan tangannya.

"Galang, anakku itu selalu dapat nilai tertinggi Penjas. Dia benar-benar menguasai mata pelajaran itu. Dia juga beberapa kali mewakili sekolah kalo ada lomba-lomba gitu." Perempuan dengan rambut sebahu itu bersuara.

"Gimana dengan anak Mu, Sella?" tanya mamanya Karin.

"Sella? Apa yang bisa anak itu lakukan. Bisanya cuman males-males aja. Entah sampai kapan dia kaya begitu, capek tiap hari lihat dia rebahan ajah, main HP, udahlah capek saya ngurusin dia. Anaknya nggak nurut," Amanda bercerita dengan menggebu, seolah ia sangat suka berbicara seperti itu.

"Yang sabar yah, Man. Nanti pasti berubah kok." mamanya Ririn yang duduk di samping Amanda pun menepuk pelan pundak Amanda. Sedangkan Amanda hanya mengipasi wajahnya dengan tangan.

***

"Maaf, Ma," Sella memandang nanar ke arah Amanda yang sedang mengipasi wajahnya dengan tangan. Sella berbalik dan melangkah menjauh.

***

"Assalamu'alaikum, Yah!"

"Waalaikumussalam, sayang." Radit berjalan ke arah pintu.

"Mama Kamu mana?" Radit melihat kebelakang Sella, dan tidak melihat siapapun.

"Mama bentar lagi datang, Yah." Sella memperlihatkan senyumnya, yang dibalas oleh Radit dengan anggukan. Sella langsung berjalan melewati Radit menuju kamarnya.

Sesampainya di dalam kamar yang bernuansa Hitam-Putih itu, Sella langsung menutup pintu kamarnya dengan satu tangan, sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk menahan isakkannya.

Tubuhnya merosot kebawah, dengan kepala tertunduk juga tangan yang terus membekap mulutnya sendiri.

"Seburuk itu Sella, Mah?"

Dia berusaha berdiri dengan berpegangan pada pintu, dan dengan langkah lemah ia berjalan ke arah sebuah cermin yang berukuran sedang di samping kasurnya. Sella menatap pantulan dirinya di cermin tersebut dengan memaksakan sebuah senyuman.

"Nggak, Aku nggak boleh kaya gini." Sella menggelengkan kepalamya, lantas menghapus air matanyanya. Ia memakai sedikit bedak untuk menutupi matanya yang memerah. Sella kembali tersenyum pada pantulannya di cermin, perlahan giginya pun terlihat.

Terdengar suara pintu yang dibuka, dan mengalihkan perhatian Sella. Ia tersenyum saat melihat siapa orang yang baru saja membuka pintu kamarnya.

"Mah,"

"Ngapain kamu diam aja di kamar?" tanya Amanda.

"Nggak ngapa-ngapain kok, Mah," jawab Sella.

"Cepet keluar, nggak lihat apa rumah udah kotor. Punya Anak Perempuan nggak tau apa-apa, bersihin." Amanda berbalik, dan berjalan ke arah ruang tamu.

"Eh? Tapi bukannya Aku baru aja sapu yah tadi?" monolognya.

"Ah, udahlah. Mungkin, emang udah kotor." Sella mengangkat bahunya acuh, lalu ia berjalan menyusul Mamanya. Tidak lupa juga ia membawa sapu yang tadi ia letakkan di depan kamarnya.

***

Sella mulai menyapu di bagian ruang tamu.

"Apa gunanya punya anak perempuan, kalo nggak tau apa-apa. Kalo nggak disuruh nggak bakal dikerjain. Seharusnya udah besar gini tau yang mana yang harus dikerjain. Nggak perlu nunggu perintah." Amanda terus mengoceh dengan segelas teh yang ada di tangannya.

Sella yang mendengar itu tidak menjawab, tapi tangannya memegang sapu dengan begitu kuat.

"Seharusnya kamu bisa kaya Karin, yang selalu jadi juara kelas. Seperti Ririn yang pinter masak, kerjain ini itu tanpa disuruh. Kaya Galang, yang sering mewakili sekolah untuk lomba. Apa kamu ini? Bisanya main HP doang."

"Kalo nggak Mama samperin di kamar tadi, pasti ni rumah nggak bakal kamu bersihin kan, kalau nggak diperintahin. Enak banget mau hidup seperti tuan putri begitu."

"Tadi Sella udah sapu, Mah," Sella bersuara pelan tapi masih bisa didengar oleh Amanda.

"Kapan?" tanya Amanda.

"Tadi, pas kamu nggak ada di rumah." jawab Radit yang masih fokus dengan koran di tangannya.

"Belain ajah terus."

"Bukan belain, Mah. Tapi itu memang benar, kamu aja yang nggak lihat, tadi."

Amanda yang mendengar itu hanya membalasnya cuek, lalu ia kembali meminum teh yang ada di tangannya. Mata nya terus mengamati Sella yang sedang menyapu.

Tiba-tiba Amanda melempar gelas yang berisi teh miliknya, dan itu langsung mengagetkan Sella dan Radit.

"Kamu yah, benar-benar. Sapunya nggak benar, kamu nggak ikhlas yah? Kamu nggak terima Mama bilang kaya tadi, hah?!"

"Nggak, Mah. Kenapa Mama bilang gitu." Sella menghentikan kegiatannya, dan menatap penuh ke arah Amanda. Sedangkan Amanda, langsung berdiri dan berjalan memasuki kamarnya, tidak lupa menutup pintunya.

Dengan cepat Radit berjalan ke arah Sella yang masih melihat ke arah berlalunya Amanda.

"Kamu nggak kenapa-napa, sayang?" Radit bertanya khawatir pada putrinya. Yang dibalas Sella dengan gelengan pelan dan senyum manisnya.

Radit mengusap pelan kepala Sella, lalu ia melihat ke arah pintu kamar dirinya dengan Amanda.

"Sella nggak papa kok, Yah. Yang dibilang Mama tadi, itu memang benar," ujar Sella, yang langsung dibalas Radit dengan gelengan. Radit lalu menarik Sella kedalam pelukannya.

'Aku nggak papa, Aku juga sudah terbiasa dengan semua ini. Karena ini bukan yang pertama kali, jadi nggak papa.'

***

Mau nyapa aja, hehehe
Gimana kabarnya?

Oh iya, cerita ini aku iku sertakan dalam
#30daywritingchallenge
Jadi, mohon doa dan dukungannya yah🙂
Terimakasih💜

To Be Lonely {TAMAT✔}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang