🐾•TBL-22•🐾

75 16 5
                                    

Leo berjalan menyusuri koridor sekolah, langkahnya cepat dengan tatapan tajam khasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leo berjalan menyusuri koridor sekolah, langkahnya cepat dengan tatapan tajam khasnya.

Leo melangkah memasuki kelas XI IPA 2 dan ia tidak melihat orang yang dia cari.

"Sella mana?" tanya Leo.

Keadaan kelas yang berisik pun sehingga tidak ada yang mendengar pertanyaannya. Leo mengepalkan tangan karena marah.

"Sella mana?!" teriak Leo akhirnya.

Tiba-tiba kelas menjadi hening, perhatian mereka terarah pada Leo yang terlihat sedang menahan amarahitu. Dilihat dari wajah laki-laki itu yang memerah dengan tangan mengepal dan juga tatapan tajamnya.

"Gak tau, kak. Udah tiga hari gak masuk," jawab seorang siswa.

"Cika, di mana Cika?!" Leo kembali berteriak marah.

"Ta-tadi bareng Vivi, kak." jawab seorang siswi sambil membenarkan letak kacamatanya.

Tanpa menjawab apapun lagi, Leo langsung berjalan keluar kelas dan mencari keberadaan Cika.

Leo benar-benar berharap kalau Cika mengetahui sesuatu tentang Sella yang sudah tiga hari ini tidak ada kabar.

Di jalan, ia berpapasan dengan Cika, Vivi, Keyvan dan juga Vino. Leo tidak menyapa, ia langsung menahan langkah Cika yang membuat cewek itu berhenti dan diikuti oleh yang lainnya yang memandang Leo bingung.

"Di mana, Sella?" tanya Leo dengan suara datar namun tatapannya tidak berubah sama sekali, ia menatap tajam lawan bicaranya.

"Gak tau, tiga hari gak ada kabar," jawab Cika cuek, seolah pertanyaan Leo mengenai Sella tidaklah penting untuknya.

"Lo sahabatnya 'kan? Kenapa lo gak tau?!" Leo mulai emosi.

"Trus karena gue sahabatnya, gue harus tau banget gitu tentang dia?" Cika menatap sinis ke arah Leo dan itu semakin membuat Leo tidak bisa mengendalikan diri lagi.

Leo mencengkram lengan Cika sampai gadis itu meringis pelan. Keyvan dan Vino yang berusaha bertanya baik-baik dan bahkan berusaha melepaskan tangan Leo pun percuma, karena saat ini sahabatnya itu benar-benar sedang dikuasai oleh emosi.

Leo benar-benar sedang kacau, ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Khawatir dan takut menguasai dirinya saat Radit memberitahu bahwa Sella tidak pulang ke rumah sejak kejadian tiga hari yang lalu.

"Kapan Sella terakhir nelpon, lo?" tanya Leo menekan setiap katanya.

"Gak ad... Em, kalau gak salah tiga hari lalu. Udah sih, ih! Lepasin, sakit tau!"

Leo menurunkan tangannya, tatapannya berubah seolah ia berharap mendapatkan jawaban yang akan membantunya dari Cika.

"Dia bilang apa?" Leo menatap penuh harap.

Cika membuang muka, ia menggaruk pelan kepala bagian belakangnya lalu menjawab.

"Gak gue angkat."

To Be Lonely {TAMAT✔}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang