🐾•TBL-19•🐾

48 16 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku lebih suka gelap, Arion. Jadi jangan jadi matahari buatku."
-Sella Adelia-

***

Pagi harinya, Sella sudah siap dengan seragam yang sudah melekat di tubuhnya. Ia belum berniat untuk berangkat, sedari tadi ia hanya memandangi pantulan dirinya di cermin dengan pikiran yang berkeliaran kemana-mana.

Akhir-akhir ini pikirannya begitu kacau, menciptakan rasa sesak tersendiri. Perasaan yang tidak biasa, seperti semesta sedang mempersiapkan kenyataan baru yang tidak teduga. Ia jadi bertanya-tanya, jika saat itu tiba nantinya apakah dirinya sudah siap untuk menerima hantaman baru lagi saat luka lama masih belum berhasil ia obati?

Sella menghela napas lelah, ia meraih tas yang berada di atas kasur lalu berjalan keluar rumah dan segera berangkat sekolah dengan berjalan kaki.

Pikirannya masih tidak enak, kenyataan bahwa Radit dan Amanda bukanlah orangtua kandungnya benar-benar membuat dirinya down, benar-benar berada dalam kegelapan dan tidak ada titik terang sedikitpun.

Ia juga memikirkan tentang Arion, yang kelihatannya benar-benar berusaha untuk mendekati dirinya. Ternyata di balik semua ucapan dan perilakunya, ia hanya memperlakukan Sella demikan hanya karena sebuah taruhan.

Rasanya Sella ingin teriak saat pikirannya tidak bisa berhenti untuk terus-menerus memikirkan masalah yang datang bertubi-tubi.

Sampai saat ia sudah sampai di depan gerbang SMA Lentera dan berjalan melewati gerbang tersebut, dari jauh ia melihat Keyvan, Vivi dan Cika yang sedang berjalan bersama.

Entah kenapa, ia benar-benar mulai merasa sendiri, dan kesepian. Berharap ada yang peduli nyatanya tidak ada. Berharap ada yang menyayangi, nyatanya tidak ada.

Sella hanya memasang senyuman dan tetap meneruskan langkah menuju kelas. Entahlah apa lagi yang akan terjadi selanjutnya, yang pasti itu sudah menjadi bagian dari rencana sang kuasa dan ia tidak berhak untuk protes. Dirinya harus bisa menerima, menjalani dan menikmati, itu saja. Cuman, kadang kita saja yang mempersulitnya. Karena memang nyatanya teori kehidupan tidak ada habisnya, permainan semesta tidak akan langsung berakhir. Semesta akan menghantam terus menerus seolah memaksa untuk mengalah.

***

Sella memasuki kelas dan berjalan ke arah kursinya, ia lihat kursi disampaingnya yang merupakan tempat Cika masih kosong. Entah kemana sahabatnya itu pergi.

"Tadi Cika ada masuk kelas, gak?" tanya Sella pada salah satu siswa di kelasnya, yang dibalas oleh siswa tersebut dengan gelengan kecil.

Sella yang mendapat jawaban demikian hanya menghembuskan napasnya.

***

To Be Lonely {TAMAT✔}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang