07. Alergi

571 149 20
                                    

Story by : saskiafadillaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Story by : saskiafadillaaa

Happy Reading 💙

***

Rencana Rintik sudah acak-acakan dari awal mula kedatangannya. Ditambah lagi setelah dia memasuki rumah Bapak Haji Komarudin yang ternyata adalah sosok Ayah dari cowok sableng yang mengambil kalungnya.

Hari ini, Rintik aman. Kian tidak sempat melihat wajahnya. Keluarganya pun tidak memperpanjang masalah itu. Ibu berkali-kali meminta maaf pada Rintik atas kelakukan not have akhlak Kian yang mengatainya kuntilanak. Dan, tentu saja Rintik maafkan, biar urusannya cepat kelar!

Rintik menghempaskan tubuhnya ke kasur. Dia baru saja selesai membereskan barang-barangnya. Kini, kebingungan melandanya.

"Apa gue pergi aja dari sini? Siapa yang bakal tahan sama tinggal di lingkungan yang sama bareng cowok kek si Kian?" Rintik menepuk bibirnya. "Jangan sebut namanya!" serunya pada diri sendiri.

"Tapi …." Rintik tiba-tiba menarik tubuhnya, merubah posisinya yang semula rebahan menjadi duduk. "Gue kayak pernah lihat muka cowok itu."

"Lo pernah bilang kalau kita ketemu, gue harus kasih nomor gue." Cowok itu nyengir setelah menyelipkan kertas ke tangan Rintik.

"MASA COWOK GILA DI REUNI?!"

Rintik menutup mulutnya cepat. Matanya melotot sampai kalah gedenya diameter jengkol di tukang sayur. Se-dramatis itu.

"Huaaa, gue harus gimana?" 

Rintik menghempaskan kembali tubuhnya ke kasur. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya di atas bantal sampai rambutnya kini acak-acakan.

Lagi, ada rasa yang menyelinap ke dalam benak Rintik untuk menyuruhnya menyerah. Namun, mengingat kembali tujuannya, Rintik tidak akan semudah itu untuk goyah.

Rintik bangkit dari masa-masa rebahan singkatnya. Mengambil ponsel yang semula di charger. Dia kemudian duduk di depan meja belajar, membuka buku corat-coret yang biasa dia gunakan untuk menghitung pengeluaran bulanan.

"Hari ini tanggal 17 Juli, sampai ke tanggal 25 Oktober itu sekitar …" Rintik menghitungnya dengan jari tangan. "… seratus hari?"

Sebelum membuat rencananya, Rintik lebih dahulu mencepol rambutnya. Dia menyelipkan anak rambutnya sebelum mulai mencorat-coret kertas di depannya.

"Kalau gitu, dalam seratus hari ini gue harus bikin daftar kegiatan sambil nunggu waktu buat mencegah kematian Mamah dan Ayah," ucapnya dengan semangat menggebu-gebu.

Rintik mulai menuliskannya.

MISI RAHASIA RINTIK SELAMA 100 HARI

CANCERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang